Memang benar dulu Silas tidak pernah mencintai Hera. Di dalam hatinya, ia malah ingin  membunuhnya setiap saat, karena telah berani membohonginya dulu. Tapi entah kenapa, perasaan nya mulai goyah. Tepat ketika dirinya tidak sengaja melihat senyum Hera yang menawan, dan membuatnya tanpa sadar ikut tersenyum beberapa kali, itupun diam-diam tanpa di ketahui oleh siapapun.

Dan mulai saat itu juga, Silas ingin memiliki Hera seutuhnya. Dengan membuatnya menjadi miliknya seorang. Terlepas dari kelakuan Hera yang sering membuatnya tertekan.

Lalu, sekarang Hera mengatakan jangan mencintainya sepenuh hati?

"Omong kosong" kali ini Silas menatap Hera dengan tajam.

"Kau ingin berselingkuh dariku?!" sentak Silas, Hera memijit pelipisnya.

"Untuk Jaehyun, aku sudah mengikhlaskan nya" Hera menghela napas jenuh. Setelah itu mendekatkan dirinya ke hadapan Silas yang tengah menatapnya dingin.

Dengan perlahan, Hera menggenggam tangan Silas. Baiklah Hera tidak bisa seserius ini dalam hidupnya, namun kali ini dia akan mencobanya dengan benar.

"Sebelum semuanya usai, aku hanya mau mengatakan sesuatu yang sangat rahasia padamu" Silas diam, menunggu ucapan Hera selanjutnya.

"Aku bukanlah Hera Hermione, aku adalah Hera Rodrigues dari dunia nyata. Maukah kau percaya padaku?" Ungkap Hera penuh keyakinan.

Silas malah terkekeh kecil. "Hera, aku lelah bermain-main denganmu. Sekarang katakan sebenarnya apa mau mu?" Silas memandang Hera remeh.

"Ceraikan aku"

DEG

Sedetik kemudian, Silas menajamkan matanya. Melepaskan genggamannya pada Hera. "Menceraikanmu?"

Hera mengangguk mantap, ini adalah jalan terbaik menghindari permasalahan dalam hidupnya dan hidup Silas. Karena dia memiliki ambisi untuk hidup jauh dari semua orang di dunia novel ini yang selalu membuatnya tekanan batin.

Misalnya dengan hidup nyaman di sebuah pulau tanpa memiliki beban sedikitpun.

"Tidak akan aku biarkan kau pergi jauh dari hidupku" Silas menatap Hera tajam.

"Sampai kapanpun" tekannya.

Hera menggeleng, "Kit------" belum sempat menyelesaikan ucapannya, Silas langsung menarik dagu Hera cepat, lalu menciumnya dengan kasar.

Hera membulatkan matanya, mendorong dada bidang Silas kuat, berusaha menjauhkannya. Silas pun melepaskan tautannya. Tangannya kali ini bergerak mengusap bibir Hera lembut. "Kau hanya milikku seorang, Hera. Jadi, jangan pernah sekalipun mencoba pergi dari hidupku!"

Hera tampak terdiam beberapa saat, tatapannya terkunci dengan netra cokelat Silas lekat. Tak berselang lama Hera menggeleng, bola matanya berkeliaran ke sana kemari.

Dirinya harus meredam kegugupan aneh ini secepat mungkin.

Kedua tangannya pun terangkat ke atas, lalu menggoyangkan dengan pelan di depan Silas.

"Silas"

"Hujan badai, angin ribut, halilintar, banjir bandang, tsunami..bukan halangan ku bersama Jaehyun selamanya..." senandungnya berusaha menghindari kontak mata dengan Silas.

"Kau mengatakan apa tadi?" geram Silas.

___________

Pagi ini Hera telah siap dengan gaunya, bersiap meloncat kabur dari kamar menuju tempat Nicholas. Alasannya adalah karena kamarnya telah di kunci rapat oleh Silas tadi pagi. Dan akhirnya dia tidak bisa keluar kemana-mana.

Apalagi sekarang, Silas masih marah padanya karena ucapannya tadi malam, yang meminta Silas untuk menceraikannya.

"Padahal aku tidak mau menyakiti hatinya, tapi sudahlah. Yang penting dia tahu, aku susah untuk mencintainya" gerutunya, sambil berjalan mengambil beberapa kain di dalam lemari.

Setelah itu menyambungnya menjadi tali, guna membantunya turun. Setelah selesai, kain tersebut ia ikatkan pada kaki ranjang, lalu mengeceknya berulang kali apakah sudah kuat untuk menopang tubuhnya.

Merasa siap, Hera pun melemparkan ujung kain itu ke bawah, menaikan kakinya ke jendela dan turun dengan perlahan. Dan beruntungnya lagi, para penjaga belum terlihat sama sekali, jadi memudahkannya untuk turun kabur.

BRUG

"Huh, akhirnya sampai juga" leganya,  membenarkan letak gaunya yang sedikit berantakan.

Dengan langkah cepat, Hera mulai berjalan ke arah kamar Nicholas yang ada di ujung kediaman Silas. Tapi langkahnya harus terhenti, ketika matanya tidak sengaja menangkap sosok Silas yang tengah berbicara dengan perempuan lain.

Hera pun bersembunyi di balik pilar besar, dengan mata memicing menatap ke depan. "Siapa itu?"

"Aih, belum juga cerai dan dia sudah mendapatkan penggantiku? Setan!" umpat Hera pelan, mengepalkan tangannya.

Setelah beberapa saat, Silas tampak pergi bersama perempuan tersebut dengan terburu-buru, entah kemana.

Hera keluar dari persembunyiannya, berjalan menuju tempat tepat dimana Silas dan perempuan tadi saling berbicara. Menunduk, lalu menghentak-hentakkan kakinya kuat ke lantai.

"His his his... aku benar-benar ingin cerai darimu, kampret!" pekik Hera, lalu beranjak pergi dengan wajah kesal.

"Eits, tunggu dulu" Hera menghentikan langkahnya, "Kenapa aku harus cemburu? Ck, otak mu di mana Hera?!" gerutunya menampel dahinya berulang kali, lalu berjalan  kembali menuju kamar Nicholas.

Setelah sampai di sana, Hera berdiri di depan pintu, celingukan kesana kemari, mengintai keadaan sekitar. Merasa aman, Hera pun masuk dan menutup pintu kamar Nicholas cepat.

BRAK

Nicholas yang tengah kesusahan duduk, tampak terkejut dengan kedatangan Hera yang menurutnya sangatlah tiba-tiba.

"KAKAK!!" Teriak Hera, berlari menuju Nicholas dengan riang.

Nicholas menghembuskan napas berat, Hera pasti datang berniat  menanyakan semua hal padanya.

_______________

_______________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NEXT 👉
.
.
.
.
.
.
.

Sampai bertemu di part selanjutnya 👋

The Villainess (End)Where stories live. Discover now