18. pemimpin

113 131 12
                                    

Sekarang aku tengah berlari di sekitar lapangan rumput luas ini, bagaimana bisa aku disini? Ya aku diajak oleh Leane untuk ikut berlari di sekitar lapangan, kata mereka, mereka sudah terbiasa dengan ini semua ketika libur, aku baru tau jika sekola...

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


Sekarang aku tengah berlari di sekitar lapangan rumput luas ini, bagaimana bisa aku disini? Ya aku diajak oleh Leane untuk ikut berlari di sekitar lapangan, kata mereka, mereka sudah terbiasa dengan ini semua ketika libur, aku baru tau jika sekolah baru libur 3 hari, pantas saja ketika aku masuk ke sekolah ini, tidak ada keramaian yang terlihat.

"Kalian tidak pulang?" aku bertanya, ya mulai sekarang mungkin aku akan akrab dengan mereka bertiga.

"Tidak, rumah kami ada di kota jauh, jika kami pulang sekarang, sama saja hanya akan capek dijalan," itu Leane yang menjawab, aku baru tau ternyata mereka dari kota jauh, kupikir mereka bertempat tinggal masih di kota Ledanon sepertiku.

Aku hanya mengangguk mengerti mendengar jawaban Leane, setelah lima putaran kami berlari, akhirnya kami berhenti juga, hari ini hari yang lelah. Baru saja aku sampai di sekolah ini, malah diajak ketiga senior ini berlari keliling lapangan, walau lima putaran, tapi lapangan ini sangat luas, dua putaran saja sudah cukup untuk membuat tubuh berkeringat.

"Minum kalian." Ve menyodorkan tiga botol minum plastik menggunakan tangan kanannya kepada kami, kami bertiga pun mengambil satu-satu air minum itu lalu mulai meneguk air di dalam botol plastik ini.

"Ini masih belum ada apa-apanya Grizelle, besok libur 3 hari sudah berakhir, jadi kau juga akan masuk ke dalam kelas, belajar disana, kau akan sangat lelah menerima pembelajarannya yang tak hanya pelajaran formal sekolah biasa." Aku sudah tau lari dua putaran mengelilingi lapangan ini saja sudah membuat keringat membasahi tubuh, tapi mereka bertiga tidak berkeringat sepertiku, keringat mereka hanya menetes sedikit saja, berbeda denganku yang sudah berkeringat lebih, bahkan ngos-ngosan pun mereka tidak.

"Jika kau tidak kuat kau akan tertekan loh," itu Nara yang mengatakan, setelah dilihat-lihat gadis itu terlihat sangat bar-bar sih, dari tampangnya saja sudah seperti preman begitu.

"Heh! Nilai satu untukmu." Leane menyikut perut Nara kemudian menunjukkan jadi telunjuknya, mereka berdua sepertinya sangat dekat, makanya selalu bertengkar hanya karena hal kecil.

"Kau satu tim dengan Zayn bukan? Kira-kira apa nama milikmu?" Ve berbicara, pertama kali ini aku mendengar gadis itu berbicara dengan santai.

"Aku? Eeeem-" aku tidak tau sebenarnya ini bagaimana sistem kurikulum sekolah ini, aku hanya tau beberapa saja setelah dijelaskan, jika tidak dijelaskan ya aku tidak akan tau apa-apa.

"Biasanya nama tim itu tercipta dari ketuanya siapa, memangnya siapa ketua timmu?" Ve bertanya lagi, aku bingung harus menjawab pertanyaan Ve dengan pertanyaan apa, karena aku juga belum bisa menentukannya. Aku dan Zayn belum membahas ini.

"OI GRIZ!" Oh aku kenal suara itu, suara itu suara milik Zayn, aku mengarahkan pandangan ke arah sumber suara, menampakkan Zayn yang tengah berjalan cepat sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Oi Zayn! Lama tak bertemu kita! Kau ada apa hah? Kau ada urusan? ih dasar kau ini, ada urusan saja kau menemui kami." Sebelum aku menjawab panggilan Zayn, Nara sudah berlari kemudian merangkul leher Zayn, Nara memukul pelan kepala Zayn berulang kali menggunakan kepalan tangan sambil terus mengomel.

ARAH_pemburu book 1 of pemburuWo Geschichten leben. Entdecke jetzt