13

249 86 452
                                    

Kakek dan yang lainnya mendengar deru motor. Kakek merasa tak asing dengan deru motor itu.

"Kayak suara motor Adi, tapi yang punya motor kayak gitu kan bukan Adi doang."

"Adi siapa, Kek?" tanya Winnie.

"Adi menantu saya."

"Ayahnya Tian?!" kaget Winnie. Karena setau dirinya, kedua orangtua Tian telah terinfeksi.

Kakek mengangguk. " Ya dia ayahnya Tian."

Fiks gue diboongin sama Tian.

"Dia kesini cari Kakek?" tanya Valen.

Prof. Adi memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Ia langsung berlari masuk kedalam untuk mencari Tian.

Ia menelusuri kelas, kantin, perpustakaan. Ia kaget saat melihat sesosok Zombie yang terikat di bangku.

Ia pun menelusuri tempat yang lainnya.

Kamu dimana sih, De?

Ia merasa sedikit janggal, karena sedaritadi ia tidak melihat sebiji Zombie yang berkeliaran di sekolah ini kecuali di perpustakaan tadi.

Lantai pun juga bersih seperti habis di bersihkan.

"Hm, apa saya salah tempat?"

Ia menaiki anak tangga dan menyusuri beberapa ruangan lagi.

Matanya menyusuri lantai, tembok dan kaca yang penuh bercak darah.

"Aneh, Disini kotor."

"Masa iya ada yang ngebersihin tempat ini?"

Ia mendengar langkah kaki yang menuruni anak tangga. Ia buru-buru berlari untuk memastikan suara langkah kaki siapa.

Dirinya di sudutkan dengan beberapa pistol. Ia mengangkat tinggi kedua tangannya.

"Siapa kamu?!" tanya Kakek.

"Yah, ini aku Adi!" Suaranya tak terdengar jelas oleh mereka.

"Apa kamu siapa?" tanya Kakek lagi. Ia membuka penutup kepala Adi yang seperti helm itu.

"Adi?!"

Prof. Adi ingin memeluk Kakek namun Kakek tak menyingkirkan senjatanya dari hadapan Prof. Adi.

"Kalau kau berani mendekat, akan ku tarik pelatuk ini!" ancam Kakek.

Winnie dan Valen menatap Kakek dengan tatapan tak percaya. Mereka berdua juga tidak berani untuk menurunkan senjatanya tanpa perintah dari Kakek.

"Saya salah apa, Yah?" tanya Prof. Adi.

"Masih berani bertanya? Ini semua sudah jelas karena ulah mu!"

"Sa-saya? Ini semua bukan ulah saya. Ini semua ulah anak Ayah sendiri, Endang. Dia yang membuat formula ini."

"Formula?" Kompak Winnie dan Valen.

Prof. Adi mengangguk.

"Endang tidak terima jika Dian harus pergi selamanya. Maka karena itu, ia membuat formula pembangkit mayat untuk Dian dan menunjukkannya kepada saya. Formula itu sudah saya hancurkan dan tanpa sepengetahuan saya, Endang memiliki dua buah formula."

Kakek mengantungi senjatanya. Winnie, Valen dan Malik juga melakukan hal yang sama dengan Kakek.

Kakek mengusap wajahnya kasar. Ia tak menyangka anaknya bisa senekat ini.

"Maafkan saya karena tak bisa menjaga Endang dengan benar."

"Sebenarnya, apa yang membuatmu kemari?" tanya Kakek.

ZiYA (END)Where stories live. Discover now