Asavella 🍁14

Zacznij od początku
                                    

“Lo nggak kasihan sama adek lo?”

Kelopak indah Brian membelalak. “Oh. Apa lo senang, soalnya lo bakalan menjadi anak tunggal di keluarga lo?"

Jysa menghela napas sejenak. Memutar mata malas dan menarik bibir hingga berbentuk tipis sebelum merotasikan tatapannya kembali ke sang kekasih.

“Lo pikir gue seneng denger itu semua sampai mamah gue pingsan?”

“Gue bahkan enggak senang jadi anak tunggal. Menyedihkan kali hidup tanpa saudari.”

“Lo pikir gue enggak nahan nangis saat papah gue bakalan bilang gitu waktu itu?”

"Bahkan gue pikir otak Bara pengen gue cuci. Enggak masuk akal banget dia ngebuat adek gue ke hukuman mati. Dia bukan narapidana! Ataupun pembunuh brutal tanpa hati!"

Jysa tersenyum miring. "Tapi gue enggak kaget, sih. Bara kan banyak uang. Dia bisa ngelakuin apa aja kek orang-orang berduit di luar sana."

"Keadilan bagi seluruh rakyat. Buat orang yang punya cuan kek Bara dan enggak berlaku buat rakyat biasa dengan kehidupan sederhana. Lo bisa beli apa aja termasuk penjara dan hukuman yang ditetapkan, asal lo ada cuan dan cuan."

“Bahkan, gue jijik nganggep Bara papah gue. Pengen banget gue meludahinya,” tekan Jysa dalam setiap kata. "Tapi gimana lagi? Dia orang tua."

"Dan lo!" Jysa menunjuk Brian dengan penuh amarah.

“Asal lo tau, gue enggak berpikiran sampai situ kalau bokap gue bakalan penjarakan Aca dan buat Aca dihukum mati! LO PIKIR HATI GUE DENGER ITU ENGGAK HANCUR!”

“Hancur, Bri!”

"Hancur banget hati gue!"

“Dan plis, lo jangan main hakim ke gue!” bentak Jysa dengan cucuran air mata yang mengalir deras.

Brian berdecak dan tertawa sinis.

“Terus, gimana nasib adek lo kemarin yang dimain hakim sama warga tanpa belas kasihan dari satu orang pun!” sela Brian cepat frustrasi dan mengingatkan semua kejadian yang sangat pedih untuk diputar dalam sebuah memorinya.

“Sementara dia enggak ada tempat buat berlindung. Termasuk gue yang ke makan drama lo,” cicit Brian menggeleng kepala tak percaya.

"Dengan bodohnya gue larut dalam drama lo dan nuduh adek lo pelaku. Seberapa gemeternya mulut gue waktu ngatain dia enggak waras!"

“Ke-kepala dia diinjek-injek warga, Jy. Bayangin, kepala, diinjek terus di tendang."

"Itu kepala, Jy. Dia cuma bisa berlindung di tasnya," cicit Brian yang tidak sanggup memutar kejadian tersebut.

"Gue ngeri dengernya dari warga sekitar yang menjadi penonton bisu. Gu-gue berasa laki-laki bodoh enggak berguna liat dia diinjek kepalanya dengan beberapa kaki tanpa dosa!” Sesak. Rasanya ingin membunuh semua warga yang sudah menginjak kepala Asa.

Brian meringis. Tatapannya terlontar begitu tajam untuk Jysa. “Kalo lo hancur, kenapa lo siksa adek lo sesadis itu? Lo enggak tahu fatalnya kalau adek lo enggak bertahan pas dikeroyok warga, ha?”

"Dia cewek lo! Gue bahkan bisa posisikan gue bakalan kritis dan mati ditempat!"

“Apalagi elo. Gue yakin, kalo lo di posisi, Aca. Lo bakalan udah mati di tempat,” ucapnya begitu santai namun air matanya beradu  dengan air mata Jysa.

Gigi-gigi Jysa bertaut keras di dalam mulut bersama dengan gusinya. Ia mengusap wajahnya yang sudah banjir air mata. Menatap Brian balik dengan tatapan tajam.

“Lo pikir? Gue diem pas itu semua terjadi?”

“Lo pikir gue ketawa pas kejadian itu? Lo pikir gue seneng pas dijauhkan warga dari adek gue?”

"Aca, liat gue ketawa di dalem ambulance, itu gue ketawain diri gue yang bodohnya enggak ngotak!"

“Gue dapet minum. Adek gue minum darah di sana, Bri …,” cicitnya menjelaskan bagaimana Jysa melihat saudarinya dengan bibir penuh darah karena batuk.

“Gue udah mencoba berontak diri buat nolongin, Aca. Buat peluk dia dan lindungi dia dari kaki kaki pendosa. Tapi ibu-ibu yang nyuruh warga pukul adek gue, ngehalangi gue."

"Okey! Gue enggak ada bukti. Tapi gue berkata jujur. Lo pikir gue nangis itu nangisin luka gue yang enggak seberapa parah? Gue nangisin, Aca! Gue merasa paling teriak saat kepala adek gue yang begitu berharga diinjak, ditendang sama orang-orang! Hati gue ngejerit paling dalam!”

“Gue enggak tahu kalau masalahnya bakalan sampai separah ini, Bri! Gue bahkan enggak berpikiran Aca bakalan dikeroyok, diinjak kepalanya, ditendang sana sini gue enggak kepikiran sampai sana,” ungkap Jysa dari pandangan Jysa yang penuh penyesalan.

“Di-dia, bahkan begitu percaya sama gue, kalau gue enggak ngelukain dia tanpa sebab. Dia berkata begitu sama gue sebelum insiden. Hati gue gemeter, tapi gue menahan benteng buat enggak nangis dan sok enggak punya hati padahal hati gue paling lemah.”

“Gu-gue, gue cuma berpikir Aca bakalan dicaci aja sama mereka dan ngusir Aca buat cepet pulang,” finish Jysa begitu samar ketika menjelaskan kepada lawan bicaranya.

“Kalo lo udah enggak habis pikir masalah sampai situ. Lo kenapa ngelakuin hal bodoh, Jy? Tugas lo emang buat luka untuk, Aca. Tapi enggak ngirim Aca ke Tuhan. Apa bedanya lo sama pembunuh yang memakan bangkai adeknya sendiri? Apa bedanya lo sama bokap lo?”

Jysa tersenyum miring. “Lo berkata seolah lo bukan dalang dibalik kejahatan gue.”

“Bri, inget. Lo bertolak belakang dengan—”

“Stop. Gue enggak mau bahas itu di sini,” pangkas Brian begitu cepat sembari menepuk bahu Jysa untuk memperingati gadis itu sekali lagi.

“Yang gue mau. Elo harus ngehentiin kebodohan bokap lo yang ngerenggut berlian kita. Lo paham?”

Jysa yang duduk disisi brankar mulai beranjak turun. Dan kemudian beralih untuk duduk dipangkuan Brian sembari mengusap wajah Brian begitu penuh gairah.

“Sebelum elo suruh, gue udah bilang ke Bara. Lo lega sekarang? Gue udah ngelakuin yang terbaik buat adek gue dan elo. Gue rela dibenci adek gue. Dan gue rela elo deket sama adek gue.”

Jysa pun mendekatkan bibirnya tepat di daun telinga Brian.

Kemudian dia berbisik.

“Asal elo enggak jatuh cinta ke adek gue. Inget. Lo cuma menjalankan sebuah amanah. Bukan berarti memilikinya, ganteng.”

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Next?

Siapa yang jahat?

Terima kasih untuk kalian yang sudah membaca sampai bab 14. Tolong support aku dengan satu komentar kalian🥺. Atau bantu aku promosi buat Asavella jika layak untuk dibaca banyak orang.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz