TRAGEDI

100 46 15
                                    

Kini Madava dan juga Leo sudah berada di depan pintu ruang rawat Diana, sudah hampir sepuluh menit mereka berdiri disitu namun belum ada sedikitpun pergerakan dari Leo untuk membuka pintu tersebut. Madava tahu perasaan Leo tidak karuan saat ini, perlahan Madava mulai membuka pintu tersebut lalu Madava merangkul punggung Leo untuk segara masuk. Hawa dingin langsung menusuk kulit mereka berdua ketika memasuki ruangan itu.

Diatas ranjang sana terlihat Diana yang masih setia menutup matanya.

" Assalamu'alaikum mah " Ucap Leo sembari mendudukkan dirinya di samping ranjang Diana lalu Leo mulai menciumi pipi, kening, dan yang terakhir punggung tangan Diana.

Dengan seulas senyum diwajahnya, Leo mulai membuka ranselnya lalu ia mengeluarkan sebuah Al-Qur'an yang telah ia siapkan sejak tadi malam. Ia mengusap sampul Al-Qur'an tersebut.

" Mah, Leo bawa Al-Qur'an hadiah dari mamah dulu " Ucapnya sembari tersenyum.

" Udah lama ya mah, Leo gak ngaji bareng mamah lagi "

" Kita ngaji bareng lagi yok mah "

" Gak bisa ya mah " Ucapnya dengan senyum hambar

" Yaudah kalo gitu mamah cukup dengerin aja, biar Leo yang ngaji"
Ucapnya sembari membuka Al-Qur'an tersebut. Sebelumnya tadi Leo sudah mengambil wudhu untuk menyempurnakan nya membaca Ayat suci Al-Qur'an.

Dengan tenang Leo mulai membaca Al-Qur'an tersebut hingga tak terasa air matanya pun terjun dengan bebas membasahi pipinya. Dari belakang Madava bisa melihat punggung Leo yang bergetar karena menahan isak tangisnya.

Saat melihat Leo seperti itu, hati Madava terasa seperti teriris. Ia seperti melihat dirinya dahulu yang selalu membacakan ayat suci Al-Qur'an untuk Raisa ibunya yang sedang terbaring sakit kala itu.

Dengan perlahan Madava berjalan keluar meninggalkan ruang rawat Diana, Karena ia tak ingin mengganggu fokus Leo.

Madava berjalan menuju rooftop rumah sakit untuk menghirup udara segar disana, karena Madava tidak suka dengan rumah sakit. Ia sangat benci dengan aromanya yang membuat nafasnya sesak seperti tercekik.

Sesampainya dirooftop, Madava duduk di kursi panjang yang telah tersedia disana. Ia mengangkat kepalanya keatas lalu menutup matanya, kemudian ia menghirup rakus udara seakan-akan tidak ada hari esok, ia merasa sangat tenang saat ini. Akan tetapi ketenangan itu sirna begitu saja saat ia mendengar samar-samar suara orang yang sedang menangis. Karena penasaran Madava mulai mencari sumber suara itu berasal, namun langkah kakinya terhenti saat suara tangis itu berubah.

" Jangan mendekat! "

" Please siapapun itu jangan kesini, gue mau sendiri! " Ucap seorang gadis yang tadi menangis.

Setelah mendengar itu Madava berdiam sejenak, lalu ia merogoh sakunya mengeluarkan sapu tangan nya dan meninggalkan nya disana bersama gadis itu.

Madava kembali menyusuri koridor rumah sakit, hingga langkahnya terhenti saat ia melihat Leo dipaksa keluar dari ruang rawat Diana.

" Plak! "

Suara tamparan yang cukup keras mendarat tepat di pipi Leo, dan itu berhasil menarik perhatian banyak orang yang berada di sekitarnya.

" PERGI! " Bentak Aryo.

Sedangkan Leo tertunduk lemas dengan Al-Qur'an dipelukannya.

" Dasar anak kurang ajar! "

" Kamu do'ain istri saya mati hah? pake acara ngaji segala "

" Kenapa gak kamu aja yang mati! "

" Bajingan kamu! " Bentak Aryo dengan emosi yang menggebu-gebu.

PAINKILLER  [ MARK LEE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang