PROLOG

530 64 3
                                    

"Kapankah akan membaik, kapan mentari terbit lagi, selalukah tiap hari seperti ini, sekarat sungguh menyakitkan, leher tercekik nafas tersumbat, waktu pun berjalan tak bisa membantu, tolong berikan kesembuhan sedikit untuku"


Dengan nafas tak beraturan, bibir pucat, dan tubuh penuh keringat Madava terus mencari sebuah kotak kecil berwarna biru yang selalu dia simpan di lemari pakaiannya namun tetap saja tidak ada padahal sudah satu kamar di geledah.

"Lo nyari apaan sih, kok kayak orang kesetanan gitu" Tanya Leo yang sejak tadi menyaksikan nya

"Oh itu, lo liat gak kotak kecil gue yang warna biru" Ucap Madava dengan suara yang sedikit bergetar.

"Loh bukannya tadi pagi lo bawa ke studio ya? lagian itu kotak isinya apaan dah berharga banget kayaknya" Ucap Leo yang sedikit penasaran, karena Madava selalu membawa kotak itu kemana saja dia pergi.

Madava yang mendengar nya pun langsung pergi menuju studio tanpa menjawab pertanyaan dari Leo sahabatnya itu.

"Kenapa gue teledor banget naruh disini" Ucap Madava yang sedang menggenggam kotak kecil berwarna
biru itu.

Madava segera membukanya dan mengambil beberapa pil didalamnya dan langsung menelannya. Tanpa Madava sadari ada Leo yang sedari tadi melihatnya.

"Itu apa yang barusan lo telen?" Tanya Leo dengan suara yang meninggi,
Madava yang menyadarinya pun langsung menyembunyikan kotak itu disaku celana yang dia kenakan.

"Hah e...enggak itu cuman permen kok" Jawab Madava dengan sedikit tergagap.

"Lo pikir gue bodoh apa hah? gak bisa bedain mana permen sama obat?" Ucap Leo yang mulai mendekat kearah Madava.

"Mana dav? Kasih ke gue cepat!" Bentak Leo yang mulai menggeledah badan Madava.
Madava yang lemah karena efek dari obat itupun tidak bisa melawan.

"Ini apa? Jawab gue ini apa dav? " Bentak Leo yang memegang kotak biru milik Madava, Madava hanya diam dia tidak bisa berkelit lagi dari Leo.

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang pemilik, akhirnya Leo pun membuka kotak tersebut. Terdapat banyak pil didalam nya, tanpa harus bertanya lagi pun, Leo sudah tau dengan jenis obat yang selama ini madava konsumsi.

" Udah gue duga" Ucap Leo

" Selama ini gue diem, pura-pura bodoh setiap kali lo bilang baik-baik aja, tapi nyatanya? Lo udah gak bisa bohong lagi dav " Ucap Leo

"Sejak kapan lo konsumsi ini? " Tanya Leo dengan nada yang sedikit bergetar menahan tangis.

" Dari gue SMP " Jawab Madava pelan.

"Selama itu dav? Dan lo gak pernah cerita ke gue? Berarti selama ini tawa dan senyum lo itu semuanya palsu kan?" Ucap Leo kecewa.

"Cuman itu yang ngebuat gue bertahan sampai sekarang" Ucap Madava pelan.

" Sekarang kasih tau gue, lo sakit apa " Tanya Leo mengintimidasi.

Madava menggeleng
" Gue juga gak tau " Ucapnya.

" Ayo ikut gue " Ucap Leo sembari menarik paksa tangan Madava.

" Gue gak mau ke rumah sakit eo " Ucap Madava.

" TERUS LO MAU MATI GITU AJA HAH? Belum cukup tadi siang lo udah buat kita semua jantungan? " Bentak Leo.

" Gue cuma belum siap eo! " Bentak Madava balik

" Kalo gue ke rumah sakit sekarang, kabar tentang gue sakit bakalan cepat beredar di media. Terus kalo Jeffan liat gimana? Gue gak mau liat dia nemuin gue disaat gue udah terbaring gak berdaya dirumah sakit " Ucapnya penuh frustasi.

" Gue mau pas kita ketemu, dia liat gue dalam keadaan sehat, baik-baik aja "

" Jadi tolong rahasiain ini, kasih gue waktu, sampe gue berhasil nemuin Jeffan. Setelah itu gue janji bakal berobat " Ucap Madava memohon.

Leo tak menjawab, ia langsung pergi begitu saja setelah mendengar kan penjelasan Madava.

MADAVA & LEO

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

MADAVA & LEO




PAINKILLER  [ MARK LEE ]Where stories live. Discover now