Akhirnya, mereka tahu

Start from the beginning
                                    

Reza sedikit mengernyitkan dahi diawal, dia mencoba mengatur nafas. Perlahan raut wajahnya yang tadi memancarkan keresahan kini sedikit lebih rileks, nafasnya perlahan kembali normal.

Hingga lelaki itu terdiam, tidak ada ekspresi apapun yang kini dapat di gambarkan di wajahnya.

Ayah Hazel yang melihat hal itu, kemudian mulai panik, dia semakin gencar membisikkan sesuatu ke telinga Reza. Mencoba membuatnya kesakitan lagi.

Tetapi, sepertinya usaha mereka mulai tidak bekerja pada Reza. Mata lelaki itu mulai terbuka, Reza menyipitkan matanya dan menfokuskan pandangannya yang kini terkunci pada sesosok Tante yang ada di hadapannya.

Tante memasang wajah datar, senyum kejamnya telah hilang. Namun, darah masih menetes.

Suasana ruang tamu yang sunyi dan atsmosfernya yang berat. Angin tiba-tiba mulai berhembus dengan kencang. Muka risih mulai terpapar di wajah Tante. Reza kembali menatapnya dengan tatapan yang sama. Tatapan yang meremehkan.

Hal itu membuat Tante kesal, beliau makin melukai jari telunjuknya. Bahkan dia mulai membuka satu persatu jari-jemarinya yang terbalut dengan perban. Seperti tadi, perbannya perlahan terbang lalu hancur menjadi abu.

Tante mulai menatap Reza dengan tajam, jari jemarinya kini mengeluarkan darah lebih banyak.

Ayah Hazel dengan cepat membisikkan sesuatu di telinga Reza.

Namun, anehnya lelaki itu tidak bergeming. Bahkan Reza dapat menatap wajah Tante dengan senyuman yang tersungging di wajahnya, licik.

"Kalian kira aku siapa?" Ucap Reza.

Raut wajah Tante perlahan menjadi panik, dia mengeluarkan pisau yang entah dari mana dia dapat dan mulai menguliti jari-jemarinya agar dapat mengeluarkan darah lebih banyak lagi.

Reza semakin tersenyum, dia tertawa pelan, lucu.

"Hanya ini yang diajarkan oleh perkumpulan keramat kalian? Hanya ini yang kalian bisa?" Ucap Reza lalu menghela nafasnya kasar, dia bosan.

Kedua orang yang berusaha menyakitinya perlahan mulai diam dan menghentikan aktivitasnya. Kemudian pandangan Reza mengabur dan semuanya menjadi gelap.

"Rez-Reza!" Suara seseorang.

Suara jentikkan jari kemudian menyadarkan Reza. Lelaki itu sepenuhnya kembali tersadar dan terduduk di sofa itu.

Mata Reza lalu menoleh ke arah Lelaki paruh baya yang menoleh kepadanya dengan raut wajah khawatir. Beliau duduk di sofa berbeda bersebelahan dengan Reza.

"Hey Reza? Kamu kenapa tidak mengabari ke paman kalau mau datang?" Ucap ayah Hazel wajahnya kini kembali ceria dengan senyumannya.

Reza masih terdiam, matanya menelusuri setiap sudut dari ruang tamu ini. Ternyata hari sudah hampir gelap. Semburat jingga kemerahan di ufuk barat menjadi pertanda bahwa Reza telah terduduk lama sekali di sofa tersebut.

"Padahal rasanya cuma sebentar, tadi masih siang bukan?" Pikir Reza.

Tante Hazel duduk di sofa yang ada di depannya, menatap lelaki itu bingung dengan nampan berisi gelas kosong di tangannya.

Tadi itu hanya bayangannya saja kan? Itu semua tidak nyata bukan?

Kemudian dia mengerjap perlahan lalu menoleh ke arah Ayah Hazel. Reza tersenyum kecil.

"Saya sengaja paman, agar menjadi kejutan." Ucap Reza.

Suara anak tangga kini mendecit. Terdengar berat.

Hazel dan Liam telah turun dengan pakaian santainya.

Mereka berdua kemudian berjalan menuju ruang tamu. Liam dengan cepat langsung berlari memeluk Reza yang duduk di sofa.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now