3. Desa Muji

148 3 0
                                    

Matahari kian meninggi, Ayra kembali terbangun dari tidur sejenaknya saat tidak sengaja menghirup bau sedap masakan seseorang. Yah, masakan Mbok Tum.

Ayra bergegas menuju dapur yang letaknya di bagian belakang. Disana perempuan bertubuh berisi terlihat tengah sibuk meracik aneka macam makanan.

"Per-misi," Ayra bersuara memecah keheningan Mbok Tum yang sedari tadi tengah asyik dengan pisau dan sodeknya.

Mbok Tum berbalik, tak lupa mengecilkan dulu nyala api di kompor agar masakannya tidak gosong saat mengobrol dengan Ayra.

"Mbak Ayra ya?" tebak Mbok Tum

Ayra tersenyum kecil, "iya." jawabnya

"Baru datang atau udah dari tadi? enggak sempat ngecek soalnya buru-buru masak udah kesiangan. Tadi keasyikan ngobrol di pasar sama ibu-ibu yang lain." jelasnya dengan wajah ramah.

"Ah, begitu. Baru saja kok, tadi diantar sama pak RT." jelas Ayra singkat

"Oh, begitu."

Ayra kemudian berjalan mendekat ke arah Mbok Tum.

"Lagi masak apa Mbok?" kedua mata Ayra menuju ke arah masakan.

"Sayur asem, tempe dan tahu goreng mbak." ujarnya sambil mengulek sambel

"Wah, kelihatannya enak nih."

"Mbak Ayra sudah lapar?"

"Lumayan." ucapnya malu-malu

"Tunggu sedikit lagi ya habis ini kita makan siang sama-sama."

"Saya bantuin ya."

"Eh, enggak usah."

"Gak apa-apa."

"Ya udah siapin piring aja, ini tinggal sedikit lagi kok."

Keduanya makan siang bersama dengan nikmat, terlihat canda tawa di tengah-tengah mereka. Mbok Tum yang memiliki kepribadian terbuka membuat Ayra begitu nyaman mengobrol dengannya.

Habis makan, Ayra bergegas mencuci piring, tidak mau kalah cepat sama Mbok Tum meski awalnya sempat di tahan, tapi Ayra tetap ngotot ingin melakukannya.

Menjelang sore, keduanya duduk santai di teras sembari menikmati suasana sore yang masih sama dengan suasana pagi yang tampak tenang.

"Mbok, orang-orang di desa ini tenang banget ya, gak yang ribut gitu."

"Ribut? ribut bagaimana masksudnya?" Mbok Tum menanggapi ucapan Ayra dengan heran.

"Kayak anak-anak main bola sambil teriakan gitu, atau ibu-ibu yang ngerumpi, atau orang-orang yang lalu lalang sambil ngobrol tuh jarang banget. Paling kalau berpapasan senyum tipis doang."

"Orang di desa ini memang kalem-kalem mbak, memangnya kalau di tempat tinggal mbak Ayra gimana?"

"Wah, lingkungan saya berisik. Kalau pagi sudah banyak suara bising kendaraan, suara anak-anak kecil main, suara penjual sayur, banyak deh mbok." cerita Ayra

"Wah, seru yaa. Kalau disini beda lagi, jarang yang kayak gitu, apalagi kendaraan roda empat, jarang yang lewat, biasanya ada itupun kalau ada yang habis ke kota."

"Loh, bukannya kalau desa biasa rame ya Mbok, kayak anak-anak pada main di lapangan?"

"Gak tau, anak-anak desa gak begitu aktif main, paling pulang sekolah langsung anteng di rumah masing-masing."

Meski terasa aneh, Ayra tidak terlalu menghiraukannya, mungkin memang begitulah keadaan pedesaan disini. Tapi, seingat dan sepengalaman dia, meski desa kadang sunyi, itupun hanya malam hari, pagi atau siang dia masih bisa melihat dan mendengar orang-orang desa yang beraktivitas. Berbeda dengan desa Muji yang suasananya memang begitu tenang dan sunyi.

THE RUNICWhere stories live. Discover now