Tidak ada Keberuntungan (2)

Start from the beginning
                                    

Sementara pria itu sedikit menggerakkan kepalanya sesuai irama lagu yang berputar di radio itu. Lalu pria itu menatap ke kaca, dan melihat putrinya.

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk tidur, kita akan segera sampai, putriku." Ucap pria tersebut menatap tajam kaca itu.

Gadis itu diam saja, dia lelah.

Pria itu kembali merilekskan matanya lalu menatap kaca depannya, benar-benar bermusik ria. Pria itu beberapa kali, menyanyikan lirik lagu di radio tersebut. Begitu hafal. Sejak kapan? Entahlah.

"Ya terserah, aku akan membangunkanmu ketika kita sudah sampai." Ujar pria tersebut dengan mengangguk-anggukan kepalanya mengikuti irama musik di radio.

"Aku tau kamu tidak tidur, Hazel." Ucap Pria tersebut.

"Tapi toh kamu tidak bisa lari lagi. Aku tidak akan khawatir soal itu." Lanjutnya.

Angin di luar mobil itu sepertinya menjadi sedikit kencang. Daun dari beberapa pohon yang mereka lewati lepas begitu saja, sehingga memenuhi aspal. Bagian bawah mobil begitu berisik.
Kini suara gesekan dedaunan kering dan ban mobil yang melaju tidak dapat terelakkan lagi.

"Gadis itu tengah bersedih, ayahnya membawa parang."

Ayah Hazel masih bermusik ria di tengah hujan deras dan mobil yang dikendarainya itu.

"Walaupun pertolongan itu merintih, setidaknya ada berbagai cara untuk menolongnya sekarang."

BAMM!!

Mobil yang dikendarai ayahnya sedikit goyah, membuat ayah Hazel kembali fokus untuk memerhatikan jalan. Dia menahan, mengontrol mobilnya.

Setelah beberapa menit berkutat dengan setir mobil, kini mobilnya telah kembali menuju dengan normal. Ayah Hazel terkejut bukan main.

"Ada apa barusan." Lirih Ayah Hazel kemudian mengerling ke arah belakang untuk melihat putra-putrinya.

"Hey, apa kalian baik-" Ayah Hazel terdiam, suaranya berhenti.

Ayah Hazel dengan cepat menoleh ke arah depan. Suasana menjadi dingin. Ayah Hazel bahkan sampai menelan ludahnya sendiri dengan susah karena menyadari sesuatu yang terjadi di belakang.

Beliau mencoba mempercepat laju mobil lalu melihat dari kaca depan mobilnya.

Putrinya terduduk di bangku belakang dengan posisi duduk yang tegap, kepalanya menghadap ke jendela. Dia menatap pohon-pohon itu, aneh bukankah tadi dia kelelahan. Matanya bahkan menatap lebar pemandangan di luar. Begitu terpukau, seperti anak berusia 5 tahun yang baru saja pergi ke kebun binatang.

"Indah..." Gumam gadis itu pelan.

Ayah Hazel mulai meremas setirnya. Keningnya berkerut, matanya sayu. Beliau kemudian semakin mempercepat laju mobilnya.

"Kamu tidak akan bisa. Bagaimana, kamu bisa setenang itu. Seharusnya kamu sudah tau dari Reza." Pikir Ayah Hazel.

Gadis itu kemudian mengerlingkan pandangannya lurus menatap tajam ayahnya.

Mata coklatnya, kini bersinar, itu berubah warna menjadi sedikit coklat kekuningan.

Selang beberapa menit gadis itu tidak mengedipkan matanya, mulutnya terbuka, dia berbicara.

"Benar ayah." Ucap gadis itu jelas.

Liam mengangkat kepala lalu menoleh ke arah kakaknya dengan cepat.

"Kakak berbicara pada siapa?" Pikir lelaki itu, kemudian mengusap air mata di pipinya.

Gadis itu tetap menatap tajam ayahnya dari belakang.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now