24. Bye, Prince~

Zacznij od początku
                                    

Lagi, Riam mengendik. Membuat Una menatapnya jengkel. "Bisa jawab yang panjangan dikit, nggak?"

"Nggak."

"Iyam sayang Una, nggak?"

Seketika, terdengar batuk yang lolos dari bibir Riam. Cowok itu menatap kemanapun selain kepada Una dan orang-orang di sekitar, Candy dan Irgi. Wajahnya, secara lucu tampak sedikit memerah. Dengan kulit seputih itu, perubahan ronanya dapat terlihat jelas. Candy tidak bisa untuk tidak tersenyum sementara Riam tampak memutar otak, mencari pengalihan.

Cowok itu lalu menunjuk meja yang penuh berisi makanan di dekat panggung.

"Laper," katanya. Lantas menarik Una serta ke arah sana, meninggalkan Irgi dan Candy.

Namun, semua yang dapat Candy pikirkan adalah... Aksal akan datang. Pangerannya akan datang, menyelamatkannya dari tempat ini dan membawanya di atas kuda putih, atau mobil putih, terserah saja.

Ia mengantisipasinya. Dan karenanya, Candy merasa gugup.

"Kamu seneng-seneng aja di sini, ya, Can," pesan Irgi, lalu pergi untuk mengobrol dengan teman-temannya yang lain di meja Caramel.

Dan kejadian itu terjadi setengah jam yang lalu. Sekarang, Candy sudah bosan setengah mati. Caramel, satu-satunya orang yang dekat dengannya, tampak begitu sibuk karena dia selalu dikerubungi teman-teman kuliahnya, juga Irgi. Mereka bahkan suap-suapan! Una sendiri sibuk berkeliling mencari makanan bersama Riam atau Nando. Dan meskipun dia tampak menyenangkan dan mudah untuk diajak mengobrol, Candy ingin berada sejauh mungkin darinya atau orang-orang akan mengira mereka kembar karena dress yang sama.

Lalu Navy... bukannya Candy berniat mengobrol atau apa dengannya, tetapi cowok itu tampak sibuk sendiri dengan ponselnya yang terus menerus berdering dari tadi. Lalu, dia menghilang begitu saja. Candy tidak melihatnya lagi selama lima belas menit terakhir. Aksal ... belum datang. Candy tidak tahu apakah cowok itu akan datang. Dan kue yang tersedia sudah Candy cicip semua sampai perutnya terasa penuh. Ia tidak sanggup lagi memasukkan lebih banyak makanan.

Semua yang ia inginkan hanyalah pulang, pulang, dan pulang.

Semua itu sebelum seseorang naik ke atas panggung yang juga dihias balon ucapan.

"Halo, semuanya!" pria berbadan gemuk yang mengenakan kemeja berompi dan topi bulat berbicara di depan mikrofon. "Pertama-tama, kami ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk bestie kita yang cantik ini. Happy birthday, Caramel Dya Arella!"

Serempak, semua orang di kafe itu bertepuk tangan, menyelamati Caramel yang tersenyum lebar di kursinya.

"Sebagai bentuk ucapan selamat, Morning Café juga merasa sangat terhormat untuk mempersembahkan penampilan yang satu ini. Mereka adalah band indie yang lagi hits nih di kalangan anak muda! Dan mereka jauh-jauh dateng ke sini untuk menyumbangkan lagu khusus untuk ratu kita hari ini, Caramel Dya Arella!"

Lagi, semua orang bertepuk tangan. Kali ini lebih bersemangat. Candy menatap panggung itu penasaran.

"Kita sambut sama-sama," sang host merentangkan sebelah tangannya lebar. "THE EFFECTS!"

Dari tangga samping panggung yang berhubungan langsung dengan ruangan tertutup menuju dapur, beberapa orang muncul. Candy mengenalinya. Mengenalinya dengan amat sangat baik. Pandawa, Nino, Langit, dan... napas Candy tercuri seketika. Itu Aksal, pangerannya. Dengan pembawaannya yang tenang berjalan ke atas panggung. Outfit yang ia kenakan hari ini berupa kaos abu-abu, embroided jacket warna hitam yang digulung hingga siku, jins dan sepatu kanvas putih. Dia tampak tampan biasanya, tetapi hari ini, rasanya ketampanannya meningkat.

Cinderella Effect [Completed]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz