Tidak ada Keberuntungan (4)

Depuis le début
                                    

Gadis itu menyikut muka ayahnya, membuat pria itu terjatuh dan mengerang kesakitan.

Liam yang berada di atas awalnya ragu, namun pada akhirnya dia berusaha meyakinkan diri

"Kakak pasti selamat, aku harus menurutinya." Pikir Liam yakin dan turun dari mobil, lalu berusaha berjalan cepat menjauh dari mobil itu.

Sementara itu didalam mobil, Hazel berusaha menyusul adiknya dan naik melewati jendela itu. Tetapi, entah bagaimana, pria itu bangkit dan menahan kakinya.

Walaupun begitu Hazel dengan emosi menendang jari ayah yang terluka sehingga membuat satu genggaman tangannya terlepas dari kaki Hazel.

Hazel berusaha memanjat jendela mobil itu kemudian melihat dari atas, pandangan gadis itu menoleh ke arah kanan dan kiri.

Belum selesai Hazel berfikir tentang adiknya itu, kaki Hazel kemudian ditarik oleh Ayahnya, membuat pegangan Hazel sedikit mengendur. Hazel panik, jika dia terjatuh, maka semuanya akan berakhir, karena ayahnya juga tidak akan tinggal diam.

Hazel berusaha naik ke jendela mobil itu.

"Jangan berfikir kamu bisa lari Hazel!!" Teriak ayahnya.

"Ayah, sudahlah biarkan kami pergi!" Teriak Hazel, dengan mata berair.

Rupanya hujan kali itu, tidak bisa menyembunyikan mata Hazel yang sembab karena terus menangis.

"Kumohon..." Ucap Hazel dari atas.

Ayahnya menggila, dengan cepat suntik itu berada di tangannya dan

Jleb....

"Akhhh!!!" Teriak Hazel.

Suntik itu menusuk kakinya, membuat cairannya perlahan masuk kedalam gadis itu.

Hazel menangis kemudian merasakan sakit yang amat sangat. Meskipun begitu Hazel menendang tangan ayahnya dan wajahnya, sehingga tangan pria itu bisa terlepas, Hazel kini bisa keluar.

Namun, karena kehilangan keseimbangan, gadis itu jatuh ke jalan, untuk sudah diluar.

Dia menengok ke kanan dan ke kiri, kemudian mata satunya membulat, melihat Liam menghampirinya.

"Liam! Aku sudah memperingatkan mu untuk lari! Apa yang kamu lakukan disini?!" Teriak Hazel berusaha membuat adiknya mendengar ucapannya di hujan yang deras itu.

Liam tidak merespons apapun, dia mencoba melingkarkan tangan Hazel pada pundaknya dan membantu gadis itu untuk berdiri sebelum ayahnya bisa keluar dari sana.

Satu langkah, dua langkah, perlahan, mereka meninggalkan lokasi, dan berjalan mulai masuk ke area hutan.

Ketika berjalan disana.

"Berhenti..." Lirih Hazel.

Liam tetap menuntunnya untuk berjalan terus.

"Liam, berhenti..." Ucap Hazel.

Liam tidak meresponsnya.

"Aku bilang berhenti! Liam!" Teriak Hazel. Membuatnya adiknya benar-benar berhenti saat itu.

Gadis itu menatap lelaki itu keheranan, dia mensejajarkan tingginya dengan Liam, menelusuri raut muka Liam, kemudian mulai berbicara.

"Kenapa kamu tidak lari? Ha? Kamu pikir kakak melakukan ini semua hanya untuk membuatmu jatuh ke tangan ayah?!" Ucap gadis itu.

Liam berjalan cepat,
"Kalau kakak ingin menanyakan hal tidak berguna itu sekarang, maka ayah mungkin akan segera keluar dari mobil itu dan mengejar kita."

When You Lost ItOù les histoires vivent. Découvrez maintenant