02. pr sejarah

178 142 56
                                    

Setelah Iren mengambil komik yang ia mau pinjam dari Danee, kami berdua keluar dari ruang ekstrakulikuler teater kemudian menuju ke kelas

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Setelah Iren mengambil komik yang ia mau pinjam dari Danee, kami berdua keluar dari ruang ekstrakulikuler teater kemudian menuju ke kelas.

Kami sampai di kelas. Aku segera duduk di bangku milikku mendahului Iren, aku bahkan tidak tau dia ada di sebelahku atau tidak.

"Iren kau darimana saja? Aku mencarimu loh."

"Oh maaf aku barusan ke ruang teater, ada apa memangnya?"

Iren terlihat berbicara dengan salah satu murid, entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak tau dan tidak mau tau.
Aku melihat ke sudut kelas, melihat seberapa banyak murid yang sudah berangkat dan saat memperhatikan, tatapanku tak sengaja menangkap laki-laki dengan penampilan rambut rapi yang tadi menabrakku saat di ambang pintu bus.

Aku baru menyadari dia berambut biru dan ada di kelasku, dia juga menggunakan penutup luka di bawah matanya. Aku tidak tau untuk apa, mungkin ada sebuah luka disitu?

Laki-laki itu terlihat memejamkan matanya sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja, telinganya tertutup headphone. Sepertinya sedang mendengarkan lagu. Saking menikmatinya laki-laki itu sampai memejamkan matanya.

"Griz!" Mendengar suara itu dengan spontan aku kaget, kemudian mengalihkan pandanganku ke arah siapa yang mengagetkanku barusan.

"Aku memanggilmu dari tadi namun kau tidak menjawabnya, kau sedang memperhatikan siapa sih?" Iren melemparkan pandangannya, berusaha mencari siapa yang sedang ku pandangi sampai-sampai tidak mendengar ucapannya.

"Ah, kenapa kau memanggilku?" Aku kembali memposisikan tubuh dan pandangan Iren ke arahku. Tidak boleh bagiku ketahuan menatap seseorang dengan cermat oleh Iren, bisa-bisa reputasiku sebagai murid baik-baik dan tidak banyak tingkah bisa tercoreng.

"Tidak apa, aku hanya heran saja kenapa kau sampai begitunya menatap orang padahal sebelumnya belum pernah." Jawab Iren. Ya memang mencurigakan sih, tapi untungnya Iren tidak melihat siapa itu.

"Oh, ok." Aku kembali memposisikan dudukku dengan tegap menghadap ke depan. Aku tidak peduli lagi dengan laki-laki itu, entahlah dia balik menatapku karena ucapan Iren atau tidak.

Sejak aku sendiri, semua di sekitarku terasa asing dan sunyi. Aku tidak mempedulikan orang lain dan terbiasa dalam suasana yang sangat-sangat sepi. Aku pernah satu kali mencari ayahku, namun itu tetap sia-sia, dia tidak bisa kutemukan. Bahkan sampai sekarang aku masih mencarinya, tapi tidak se-repot dulu, cukup jika aku melihatnya saja aku akan mendekatinya, jika tidak yasudah aku tidak peduli.

Tahun berganti dengan cepat dan membosankan saat aku sekolah dasar dan SMP, semua terasa membosankan. Aku tidak peduli dengan orang lain dan tidak mau bergaul, orang lain juga menganggapku tidak ada.

Namun kebosanan berubah setelah aku masuk kedalam sekolah SMA ini, tanpa sengaja aku dan Iren bertemu. Pertama bertemu juga seperti biasa, aku tidak terlalu mempedulikannya, namun tau-tau kami satu kelas, dan Iren adalah murid yang pemalu akan tubuhnya. Pernah satu kali dia dijahili anak laki-laki kelas lain, Iren tidak bisa melawan, beruntungnya dia saat itu, aku sedang berada di sekitar situ.

ARAH_pemburu book 1 of pemburuOnde histórias criam vida. Descubra agora