Bagian Ke sembilan (Pintu Pertama)

736 147 6
                                    

"Tidak pernah mempertanyakan sesuatu bukan berarti sepenuhnya bisa memahami."

🥀🥀🥀

"Kamu kenapa, Raksa?"

Setelah pertanyaan itu terucap, Gara bisa merasakan bagaimana hatinya berdesir. Sebuah perasaan aneh yang entah kenapa harus ia miliki saat Anna menanyakan perihal keadaannya.

Itu adalah sebuah pertanyaan yang wajar. Siapapun akan melakukannya saat melihat bagaimana berantakannya paras yang ia miliki sekarang. Lagi, Gara baru saja terkena pukulan untuk melindungi Anna.

Gara menggeleng perlahan untuk kembali menyadarkan dirinya sebelum tersenyum. Ia meraih jemari Anna yang menyentuh wajahnya, kemudian membawa jemari wanita itu untuk turun sebelum melepasnya.

"Saya baik. Cuma, masalah kecil, Tante."

Anna tampak masih meneliti paras Gara dengan tatapannya tepat saat langkah-langkah kaki terdengar memasuki ruangan dengan tergesa.

Gara, Luka dan Anna kompak melihat ke arah pintu masuk dan mendapati beberapa orang dewasa datang sembari menghampiri anak-anak mereka.

"Sialan. Udah pada dateng." Luka mencengkram ujung kemeja Gara dengan gusar.

"Siapa?" Anna nampak kebingungan membuat Gara tersenyum lagi. "Orang tua, Tan. Dipanggil karena kita buat masalah."

Seperti diingatkan, Anna kemudian menyadari suatu hal. Ia bisa saja bertemu dengan Revan atau Farah kalau terus berada di tempat ini. Ia akan bertemu dengan orang-orang yang mati-matian ia hindari selama belasan tahun.

"Gara?"

Sang pemilik nama menatap ke arah pintu masuk dan mendapati Diana datang dengan raut penuh kekhawatiran.

Iya, Diana. Netra ibu tiri Gara itu sedikit membulat saat mendapati sosok Anna ada di sana. Belasan tahun sudah mereka tak bertemu, tapi Dian tidak mungkin melupakan seseorang yang kehidupannya sudah ia hancurkan. Dian tidak akan pernah bisa lupa.

Dalam diam, Anna menatap Dian penuh amarah. Perasaan yang sebelumnya sudah sedikit lebih tenang itu kembali berantakan. Bahkan lebih buruk. Di sana, Dian berdiri dengan elegan. Pakaiannya, sosoknya, jelas menunjukkan seberapa baik kehidupannya selama ini. Anna mengumpat dalam hati, merutuki bagiamana Diana bisa hidup bahagia setelah menghancurkan miliknya.

🥀🥀🥀

Diana bisa merasakan atmosfer yang tidak menyenangkan saat ia berdiri berhadapan dengan Anna di sebuah lorong kosong bagian dari kantor polisi.

Tangan Anna terkepal erat, ia berusaha sebaik mungkin untuk tidak menatap Diana sementara wanita itu menunduk dalam.

"Kamu apa kabar, Ann?" tanyanya pelan. Anna tertawa pelan kemudian menatap nyalang istri baru dari suaminya itu. "Apa aku terlihat baik-baik aja di mata kamu?"

"Sebaik apapun aku berusaha, kehidupan aku nggak akan pernah jadi baik-baik aja. Dan jangan pura-pura bodoh seakan kamu nggak tahu siapa yang udah hancurin semuanya!"

"Aku minta maaf, Ann. Aku ...."

"Udah enam belas tahun, Dian. Dan kamu masih nggak berubah. Terus minta maaf seolah itu bisa perbaikin semua yang udah kamu hancurin!" Anna mendorong bahu Diana keras membuat wanita itu mundur beberapa langkah.

Luka Sang RaksaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz