[FOLLOW SEBELUM BACA!!!]
||Kendra-Safa||
Tentang Safa yang sudah berada di puncak kestress-annya. Dengan rajukan serta rengekkannya, ia meminta pada Mamanya agar menjodohkannya dengan lelaki yang sesuai kriterianya.
Tampan, baik, dan cool.
Namun yan...
Sejak semalam Safa terus bolak-balik kamar mandi. Gadis itu mengeluarkan isi perutnya yang membuatnya lemas pagi ini. Beruntung tubuhnya tidak terlalu panas.
"Serius kamu tidak apa-apa saya tinggal? Kamu pucat loh, Saf," ucap Kendra seraya mengusap peluh di dahi istrinya.
Safa menggeleng lemah. "Nggak apa-apa, Mas. Ini aku telat makan aja kemarin. Jadi maag aku kambuh. Nanti siang juga sembuh kok, nih udah keringetan gini. Pasti sembuh," tuturnya dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Kamu sering telat makan."
"Lupa."
"Makanya kalau kuliah itu jangan sampai lupa makan."
"Iya-iya. Udah sana anterin Nafis aja, nanti dia telat terus ngomel-ngomel."
"Papa ayo cepat! Nanti Nafis telat, Pa," teriak Nafis yang berada di ujung pintu kamar Kendra dan Safa.
"Tuh kan, apa aku bilang. Udah sana!"
Kendra menghela napasnya panjang. "Ya sudah. Saya berangkat, ya? Hari ini hanya ada satu kelas. Siang nanti saya langsung pulang. Kalau ada apa-apa, hubungi saya."
"Iya, Massss." Safa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap Kendra yang terlihat mengkhawatirkannya.
Walau terlihat berat meninggalkan istrinya sendirian di rumah dalam keadaan sakit, namun Kendra tetap melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Putrinya pun sudah menarik tangannya agar cepat-cepat berangkat.
Sepeninggal Kendra, Safa kembali memejamkan matanya karena tubuhnya masih lemas. Juga rasa kantuk yang menyerangnya.
👙👙👙
Suara berisik dari luar sedikit mengganggu waktu tidur Safa. Gadis itu membuka matanya. Ia meringis tatkala kepalanya masih terasa pusing. Matanya melirik sekilas ke arah jam dinding.
"Jam satu ternyata," gumamnya dengan tangan yang memijat dahinya pelan.
Dengan tubuh yang masih lemas, Safa memaksakan tubuhnya untuk berdiri. Pelan tapi pasti akhirnya ia bisa mencapai pintu.
Baru saja ia akan membuka pintu, tapi pintu di hadapannya itu sudah terlebih dahulu dibuka dari arah luar.
"Heh, kamu mau ke mana?" tanya Apsa melihat putrinya malah berdiri di depan pintu. Wanita paruh baya memegang bahu Safa dan membantunya kembali ke ranjang.
"Aku mau ke dapur ambil minum, Ma."
"Udah diem di kamar aja. Istirahat. Nanti Mama ambilin. Tadinya Mama mau bangunin kamu dulu sebelum bawa makanan buat kamu."
Safa diam menyimak. Sepertinya Kendra yang meminta Mamanya untuk datang ke rumah.
"Ya udah, Mama ke bawah dulu ya ambil makan sama obat buat kamu." Safa hanya mengangguk mengiyakan.
Gadis itu meraih ponselnya yang memang ia letakkan tak jauh darinya. Sebenarnya Kendra yang menyimpan ponselnya di sisi ranjang yang kosong. Katanya takut ada apa-apa, jadi Safa mudah untuk menghubunginya.
Dilihatnya ada pesan dari lelaki itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pesan itu dikirim jam sebelasan. Safa melirik jam dinding. Hari sudah siang, tapi kenapa Kendra belum kunjung pulang? Bukankah lelaki itu mengatakan jika ia hanya ada kelas sampai siang? Biasanya kelas selesai jam dua belas. Atau kelas berlangsung sedikit lama?
Safa membalas pesan dari Kendra yang ternyata lelaki itu langsung membalasnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah itu, Kendra tidak membalas lagi pesannya. Gadis itu terkekeh karena pesan singkat dari Kendra. Meskipun suaminya terlihat cuek, namun tetap memperhatikannya.
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri sambil liatin handphone? Sakit kamu bukan sakit jiwa, kan?"
Suara Apsa membuat Safa kaget. Gadis itu mendelik sebal akan ucapan ibunya.
"Mama nih, ya. Aku lagi sakit loh, Ma. Ngomongnya nggak difilter dlu?"
"Dih, emangnya Mama ini rokok?" Wanita paruh baya itu meletakkan nampan berisi bubur dan segelas air minum serta obat, di nakas.
Bibir Safa mengerucut sebal.
"Udah nih makan dulu, nggak usah merajuk. Kamu udah gede."
"Hmmmmm."
Safa meraih mangkok bubur itu lantas menyantapnya sedikit-sedikit.
Ketika sedang menikmati suapan demi suapan bubur yang dibawa Apsa, Safa dibuat tersedak karena celetukan Apsa yang menurut Safa benar-benar keterlaluan. Bagaimana tidak keterlaluan jika Apsa berbicara,
"Jangan-jangan kamu hamil, Saf."
Tentu saja Safa tersedak. Ia kaget karena Mamanya berpikiran sampai sana. Bagaimana akan hamil jika Safa saja belum pernah 'melakukannya' dengan Kendra. Bisa dikatakan jika mereka jarang skinship. Paling mentok ya paling Kendra mencium kening Safa. Itu pun hanya satu kali. SATU KALI. Eh, apa dua ya?
Walaupun usia pernikahan mereka sudah memasuki bulan ketiga, tapi hubungan Kendra dan Safa ya masih jalan di tempat. Kemajuannya hanya di sikap Kendra saja.
"Ngaco," sahut Safa yang kembali menyantap buburnya.
Mata Apsa memicing curiga. "Jangan bilang kalian nggak pernah gitu?" tembaknya.