Chapter 4

4.8K 409 33
                                    

Rasya menggeliat pelan, merasakan pegal di seluruh tubuhnya. Perlahan-lahan wanita yang kini telah resmi menjadi janda itu membuka retina matanya, mengerjap beberapa kali karena dia merasa asing dengan ruangan yang ditempatinya sekarang. Otaknya mengingat peristiwa penting yang terjadi kemarin, ingin rasanya ia berteriak kencang mengingat pengkhianatan Tama. Jujur Rasya masih mencintai laki-laki itu.

"ARGHHH! TAMA BRENGSEK!" pekik Rasya.

Tiba-tiba dia menyadari sesuatu, kalau dia tidak sendiri di kamar ini. Benar saja saat melirik ke arah samping  Rasya melihat seseorang tengah tertidur pulas membelakanginya.

Rasya sedikit membuka selimut yang menutupi tubuhnya, matanya membulat sempurna, melihat dirinya yang kini tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya.
"Apa yang sudah aku lakukan?"

"Siapa laki-laki ini?" Rasya menatap punggung laki-laki yang sepertinya tidak merasa terganggu dengan pergerakannya.

"Kenapa harus mabuk sih, Sya. Bikin masalah baru aja," Rasya merutuki dirinya sendiri, kemarin dia memang ingin mengeluarkan semua emosinya dengan meminum alkohol. Tapi tidak terpikir sampai tidur dengan laki-laki lain.

Rasya penasaran dengan pria di sampingnya ini, dia yakin saat mabuk kemarin mereka berdua telah melakukan sesuatu, mengingat sekarang Rasya merasa nyeri di sebagian tubuhnya.

"Mami, Daddy. Maafkan putri kalian ini."

Kalau saja orang tuanya masih hidup, pasti mereka akan kecewa banget pada Rasya, karena lari ke minuman saat ada masalah.

'Bagaimana kalau laki-laki ini pria beristri, atau laki-laki tua bangka, atau mungkin laki-laki penyakitan,' ujar Rasya dalam hati.

Rasya menggelengkan kepalanya, semoga bukan laki-laki di poin ketiga, karena dia tidak ingin tertular penyakit. Perlahan-lahan dia mulai membalikkan tubuh pria yang telah menyentuhnya selain sang mantan suami.

Ngomong-ngomong soal mantan suaminya, Rasya jadi ingat, kalau dia dan Tama sudah hampir dua bulan tidak melakukan hubungan suami istri, karena Tama yang sering pergi keluar kota dengan alasan pekerjaan. Waktu itu Rasya sama sekali tidak curiga, dia memaklumi suaminya. Sekarang dia baru tahu kalau laki-laki yang ia cintai tersebut sudah mempunyai rumah baru sehingga lupa pada rumah lama.

"Kamu?!"

"Apa yang sudah kamu lakukan padaku?!" Kaki Rasya refleks menendang tubuh laki-laki itu hingga terjungakal ke lantai. Wanita itu shock saat melihat dengan jelas ternyata sopir pribadinya yang telah berbagi peluh dengannya tadi malam.

Ravin meringis seraya mengelus bokongnya yang berhasil mencium lantai kamarnya. Tendangan Rasya benar-benar kuat.

"Katakan apa yang sudah terjadi, Edi? Kenapa kamu bisa ada di sini?" kesal Rasya.

"Apa? Semalam ibu yang memaksa saya," jawab Ravin polos. Dia sudah kembali menjadi Edi dengan kacamata Harry Potter-nya. "Dan ini kamar saya, jadi jelas saya berada di sini."

Rasya dapat melihat kalau saat ini sopir brondongnya itu tengah menahan sakit. Jangan salahkan dia, siapa suruh berada satu ranjang dengannya.

"Gila kamu!" umpat Rasya, tanpa ia sadari, selimut tebal yang menutupi tubuhnya kini sudah tidak lagi berada di tempatnya. Saat ini keduanya sama-sama naked, Rasya juga dapat melihat tubuh polos Ravin meski tidak jelas karena cahaya di ruangan ini memang redup.

"Katakan, apa semalam kita ..., 'melakukan' itu?" ujar Rasya.

"Iya, Bu. Semalam ibu yang mengambil keperjakaan saya," ucap Ravin santai.

Rasya kembali membulatkan mata, apa katanya? Mengambil 'keperjakaan' laki-laki itu. Gila. Tapi melihat penampilan culun sang sopir pribadi, Rasya yakin kalau laki-laki itu memang masih perjaka.

Ravin kemudian bangun sambil menahan sakit, membuat Rasya kembali memekik.

"Kenapa kamu ga pake baju?!" Rasya langsung menutup kedua matanya dengan tangan.

"Ibu juga ga pake baju," cetus Ravin terkekeh geli, meski masih ngantuk, tapi melihat boss nya marah-marah membuat Ravin bahagia.

Rasya yang menyadari itu cepat-cepat menaikkan kembali selimutnya. "Di mana baju saya?" Ravin menunjuk ke arah lantai dimana baju-baju Rasya berserakan.

"Jam berapa sekarang?"

"Masih jam lima pagi kayanya," Ravin baru saja memejamkan matanya setengah jam lalu, dia benar-benar tidak bisa tidur. Semalaman dia menjaga Rasya setelah pergulatan panas mereka.

"Masalah ini belum selesai, sekarang saya harus kembali ke kamar saya. Nanti pagi kita bicara lagi," ujar Rasya, dia tidak berani menatap Ravin yang kini berdiri tak jauh darinya.

"Pergi kamu, saya mau pake baju," usir Rasya. Pria yang kini bukan perjaka lagi itu lalu pergi ke kamar mandi yang ada di kamarnya meninggalkan sang majikan yang masih berada di atas ranjang.

Setelah kepergian Ravin, Rasya cepat-cepat memakai kembali pakaiannya, lalu keluar dari kamar sang sopir. Dia berjalan mengendap-endap agar tidak ada asistennya yang lain yang melihatnya keluar dari kamar Ravin. Bisa gawat kalau sampai ada orang yang lihat dia keluar dari kamar sopir pribadinya di pagi buta seperti ini. Rasya memang mempekerjakan beberapa orang asisten rumah tangga.

Tiba di kamar, Rasya langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Berendam di bathup adalah hal yang ingin Rasya lakukan saat ini. Sungguh kejadian yang terjadi kemarin membuatnya gila. Di tambah kejadian dengan sopir brondongnya, membuat kepala dosen berusia 28 tahun itu terasa mau pecah. Berbicara tentang sopirnya, tadi Rasya sudah melihat semua tubuh Edi /Ravin keseluruhan karena Ravin berdiri tegak di hadapannya tanpa sehelai benang, ternyata sopir brondongnya itu mempunyai tubuh yang atletis, perut six pack atau 'roti sobek' idaman para wanita itu terlihat jelas di depan mata Rasya.

"Kenapa aku jadi kepikiran si Edi, sih?" Rasya memukul kepalanya.
Ada rasa penasaran juga bagaimana rasanya tubuh dia berada di bawah kungkungan tubuh pria itu tapi saat dia dalam keadaan sadar.

"Enggak-enggak! Kamu mikir apa sih, Sya." Rasya lalu meyalakan shower mengguyur kepalanya agar tidak kepikiran si Edi lagi.

*******

"Apa semalam kamu pake pengaman?" tanya Rasya pada  sopirnya.
Saat ini mereka berdua sudah berada di dalam mobil menuju  Universitas Indonesia.

"Tidak," jawab Ravin. Mata  laki-laki itu fokus ke jalanan yang ada di hadapannya.

"Apa?!" Rasya membelakkan matanya, "Kamu sama sekali tidak menggunakan pengaman?" sejak keluar dari kamar sopirnya, Rasya terus kepikiran akan hal itu.

"Bu, saya ini anak baik-baik, jadi saya tidak menyediakan pengaman atau semacamnya, dan semalam itu kejadiannya mendadak, jadi mana ada saya kepikiran pake pengaman." Sesekali Ravin melihat Rasya dari kaca spion. Bossnya ini benar-benar cantik, sepertinya dia mulai jatuh cinta pada majikannya ini. Boleh ga sih jatuh cinta sama janda? Itu yang dari semalam Ravin pikirkan. Apa salah kalau dia mencintai wanita yang lebih tua darinya?

"Apa kamu membuangnya di dalam?" tanya Rasya lagi. Dia hanya sedikit ingat apa yang dia lakukan dengan Ravin semalam. Ingat! Hanya sedikit ya!.

"Membuang apa?" Ravin balik bertanya, kali ini dia benar-benar tidak paham maksud dari ucapan bossnya.

Rasya menepuk jidatnya, apa sopirnya ini benar-benar masih polos, padahal dia sudah dua puluh tahun. "Itu ..., emm, apa kamu membuang sp**** mu di dalam tubuhku?"

"Hah!"

Bersambung

Happy weekend, selamat berakhir pekan, sampai jumpa minggu depan :))))))

Sabtu, 15 Jan 2022
Tuti H Buroh

My Brondong Driver (Aldama Family Seri 12)Where stories live. Discover now