5. Drama

1K 199 23
                                    

Arena menelisik sebuah ruangan yang megah dengan ornamen khas eropa, mulutnya menganga sempurna, matanya tak bisa berkedip, sungguh ia di buat bungkam.

"Kalo tau transmigrasi nya bakal kaya gini dari tadi gue gabakal nolak." ucap Arena membaringkan dirinya di kasur besar.

Rasanya seperti tak nyata bisa tinggal di sebuah rumah yang ia cita-citakan sedari dulu.

"Gue gak peduli dengan keluarga ataupun kekasih dari gadis ini karena yang terpenting sekarang tuhan udah beri gue kesempatan untuk jadi orang kaya, bisa menikmati masa sekolah dan juga menikmati hidup." ucap Arena menatap langit-langit rumahnya.

"Oh iya keadaan Alva sama Linda gimana ya? Gue gak yakin kalau ada orang mau mengurusnya selama gue ada di sini." gumamnya lagi.

"Tapi semoga aja mereka baik-baik aja, gue hanya perlu mastiin

Matanya terasa kantuk mungkin efek dari kasurnya yang empuk. Tanpa sadar ia menutupkan matanya menjelajahi alam mimpi.

Di sisi lain Ethan sedang berkutat dengan komputer di depannya, namun tiba-tiba pikirannya menerawang saat ia melihat tingkah aneh dari adiknya Aliva, tak biasanya gadis itu banyak bercanda.

Tok..tok

Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunannya, ia berjalan menghampiri pintu itu lalu membukanya.

"Den makan malam udah siap, yang lain udah nunggu di bawah." ucap Bu Asti.

"Iya bi." jawab Ethan mengangguk.

Tak berselang lama Ethan sudah turun kebawah di sana sudah banyak orang yang menunggu terkecuali Aliva.

"Aliva mana? Gak biasanya dia telat makan malem." tanya Ethan.

"Dia mau makan di kamarnya." jawab Darnel. Sedangkan Ethan hanya mengangguk.

Alvin beranjak dari duduknya membuat semua atensi tertuju padanya.

"Orang kantor menelpon papah katanya ada sedikit masalah di perusahaan jadi malam ini papah gak bisa ikut makan malam, maafin papah ya." ujar Alvin merasa tak enak.

"Gak apa-apa pah Elina ngerti kok," jawab Elina tersenyum manis.

Alvin beralih menatap ketiga putranya dan mereka hanya mengangguk sebagai jawaban.

Setelah Alvin tak terlihat lagi di ruang makan. Vince membuka pertanyaan.

"Si Marcus masih suka gangguin kamu?" tanya Vince kepada Elina.

Elina mendongak dan tersenyum kaku lalu mengangguk.

BRAK..

"Sialan! Sebenernya apa yang cowok itu mau? Bukannya udah jelas kalau kamu nolak dia?" decak Darnel menendang meja makan.

"Apa yang dia lakukan sama kamu?" kali ini Ethan yang bertanya.

"Dia sering ngancam kalau aku gak nurutin kemauan dia dan dia juga sering menyewa orang untuk menguntit aku." jawab Elina memanikan jari tangannya.

"Ah sialan!" gerutu Darnel.

"Ngancam gimana? Kemauan apa yang kamu maksud?" tanya Vince bingung.

"Katanya aku harus jauh-jauh dari kak Vernon. Kalau aku gak nurut dia bakalan datengin aku ke sekolah atau kalau enggak dia bakalan ngelukai orang terdekat aku bahkan dia pernah bilang bakal culik aku dan mengurungnya di kamarnya."

"Dia gak pernah main-main dengan ancamannya kak, aku juga takut kalau besok dia bakal datang ke sekolah." lanjutnya bergetar takut.

"Sialan emang! Kamu gak usah takut kita selalu ada untuk jagain kamu, bahkan sekarang Vernon dan teman-temannya udah siap pasang badan buat ngelindungi kamu." ujar Vince menenangkan Elina.

PRIKWhere stories live. Discover now