Chapter 9

3.6K 347 16
                                    

Ravin dan teman-temannya sudah berada di Lembang, Bandung. Setelah menempuh perjalanan hampir 3 jam, akhirnya mereka tiba di tempat camping dengan selamat.

Edi / Ravin sudah meminta izin pada sang majikan, kalau dia akan pulang ke rumah orang tuanya di luar kota selama Rasya berada Lembang.

"Wahh bagus banget tempatnya," seru seorang mahasiswa di angguki yang lainnya.

Mereka memilih tempat yang jauh dari kota dan keramaian. Bahkan sinyal cellular pun lemah.

"Selamat datang untuk para peserta camping, kegiatan hari ini membuat tenda masing-masing lalu istirahat sebentar, baru nanti malam di lanjut dengan kegiatan lain. Kalian sudah punya jadwal 'kan untuk kegiatan kita selama di sini?" ujar Dosen yang menjadi penanggung jawab acara.

"Sudah, Pak!" seru para mahasiswa.

"Bagus. Sekarang kerjakan tugas kalian masing-masing."

*****

Raysa terlihat kesusahan memasang tenda, meski dia berdua dengan temannya.

"Ada bisa yang saya bantu, Bu Rasya?" tanya salah satu dosen laki-laki. Sejak tahu Rasya telah menjadi seorang janda, pria bernama asli Yudha itu gencar mendekati Rasya.

"Saya yang akan membantu, Bu Raysa, Pak Yudha. Bapak bikin tenda Bapak saja." Ravin tiba-tiba sudah berdiri di belakang mereka. Dia dan Dion sudah selesai memasang tenda dengan cepat, karena mereka berdua sering bercamping bersama.

"Tidak. Kalian aja yang bikin tenda, saya yang akan membantu Bu Rasya di sini," ucap dosen berusia lima puluh tahun itu.

"Punya kami udah selesai, Pak. Punya Bapak tuh yang belum jadi."

Yudha melihat ke arah tenda Ravin yang sudah berdiri tegak, beda dengan tenda miliknya yang belum apa-apa.

"Kalau ga bisa masang, bilang, Pak. Ga usah di paksain," ujar Dion. "Bu Rasya, biar kami yang pasang, ya?" tanyanya pada Rasya.

"Terimakasih, sudah mau membantu saya," jawab Rasya ramah. Wanita itu memang merasa agak risih jika di dekati oleh Yudha.

"Itu sudah menjadi kewajiban kami, Bu, sebagai anak murid Ibu," ucap Dion, membuat Yudha mendengus sebal, bisa-bisanya dia kalah sama mahasiswanya.

"Terimakasih juga Pak Yudha atas tawarannya, biar Ravin sama Dion aja yang bantuin saya."

Yudha mengangguk," Kalau Ibu butuh bantuan, jangan sungkan bilang sama saya."

"Pasti, Pak. Terimakasih."

Setelah Yudha pergi Raysa ikut membantu Ravin dan Dion, sedangkan temannya pergi mengambil air minum.

"Kalian pintar juga, ya. Cepat bamget jadinya," ujar Rasya kagum saat tendanya sudah berhasil di pasar oleh Ravin dan Dion.

"Kami sering camping dan membuat tenda, Bu, jadi udah terbiasa," ujar Ravin.
"Kalau begitu kami pergi dulu ya, Bu. Selamat beristirahat."

******

Sesuai jadwal, kegitan malam ini setelah makan malam adalah menyalakan api unggun, semua peserta yang ikut wajib berpartisipasi dalam acara ini, boleh nyanyi, baca puisi, menari dan lain sebagainya.

"Vidya maukah kamu menjadi kekasih hatiku?" Setelah bernyanyi sambil bermain guitar, Dion menghampiri Vidya lalu berlutut di hadapan gadis itu, lalu  menyodorkan setangkai bunga yang entah di beli di mana. 

Terlihat wajah Vidya merona, tidak menyangka seorang Dion Anggara menyatakan cinta padanya.

"Terima! terima! terima!" seru semua orang yang ada di tempat itu. Dengan malu-malu Vidya mengangguk, membuat Dion langsung berjingkrak-jingkrak bahagia, kini dia dan mahasiswi yang ia suka dari pertama kali masuk kuliah

My Brondong Driver (Aldama Family Seri 12)Where stories live. Discover now