Bab 7. Obrolan Dua Orang

54.5K 6.1K 808
                                    

Jangan lupa vote dan ramein komentar per-paragraf ya guys!!

Selamat membaca

________________________________

Bab 7. Obrolan Dua Orang

All flowers are beautiful in their own way, and that's like women too

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

All flowers are beautiful in their own way, and that's like women too.

Miranda Kerr

***

BAGI Raiden, 'kebetulan' hanyalah omong kosong yang mempersempit ruang semesta. Meskipun, ada beberapa 'kebetulan' yang kalau dipikir-pikir lagi, ya masuk akal juga. Terlebih, jika itensitas terjadinya terlalu sering hanya untuk sebuah 'kebetulan'.

Misalnya, ketika tangan Nirbita terluka dan Raiden mengantarkan gadis itu ke UKS, tepat beberapa menit setelah ia pergi, Sekala datang. Raiden tahu sebab mereka sempat berpapasan di koridor dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika lelaki itu masuk ke ruang kesehatan.

Atau tadi pagi, ketika Nirbita pingsan lalu Sekala menolongnya. Sebuah aksi heroik yang membuat satu sekolah membicarakan mereka sekarang.

Dari sekian ribu murid Xaverius, kenapa harus lelaki itu? Kenapa harus Sekala Diwangkara?

Alih-alih mendapat jawaban atas pertanyaannya, Raiden malah kembali dihadapkan dengan manusia bernama Sekala itu. Tiba-tiba, Sekala datang menghampirinya ketika ia sedang menunggu Nirbita selesai ulangan.

Awalnya tidak ada obrolan. Mereka sama-sama berdiri di pembatas balkon dengan pandangan tertuju pada lantai dua gendung seberang. Di ambang pintu kelas X IPS 3, Aruna nampak menatap mereka penuh tanya.

"Aruna mungkin bingung lihat kita barengan gini. Atau mungkin panik sama hal-hal liar yang ada di kepalanya. Cuma dia nggak berani nyamperin karena takut ada Nirbita," kata Sekala tiba-tiba.

Alih-alih menimpali, Raiden justru melayangkan senyuman hangatnya ke arah Aruna. Seolah menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja. Tidak butuh waktu lama, gadis itu memasuki kelas, menyisakan ruang kosong di ambang pintu tadi.

"Kalau gue jadi lo, gue nggak bakal pernah nyia-nyiain cewek kayak Nirbita," lontar Sekala.

"Sayangnya, lo nggak pernah jadi gue."

"Itu salah-satu alasan kenapa gue bilang dunia ini nggak adil." Lelaki berambut kecoklatan itu mengedikkan bahunya santai. "Cewek kayak dia harusnya nggak dapet cowok kayak lo."

Raiden -yang awalnya sama sekali tidak tertarik meladeni- jelas tersinggung dengan ucapan Sekala. Lelaki itu menoleh dan menilik penampilan Sekala dari ujung kaki hingga kepala. Tepat ketika tatapan mereka bertermu, Raiden tersenyum sinis. "Dan nggak kayak lo juga pastinya," balas Raiden.

Satu Kotak Senja untuk NirbitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang