Chapter 9

23.6K 2.1K 93
                                    

Perjalanan menuju Apartemen Glamoura diisi dengan keheningan. Setelah Peter bertanya alamat dan Glamoura menjawabnya, hening, tidak ada lagi pembicaraan. Tidak ada yang berusaha memulai obrolan. Glamoura yang melihat keadaan diluar jendela dan Peter yang fokus menyetir.

Mobil berhenti saat lampu merah. Peter melirik sekilas ke arah Glamora yang sedari tadi hanya diam menatap luar jendela. Hingga suara erangan Glamoura membuat Peter melihat sepenuhnya ke arah gadis mungil itu.

"Argh..."

Glamoura terlihat kesakitan. Tangannya memegang erat kepalanya, dadanya juga Ia pukul dengan keras.

Sesak.

Dada Glamoura rasanya sangat sesak, hingga Ia merasa kesulitan untuk bernafas.

Mata Glamoura menatap takut ke arah depannya. Peter yang melihat arah pandangan Glamoura mengernyit bingung, apa yang dilihat Glamoura? Kenapa Ia terlihat begitu ketakutan? Bukannya apa, tapi yang Peter lihat saat ini adalah perkumpulan orang yang sedang berjalan untuk menyeberangi jalan.

Teringat dengan kejadian Glamoura yang dilecehkan seorang laki-laki saat di lift tadi, membuat Peter memperhatikan kembali orang-orang di depannya.

Tidak ada! Orang yang melecehkan Glamoura tidak ada disana. Tapi, kenapa Glamoura terlihat begitu takut?

Peter berusaha menjauhkan tangan kanan Glamoura yang memegang kepalanya dengan sangat erat, karena takut Glamoura akan melukai kepalanya yang habis dijahit itu. Nafas Glamoura terdengar memburu disertai dengan suara tangisan, "Hiks s-sakit.."

Peter yang mendengar tangisan Glamoura menjadi bingung, Ia tidak tahu apa yang harus Ia lakukan sekarang.

"Gla, hey tenang! Tenang."

Menarik paksa tubuh Glamoura, Peter memeluk tubuh Glamoura. Menyenderkan kepala Glamoura pada dada bidangnya, "Tenang Gla, tenang. Ada gue."

Glamoura memberontak, mencoba melepaskan pelukan Peter namun gagal. Bukannya terlepas, pelukan itu malah semakin erat bahkan kini disertai dengan elusan lembut pada punggungnya.

Perlahan tangisan Glamoura berubah menjadi isakan kecil. "Hiks s-sakit.. A-ampun hiks."

Peter hanya diam sambil terus mengelus punggung Glamoura.

Peter terlihat bingung dengan keadaan Glamoura saat ini, Glamoura terlihat sangat ketakutan entah karena apa. Ia bahkan bisa mendengar Glamoura yang berucap 'ampun?'.

Apa Glamoura adalah korban kekerasan?

Bukan tanpa alasan Peter berpikir demikian. Ia masih dengan jelas mengingat wajah sedih Glamoura saat ditanya tentang orangtua, dan tadi Glamoura tiba-tiba menangis ketakutan. Kata 'ampun' juga biasanya digunakan korban untuk menghentikan perbuatan pelaku kan?

Bisa jadi dugaannya benar, Glamoura adalah korban kekerasan orangtuanya.

Tin! Tin!

Suara klakson mobil, membuat Peter kembali menjalankan mobilnya dengan masih memeluk Glamoura dengan tangan kirinya. Tangannya kini beralih mengelus pelan kepala Glamoura, berusaha menenangkan.

Nafas teratur menandakan Glamoura tertidur saat ini, kepala Glamoura masih menyender pada dada bidangnya, bahkan kedua tangan Glamoura memeluk pinggang Peter dengan sangat erat, seakan takut Peter akan pergi jika Ia melepaskannya.

Dan Peter baru sadar sekarang!

Peter merasa wajahnya memanas sampai ke telinga. Jantungnya bahkan berdetak dengan tidak normal sekarang.

Kaleesya Transmigration (REVISI ALUR) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang