Detik itu juga Riona merasa harga dirinya telah diinjak-injak, ia tak terima diperlakukan seperti sampah. Kepalanya terangkat otomatis menatap Nyonya Mason yang masih berdiri angkuh.

"Maaf, Bu. Walaupun saya orang miskin dan tidak sekaya Anda, tapi saya masih punya harga diri. Kalau memang Anda tidak bisa menerima saya dan anak yang saya kandung, tidak apa-apa. Honor saya sebagai model masih bisa menghidupi saya, walaupun tidak sebanyak uang Ibu, tetapi yang penting harga diri saya tidak diinjak-injak."

Mata Nyonya Mason melotot mendengar penuturan Riona yang menurutnya sangat kurang ajar.

"Kamu! Lihat itu, wanita model begitu mau kamu jadikan istri?! Kamu dipelet atau bagaimana?!" hardik Nyonya Mason. "Pokoknya sampai mati pun Ibu tidak akan setuju kamu menikah dengan wanita murahan ini!"

Nyonya Mason berjalan mendekati Riona. "Kamu butuh uang berapa sampai-sampai mendekati anak saya? Bilang! Saya akan berikan ke kamu sekarang juga, asal tinggalkan anak saya!"

Amarah Riona yang sudah terpancing pun membalas melotot pada Nyonya Mason, tak pernah ia merasa serendah ini sebelumnya.

Cintanya yang suci pada Wylan telah dinodai dengan ucapan Nyonya Mason. Ia sama sekali tak menyangka jika cintanya akan dihina dan diinjak-injak seperti ini.

"Saya sama sekali tak membutuhkan uang Anda, tetapi ingat ini. Suatu saat kesombongan Anda akan menghancurkan hidup Anda sendiri," ancam Riona dengan mata memerah.

Tanpa menunggu persetujuan dari Wylan, ia langsung berjalan keluar dari istana megah yang berisi manusia-manusia berhati setan itu.

----

Hingga detik ini pun, Riona masih bisa merasakan bagaimana sakit hatinya ia saat harga dirinya dihina. Apalagi saat identitas anaknya dipertanyakan.

Namun, di kehidupan kedua ini Riona menjadi sadar bahwa dendam yang terus berlanjut hanya akan saling menyakiti dan memberikan dosa. Apalagi ia juga memisahkan ibu dari putranya.

"Pulang, Wyl. Pulang ke rumah kita," ajak Nyonya Mason setengah memelas.

"Sudah saya bilang sebelumnya. Keluarga saya hanya istri dan anak-anak saya, jadi sebelum Anda meminta saya pulang lebih baik Anda memohon maaf dulu dari mereka," sahut Wylan dingin.

Tatapan Nyonya Mason beralih pada sosok Riona yang hanya menjadi penonton drama keluarga itu.

"Ri, Ibu minta maaf atas ucapan Ibu dulu sama kamu, atas semua perlakuan Ibu selama ini sama kamu," ucap Nyonya Mason. "Apa perlu Ibu sampai berlutut di kaki kamu agar bisa mendapatkan maaf dari kamu?"

Saat Nyonya Mason hendak beranjak dari tempatnya dan berlutut di hadapan Riona, sontak wanita itu juga segera menahan tubuh Nyonya Mason dengan wajah tak enak.

Sedendam apapun dirinya pada ibu Wylan, tetapi saja ia tak bisa membiarkan orang yang lebih tua bersujud di kakinya. Riona masih memiliki etika.

"Jangan seperti ini, Bu. Dendam saya pada Ibu dan anak ibu memang sangat besar, saya masih merasa sakit hati karena ucapan Ibu dulu. Saya tidak mempermasalahkan jika Ibu hanya menghina saya, tetapi saya benci ketika Ibu malah mempertanyakan identitas anak saya, cucu Ibu sendiri."

Riona menghela napas panjang. "Saya rasa Ibu juga bisa merasakan bagaimana jika Ibu berada di posisi saya. Bagaimana jika anak yang bahkan masih Ibu kandung diragukan identitasnya. Apa Ibu bisa menerima? Saya rasa Ibu mana pun di dunia ini tidak akan menerima."

Kepala Nyonya Mason tertunduk mendengar ucapan sekaligus sindiran halus dari menantunya yang berhasil menggores egonya.

"Ibu salah kalau merasa selama ini saya mengambil anak Ibu. Saya sama sekali tidak mengambil Wylan dari Ibu, tapi Ibu sendiri yang membuat anak Ibu pergi," tambah Riona.

Tanpa diucapkan secara langsung selama ini Riona tahu jika ibu Wylan sering menceritakan hal buruk tentangnya. Bahkan wanita itu menggunjing jika ia telah merayu Wylan dan mengambil Wylan dari ibunya.

"Jadi Vian selama ini anak di luar nikah?"

----

To be continued...

Jeng, jeng, jeng~

Sesuai permintaan kalian, konflik cerita ini bakal jadi yang paling ringan di antara cerita aku yang lain^^

YUK SPAM NEXT DI SINI BESTIE!!

Be a Good Mother [Terbit]Where stories live. Discover now