Chapter 6

81 51 51
                                    

Happy Reading...

Sesosok gadis dengan rambut coklat yang panjang dan bola mata berwarna kuning cerah sedang berjalan santai di taman sambil sesekali menghirup bunga yang sedang bermekaran ditemani oleh satu pelayan yang sedang memegang payung yang serasi dengan gaun yang gadis itu kenakan.

Gadis itu juga membawa keranjang untuk tempat bunga yang akan dia petik dan akan dijadikan sebuah rangkaian bunga nanti. Sesekali dia bersenandung riang, membayangkan sosok yang akan menerima rangkaian bunganya nanti.

"Apa menurutmu beliau akan suka dengan buket buatan ku, Marie?" Tanya gadis itu kepada pelayanannya.

"Tentu saja nona, beliau pasti akan menyukai apapun yang anda berikan." Ucap pelayan bernama Marie itu

Gadis itu tersenyum bangga, dia jadi tidak sabar bertemu dengan sosok yang dari tadi sedang dipikirkannya.

Mereka melanjutkan perjalanan, menyusuri taman istana yang sangat luas untuk memetik bunga-bunga yang cantik. Tibalah mereka di sudut Utara taman itu. Di sudut Utara taman istana memang banyak sekali bunga-bunga yang sangat indah, membuat gadis itu semakin fokus pada bunga yang akan di pilihnya. Sampai suara pelayannya memecah fokus gadis itu.

"Nona, bukankah disana Yang Mulia Pangeran Henry?" Ucap pelayan itu yang tidak sengaja melihat Pangeran Henry sedang berjalan.

Gadis itu menoleh ke arah Marie menunjuk, memang benar terlihat di sana ada Pangeran Henry sedang berjalan. Gadis itu tersenyum, dia ingin berteriak memanggilnya, namun dia urungkan niatnya itu saat melihat Pangeran Henry menghampiri sosok gadis berambut emas itu.

'aku tidak tau jika gadis rendahan itu masih ada disini' ucapnya kesal dalam hati.

Dia menatap tajam ke arah pemandangan di depannya itu. Dia pikir Pangeran Henry sudah tidak memperdulikan gadis berambut emas itu lagi. Dia menghela napas keras, sambil menahan kesal yang mengganjal di hatinya.

"Ayo Marie, kita harus membuat rangkaian bunga" ucap gadis itu lalu langsung berjalan meninggalkan taman.

••••••••••••••••••••

"Hari yang indah bukan"

Cinderella melirik kearah asal suara tersebut dan mendapati Pangeran Henry sedang berdiri di depannya dan tersenyum. Cinderella menghela napas pelan. Padahal dia berencana untuk menghindar untuk sementara waktu dari seseorang yang telah menyakiti Cinderella yang asli. 'Wah, lihatlah wajah nya yang terlihat sangat suci itu'

Cinderella meletakkan bukunya di atas meja lalu berdiri untuk memberi salam. 'Yah meskipun dia bajingan, tapi dia tetaplah Pangeran di kekaisaran ini. Fakta yang menyebalkan.'

"Salam kepada Yang Mulia Pangeran Henry." Ucap Cinderella sambil menunduk sopan diikuti oleh Blane.

Pangeran Henry mengangguk lalu mempersilahkan Cinderella duduk kembali dan dia pun ikut duduk tepat di depan Cinderella.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Pangeran Henry. Dia sedikit menggeser lengannya saat Blane mulai menyiapkan teh untuknya.

"Hanya mencari angin dan membaca buku yang mulia." Jawab Cinderella sopan.

Pangeran Henry mengernyit mendengar jawaban dari Cinderella, "bukankah kau tak suka membaca buku?"

"Awalnya, tapi akhir-akhir ini saya sedang ingin membaca buku."

Pangeran Henry mengangguk paham, "lalu bagaimana keadaan mu?"

'Dia baru tanya sekarang? Selama seminggu ini kemana saja dia?' tanya Cinderella dalam hati.

"Berkat perhatian yang mulia, saya baik-baik saja."

"Syukurlah, maaf aku baru bisa menemui mu sekarang. Aku benar-benar sibuk."

'Sibuk dengan wanita barumu huh?' cibir Cinderella dalam hati. Sungguh, dia sudah tidak tahan ingin meninju wajah tampan yang ada di depannya itu.

"Tak apa Pangeran, saya mengerti." Ucap Cinderella sambil tersenyum.

"Aku benar-benar khawatir kepadamu. Bagaimana kau bisa melakukan hal nekat seperti itu? Jika ada masalah tolong ceritalah padaku." Ucap Pangeran Henry yang terlihat tulus. Namun Cinderella sadar, itu hanya sekedar basa-basi saja.

'Masalahnya ada pada dirimu bodoh!! Huff, sabar Cinderella, kau harus tahan untuk tidak memukul wajah itu'

"Maaf membuat anda khawatir atas kebodohan saya Yang Mulia, lain kali saya tidak akan mengulanginya lagi." Ucap Cinderella sambil memasang senyum manisnya.

Pangeran Henry tersenyum hangat, "tolong pinjamkan tanganmu sebentar"

"U-untuk apa Yang Mulia?" Tanya Cinderella sedikit gugup.

"Pinjamkan saja"

Mau tidak mau Cinderella terpaksa harus meminjamkan tangannya. Dia tidak mau hanya karena tidak menurut, dia akan dihukum atas tindakan menentang perintah keluarga kekaisaran.

Pangeran Henry perlahan menggenggam tangan kanan Cinderella, "Ya, kau memang seharusnya tidak melakukan hal-hal di luar batas seperti itu. Apa kau akan berjanji Cinderella?"

Cinderella sangat kesal dengan perlakuan Pangeran Henry terhadapnya. Membayangkan jika tangan itu adalah tangan yang sering Pangeran Henry gunakan untuk bermain bersama wanita membuat Cinderella mual.

"T-tentu yang mulia, saya akan berjanji." Jawab Cinderella terbata-bata. Siapapun tolong bawa Cinderella pergi dari sana sekarang juga.

"Bagus."

CUPP

Mata Cinderella membelalak karena perlakuan Pangeran Henry baru saja. Dia tiba-tiba saja mengecup tangan Cinderella. Cinderella benar-benar merinding sekarang. 'Oh Cinderella, bagaimana kau dulu bisa mencintai pria seperti ini?!'

Namun sepertinya langit ingin menyelamatkan Cinderella, tak lama kemudian seorang ajudan datang menghampiri mereka untuk menginformasikan sesuatu pada Pangeran Henry. Entah apa yang ajudan itu katakan, Pangeran Henry langsung melepas tangan Cinderella dan berdiri.

"Kau nikmatilah teh mu, aku akan pergi dulu." Ucap Pangeran Henry setelah itu dia berjalan menjauh.

Setelah kepergian Pangeran Henry, Cinderella menghela napas lega. Dia langsung mengeluarkan sapu tangannya dan mulai mengelap tangan yang di genggam Pangeran Henry tadi dengan cukup kasar. 'Menjijikan'.

TBC

Cinderella After EndingWhere stories live. Discover now