05. Sedikit Nasihat

29K 2.6K 120
                                    

Prang!

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Prang!

Bunyi pecahan terdengar saat Kale tidak sengaja menyenggol vas bunga yang terletak di sudut meja belajarnya.

Mengabaikan pecahan vas yang berserakan, Kale berjalan menuju nakas samping tempat tidur. Tangan gemetarnya membuka laci nakas, mengambil dua pil berwarna putih dalam botol kecil kemudian langsung menenggaknya tanpa minum.

Badannya meluruh, seiring dengan rasa sakit yang semakin menguasai kepalanya. Mata sayunya melirik jam yang tertera di dinding.

02:25.

"ESYA ANAK AKU!!"

Decihan keluar dari mulut Nadia saat mendengar ucapan Javies. Muak sekali rasanya mendengar kalimat menjijikan yang terlontar dari mulut suaminya.

"Anak haram pembawa sial!"

"NADIA!!"

Plak!

Kepala Nadia tertoreh ke samping saat Javies menamparnya. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Napasnya tersendat saat rasa sakit semakin menggerogoti hatinya. "Dulu.. buat bentak aku aja kamu bahkan nggak pernah Mas, tapi sekarang.. kamu nampar aku?"

Isakan pilu Nadia tak lantas membuat Javies menghentikan langkahnya. Pria itu bahkan mengabaikan keberadaan Maureen yang berdiri mematung di depan pintu kamar mereka.

"AKHHHH!!"

Prang!

Helaan napas panjang terdengar saat Kale kembali mengingat mimpinya. Mimpi yang selama satu minggu ini selalu mendatanginya. Mimpi yang berisi rentetan kejadian setelah kematiannya.

Kedatangan ibu kandungnya.

Penyesalan Javies.

Pertengkaran Javies dan Nadia.

Renggangnya hubungan antara Javies dengan anggota keluarga Abraham yang lain.

Serta alasan Javies yang selalu mengabaikannya.

'Kenapa baru sekarang?' Pertanyaan itulah yang selalu Kale lontarkan pada dirinya sendiri. Kenapa setelah Ia mati, hal yang Ia inginkan dan jawaban yang selama ini Ia cari baru di dapatinya.

Mengabaikan rasa sakit yang masih mendera kepalanya, Kale kembali ke meja belajarnya guna membersihkan pecahan vas yang berserakan.

Setelah membuang pecahan vas pada tempat sampah, Kale kembali ke meja belajarnya. Mengambil sebuah buku tulis yang sebelumnya Ia gunakan untuk mengerjakan tugas yang di berikan pengurus OSIS.

Melihat kembali jam yang tertera di dinding, Kale kembali menghela napasnya. Ini bahkan sudah pukul empat pagi, tapi rasa kantuk belum juga menghampirinya.

Kaleesya Transmigration (REVISI ALUR) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora