53. Laut yang Tenang

60.4K 9.3K 12.3K
                                    

hello, anak-anakku 🧸

selamat membaca! jangan lupa selalu comment dan vote yaa. thank you~

 thank you~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

53. LAUT YANG TENANG

"Dae!" Amora berteriak, mengejar lelaki yang membawa kabur bunga kecil miliknya.

Di kejauhan sana Dae putar badan dan menunggu Amora mendekat. Istrinya lelah berlari-lari mengelilingi taman di halaman rumah ini. Karena tidak tega, Dae mendatanginya dan menyerahkan bayi bunga untuk Amora.

Senyum Amora kembali lagi setelah bunga balik ke genggamannya. "Enggak boleh ambil bunga aku."

"Itu cuma bunga kecil. Aku punya banyak bunga, Moya." Dae berkata.

Dae menuntut Amora ke sebuah tempat serba putih, kosong, tapi terdapat banyak sekali bunga berserakan di lantai. Bunganya berwarna-warni dengan jenis berbeda-beda. Amora takjub melihat keindahan itu.

"Semuanya punya kamu?" Amora menatap Dae.

"Iya, Sayang." Dae menjawab. "Aku enggak mencuri punya kamu. Aku dapetinnya dari banyak orang."

Amora terkekeh, lalu berjongkok untuk mengambil setangkai mawar merah. "Aku boleh minta yang ini?"

Dae tersenyum kecil. "Jangan. Itu udah kamu kasih ke aku, masa diminta lagi?"

Saat itu Amora tak mengerti ucapan Dae, jadi ia hanya menaruh bunganya ke lantai lagi. Amora mengamati sekeliling dan mencari objek lain selain bunga, tetapi tidak menemukannya. Lantas dia meraih tangan Dae yang terlindung tuxedo putih untuk digenggam.

Amora memainkan jemari Dae yang hangat. Seraya itu mereka lanjut berjalan di sepanjang lantai penuh bunga. Tempat ini tak ada ujungnya, tidak ada pula jalan keluar.

"Dae, pagi ini aku mual banget. Baby Lonan minta dielus kamu. Ayo, elus sekarang!" Amora mengusap perutnya.

Dae memenuhi permintaan itu dan berpindah ke belakang Amora. Ia berdiri di sana sembari mengelus perut Amora yang makin menonjol. Amora menyentuh tangan Dae di atas perutnya untuk merasakan sensasi lebih menenangkan.

Apalagi saat Dae menumpu dagunya di bahu Amora. Wajahnya mendekat ke leher Amora dan hidungnya menggesek pelan kulit mulus itu. Dae terus memeluk Amora dari belakang entah kapan akan melepas.

"Akhir-akhir ini aku kangen terus sama kamu, Dae." Amora mengaku.

"I miss you more," respons Dae.

"Kamu kenapa enggak pulang-pulang? Kamu bilang bakalan pulang, tapi setiap malam aku tunggu, kamu enggak pernah muncul lagi." Amora bertutur sedih.

Sekarang perempuan itu bergerak menghadap Dae. Matanya dilapisi air yang siap luruh ke pipi. Amora mengambil oksigen banyak-banyak sebelum melanjutkan unek-uneknya.

ALAÏA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang