6. Unexpected Moment-1

12.8K 1.3K 16
                                    

Unexpected Moment

            Pasta gigi, sabun mandi, bedak, dan bla bla bla

            Aku pusing sendiri melihat daftar belanja bulananku. Heran, kenapa habisnya bisa bersamaan. Kalau begini caranya, uangku bisa ludes di awal.

            Setelah memastikan semua barang dalam daftar terpenuhi dan terbayar, aku menuju ke bagian makanan di lantai dua. Sejak tinggal jauh dari orang tua, aku terbiasa men-stock cemilan atau makanan instan yang bisa kubuat dengan cepat dan mudah untuk antisipasi kelaparan pada tengah malam.

            Kue kering, mie instan, beberapa snack dan bahan-bahan yang ingin kucoba sudah masuk ke keranjang. Sebenarnya aku ingin membeli beberapa macam buah, tapi berhubung kulkas di kost sedang rusak terpaksa makanan sehat itu tidak bisa kubeli untuk di simpan beberapa hari.

            “Lo mau jadi obesitas karena makanan-makanan ini?”

            Tanganku yang hendak meraih kopi instan terhenti karena suara dari belakang. Refleks kubalikkan tubuhku dan segera mendapati seseorang yang dengan lancang mengomentari isi keranjangku.

            “Apa kemarin badan gue juga bermasalah di lensa kamera lo?” tanyaku sarkastik.

            “Never. Gue oke-oke saja sama badan lo.” Jawabnya santai, berbeda sekali dengan responku. Wajahku tanpa mau dicegah memerah seketika saat dia mengatakan kata-kata yang bisa menimbulkan pikiran macam-macam.

            “Then, I don’t have problem.” Aku sudah memasukkan dua botol kopi, lalu berpindah ke rak samping yang berisi bahan instan untuk membuat brownies.

            “Brownies is the best.” Komentarnya lagi.

            “Jadi sekarang lo nggak ada masalah kalau gue makan semua ini?”

            Yoga mengangkat bahunya cuek. Ia terus saja mengikuti langkahku dan mengomentari setiap barang yang kuambil. Aku sendiri tidak mau munafik, ada rasa senang saat dia ada bersamaku. Kan kesannya so sweet, belanja bulanan ditemani cowok, syukur-syukur dibayarin kalau seandainya cowok itu adalah pacarku.Tapi masalahnya… dia cowoknya April! Astaga… sadar Yuva sadar! Lo nggak boleh mikir yang aneh-aneh!

            Sebisa mungkin aku berusaha acuh. Membalas setiap perkataannya seadanya. Sesekali aku mencoba menyibukkan diri dengan membaca komposisi bahan dari makanan yang akan kubeli, padahal aku sama sekali tidak mengerti.

            “Lo, ngapain ngikutin gue?”

            “Oh, gue nunggu lo selesai belanja supaya gue bisa ngajak lo pergi setelah ini.”

            “Ha?”

            Yoga mengangkat alisnya tinggi, seolah bertanya ada-yang-aneh . Tapi ekspresi itu tidak bertahan lama. Sepertinya ia sudah sadar kalau kalimat yang tadi ia lontarkan aneh. “April nitip tugas lo ke gue.”

            Tanpa sadar aku menghela napas. Jadi karena April lagi? Pacar yang baik!

            “Kenapa dia nggak ngasih sendiri ke gue?”

            “Oh dia sedang mengantar bokapnya check up ke Singapura.”

            April ke Singapura? Satu lagi hal yang dibagi April hanya dengan kekasihnya.

            “Oh, oke!”

            ***

            Yoga membawaku ke apartemennya yang elite. Elite yang benar-benar mewah dan memanjakan setiap penghuninya. Aku tadi sempat melihat jogging track sepanjang komplek apartemen, kolam renang outdoor di bawah dan indoor di lantai teratas, mall dengan brand kelas dunia, fitness centre dan food court yang masih berada dalam satu komplek apartemen juga. Jadi penasaran, berapa banyak uang yang dikeluarkan Yoga untuk satu unit apartemen?

To Be With You (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang