9. Ketukan Tengah Malam

117 3 0
                                    

Teror horor terus terjadi pada Ayra. Kali ini sebuah ketukan yang terus ia dengar saat tengah malam. Saat dia membuka pintu tidak ada siapapun. Awalnya dia pikir itu adalah kelakuan Adit yang sedang iseng padanya. Tapi Adit telah menyangkalnya dan bilang mana berani dia iseng seperti itu padanya. Ketuk pintu hanya karena perlu saja biasnya.

Awalnya, Ayra bisa mengabaikannya. Tapi lambat laun ketukan iseng itu membuatnya terganggu. Ayra pun memutuskan untuk membicarakan hal itu pada Mbok Tum.

Seperti biasa, tanggapan dari Mbok Tum biasa saja. Sama seperti tanggapan Pak RT saat menanggapi orang-orang yang menyerang tokonya tempo hari.

"Tenang Ayra, tenang. sisa sebulan lagi dan kamu bebas dari semua ini." Ayra terus menenangkan dirinya sendiri.

Selama hampir tiga bulan Ayra terus mengalami hal aneh, mulai dari awal kedatangannya di desa Muji hingga hari ini. Rasanya desa ini terlalu banyak menyimpan rahasia yang sulit orang asing mengerti.

Sepanjang perjalanan ke toko Ayra terus memperhatikan seluruh sekitarnya, benar-benar penduduk yang aneh. Tapi lagi-lagi, Ayra mencoba tidak menghiraukannya. Ayra tetap fokus pada pekerjaan, fokus menginput data-data dan melengkapi laporanya.

Fokusnya kemudian terpecah saat ponselnya berdering. Layar ponselnya menunjukkan panggilan dari ibunya. Akhirnya, sosok yang tengah di rindukan menghubunginya.

"Halo, ibu?"

"Em, apa kabar?"

"Ya ampun, aku rindu banget sama ibu."

"Ibu juga. Kenapa baru ada kabar?"

"Sinyal disini jelek banget bu. Jadi sulit berkomunikasi."

"Oh begitu, gimana di sana? kamu baik-baik aja kan?"

Ayra menarik napas panjang lalu membuangnya dengan nada frustasi. Membuat ibunya menanggapi. "loh kenapa narik napas kayak gitu?"

"Aku pengen cepat-cepat pulang, tempat ini benar-benar aneh bu."

"Aneh bagaimana?"

"Ceritanya panjang. Nanti aku ceritain pas aku pulang yaa."

"Ya udah. Kapan balik?"

"Sebulan lagi."

"Gak kerasa yaa. Kamu udah makan siang?"

Ayra baru sadar kalau sekarang sudah masuk jam siang. "Ah iya, aku lupa. Nanti deh aku makan habis teleponan sama ibu."

"Ya udah, teleponannya udahan, kamu juga lagi kerja kan, udah sana balik kerja." suruh ibunya.

"Duh, padahal aku masih rindu sama ibu."

"Besok lagi teleponannya."

"Ya sudah kalau gitu." akhirnya Ayra menurut.

Keduanya saling menutup telepon. Lega rasanya sudah bercerita pada ibunya. Setidaknya unek-uneknya berkurang sedikit. Sehabis makan siang, Ayra kembali melayani pelanggan yang datang ke tokonya. Selama beberapa hari ke depan Ayra menjalani kesehariannya dengan ketenangan. Tidak ada keanehan apapun. Pak RT dan bu RT kembali bersikap baik padanya. Rupanya tidak banyak tingkah adalah kunci agar Ayra tidak menyaksikan hal-hal yang aneh lagi. Menjalani dan mengikuti kehidupan penduduk desa adalah jalan menuju ketenangan. Tampaknya Ayra sudah tahu dalam bersikap.

Malam itu tepat malam jumat. Ayra memutuskan pulang lebih awal karena tubuhnya nampak kelelahan dan kondisinya kurang sehat. "Dit, aku pulang duluan yaa, gak enak badan nih."

"Oke mbak. Perlu aku antar?" tawar Adit

"Enggak usah, aku pulang sendiri aja. Masih kuat kok."

"Siap mbak, hati-hati yaa." pesan Adit

THE RUNICWhere stories live. Discover now