25

183 39 175
                                    

“Om,itu istri om ga mati kan?” khawatir Valen.

“Istri?”
Prof. Adi berdecak sebal. Sudah berapa kali ia bilang kalau Prof. Endang itu bukan istrinya lagi.

“Orang jahat kayak dia ga bakal mati.”

“Ga bisa mati gitu om?” tanya Anjas dengan polosnya.

“Huft, Bukan ga bisa. Mana ada sih orang yang ga bisa mati.”

“Lah yang tadi om barusan bilang.”

“Dia ga bakalan mati segampang itu, udah kita harus gerak cepet sebelum dia duluan bertindak.”

Dor!

Sebuah timah panas lolos masuk ke pelipis kiri Jhonny. Prof. Endang tersenyum puas. “Dasar bodoh! Untung aku selalu membawanya.”

Ia memasukkan kembali pistolnya kedalam tas selempangnya.

Sekarang ia panik karena para Zombie seperti mencari-cari sesuatu karena mendengar suara pistolnya.

Mobilnya juga sudah tidak bisa digunakan karena sudah ringsek bagian depannya.

Ia melihat sekelilingnya berusaha mencari kendaraan yang kelihatannya bisa ia bawa. Matanya beralih pada mobil sedan yang berada 10 kaki darinya.

Waktunya sudah tidak banyak lagi, ia langsung membuka pintu mobil dengan rasa penuh takut dan meninggalkan mayat Jhonny yang masih berada di dalam mobil.

Ia keluar dengan mengendap-endap, sesampainya di depan pintu mobil itu ia mengintip. Ia melihat kunci mobil itu yang masih ada di bangku kemudi.

Ia langsung masuk kedalam mobil yang tak terkunci itu. Sial, saat ia menutup pintu, para Zombie menyadari suara itu.

Ia langsung mencolokkan kunci itu dan menstater mobil yang ia bawa. Namun mesin mobil tidak bisa di ajak kompromi. Mungkin mobil itu sudah lama tidak dipakai.

Para Zombie mulai berdatangan dan mengepung mobil yang dipaksa nyala itu.

“Sial!” umpatnya.

“Ayo dong nyala!”

Prof. Endang mencoba menstater lagi dan berhasil. Ia langsung menancap pedal gas dengan kecepatan tinggi.

Para Zombie yang berada di depan mobil langsung tertabrak, terpental dan terlindas.






Sesampainya di rumah, mereka semua langsung buru-buru masuk kedalam untuk persiapan menemui kakeknya Rizal alias Dr. Prof. Sulistio

Ia telah memutuskan kepada Valen, Anjas, Rizal dan Winnie untuk berangkat. Ia juga menitipkan selembar surat untuk dirinya sendiri di masa lalu kepada Winnie.

“Pokoknya pas kamu sudah sampe disana, langsung temuin saya.”

Mereka semua mengangguk mengerti.

“Nanti mungkin saat kalian bertemu dengan saya, saya akan kaget dan ga percaya sama kalian.”

“Kalian cukup berikan surat itu aja, pasti kalian bakalan di cari sama saya.”

“Kalau om ga cariin kita?” tanya Valen.

“Udah jangan banyak tanya, pokoknya lakuin aja apa yang saya suruh.”

“Lah saya ditinggal den?” tanya Bibi.

Padahal belum ada sehari ia bertemu dengan Anjas tapi sekarang ia akan di tinggal Anjas ketempat yang membuatnya bingung. Mesin waktu? Masa lalu? Ah ia sangat bingung dengan semua itu.

ZiYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang