HEAVEN

188 52 11
                                    

Happy Reading

Madava menyapa para anak-anak yang sedang bermain disekitar halaman gedung ber cat putih itu.
HEAVEN begitulah tulisan yang tertera pada papan besar bangunan itu.

Ia mulai melangkah masuk kedalam gedung itu bersama dengan Leo disampingnya. Madava kembali menyapa beberapa orang yang berlalu lalang, mereka yang sudah sangat mengenalnya dengan baik.

" Whatsapp bro " Sapa seorang pria yang 2 tahun lebih tua darinya.

Madava pun tersenyum hangat sembari melakukan salaman khas laki-laki pada umumnya.

" Gue pikir lo udah lupa sama tempat ini " Ucap pria itu yang bernama Jaka.

" Ya gak mungkin lah bang " Jawab Madava sembari tertawa.

" Gue gak disapa nih? " Tanya Leo yang sedari tadi terabaikan.

Jaka pun menghampiri Leo dengan lesung pipinya yang melekat.
" Sorry bro, gue kira lo tadi bodyguard nya Mada " Jawab Jaka tertawa, Leo pun hanya menggeleng malas.

" Oiya bang, bunda mana? " Tanya Madava.

" Ada, diruangan nya " Jawab Jaka.

" Yaudah gue kesana dulu ya " Ucap Madava begitu semangat dan berlalu meninggalkan Leo dan Jaka.

~~~

Madava menyusuri lorong yang sedang ramai oleh anak-anak yang sedang berlarian atau bermain. Langkah Madava pun terhenti didepan pintu yang sangat tidak asing baginya, sudah hampir 3 tahun Madava tidak menjamah pintu tersebut. semua kenangan nya bersama ibunya berada di balik pintu itu.

Dengan hati yang berkecamuk Madava mulai membuka pintu tersebut, lalu memori di kepala nya pun memutar layaknya sebuah film.

Ia bisa melihat dirinya dahulu bersama ibunya dalam suka dan duka, hingga tepat dimana Madava terlihat sedang membasuh kedua kaki ibunya yang terbaring sakit di atas ranjang.

" Mada " Panggil Raisa dengan suara seraknya.

" Hem, iya bu " Jawab Madava sembari menyeka tubuh ibunya dengan kain basah.

" Ibu... kangen Jeffan " Ucap Raisa yang seketika membuat Madava terhenti dari kegiatannya.

" Ibu pengen liat Jeffan "
Madava berusaha menahan air matanya yang sedari tadi ingin keluar

" Mada, ibu mohon jangan pernah nyerah untuk nyari Jeffan ya nak, meskipun nanti ibu udah gak ada " Ucap Raisa terbata-bata.

Madava hanya mengangguk mengerti sembari berusaha tersenyum untuk ibunya dengan mata yang berkaca-kaca.

" Boleh ibu meluk Madava? " Tanya Raisa dengan senyuman diwajah pucat nya.

Madava mengangguk lalu memberi pelukan pada ibunya, Madava bisa mendengar detak jantung ibunya yang mulai melemah. Ia pun semakin mengeratkan pelukan nya seakan-akan tidak ada hari esok.

" Ibu udah gak kuat " Ucap Raisa terbata-bata.

" Tubuh ibu sakit semua dav "

PAINKILLER  [ MARK LEE ]Onde histórias criam vida. Descubra agora