[7] Biru dan Kuning

106 16 10
                                    

–––––––––––––– · ♦ · ––––––––––––––––

Cerita ini tidak bermaksud menyinggung siapa pun, institusi apa pun, atau negara mana pun.

Tinggalkan
jejak sebelum membaca

Enjoy!


––––––––––––––– · ♦ · ––––––––––––––––

Indonesia berjalan sedikit cepat. Di ujung langkah ia meraih gagang pintu kamar mandi. Benda silver itu diputar, menghasilkan bunyi klek sebelum kemudian terbuka.

Kosong.

Tidak ada apa-apa. Hanya ada tishu toilet, sekat transparan yang menutupi toilet, shower yang masih meneteskan air di sisa-sisa lubangnya, dan wastafel dengan keran menyala dan cekungan yang dipenuhi air. Bau lembab khas segera menyerang indera penciuman Indonesia. Sedangkan matanya memicing ke dalam cekungan wastafel. Air tumpah membasahi lantai. Wastafel itu belum lama dimatikan.

Indonesia memasuki ruangan dengan sedikit berjinjit. Seolah takut akan menginjak sesuatu yang dapat membuat satu gedung sekolah meledak. Matanya mulai menyisir seluruh sudut kamar mandi. Mencari hal apa yang sekiranya aneh di ruangan sempit ini. Namun tetap, tidak ada keanehan sama sekali.

Di belakang Indonesia, teman-temanya mengikuti langkahnya. Rusia tepat di belakangnya, berjalan pelan mengikuti langkah Indonesia.

Indonesia berjalan lebih jauh. Kepalanya sesekali menoleh ke kanan dan kiri. Hingga kakinya sampai di depan jendela. Namun entah kenapa dia memilki perasaan aneh yang mendorongnya menengok ke luar. Tubuhnya menjorok ke depan, meraih bingkai jendela lalu menjulurkan kepalanya keluar.

Sialan.

Mata Indonesia membulat seketika. Ia tertegun. Keringat dingin menderas di keningnya. Netra merah bercahayanya bergetar seolah diguncang gempa. Lalu Indonesia merasakan napasnya tercekat.

Itu–

Itu–

Germany ...

Rusia meliaht gelagat aneh Indonesia. Dia melangkah. Ikut menjulurkan kepala.

“Kenapa kau-” suara Rusia ikut berhenti. Dengan cepat dia segera berlari keluar dari kamar mandi dan meraih telepon darurat. Giginya bergemeretak, memuntahkan sumpah serapah entah pada siapa.

Nomor-nomor acak ditekannya. Tapi entah kenapa jemarinya selalu meleset. Selalu ada nomor yang salah tekan. Tak peduli berkali-kali dirinya mengutuk nomor telepon itu.

821

984

932

912

911

“Nomor darurat Akademi Ravenette, ada-”

“Cepat ke sini!”

Itu adalah apa yang terjadi beberapa jam lalu. Mereka menemukan Germany dalam kondisi tubuh penuh tusukan, juga dengan pisau yang digunakan pelaku untuk menjalankan aksinya tergeletak di sebelah korban. Sempat ada dugaan bahwa ini adalah bunuh diri. Tapi rupanya, menurut laporan tim medis, arah tusukan itu berasal dari belakang tubuh. Antara punggung bagian bawah sampai ke leher.

Ravenette [New Asrama Cybera] || HiatusWhere stories live. Discover now