20

200 52 233
                                    

Don't forget to tap'⭐' and leave comment 🙏


Malam ini Prof. Adi tidak tidur. Ia sibuk meneliti anaknya Tian.

“Kamu ngantuk? Tidur aja.”

“Aku tidak pernah tidur dan tidak pernah merasakan ngantuk.” jawab Tian.

“Papa ngantuk kan? Lebih baik Papa tidur sekarang.”

Prof. Adi menggeleng. “Papa ingin cepat-cepat menyembuhkan mu dan yang lainnya.”

“Terserah.”

Prof. Adi memberikan Tian dua buah kantung darah miliknya yang ia simpan selama seminggu dan 12 jam yang lalu.

Tian tak kuat mencium darah yang ada di tangan kanannya itu. Ia menggigiti kantung darah itu sampai pecah.

Prof. Adi bergedik ngeri melihat anaknya seperti itu.

Setelah Tian sadar. Prof. Adi meminta pernyataannya.

“Darah baru lebih nikmat daripada yang sudah lama ini.” jawab Tian.


Hari ke-2 penelitian. Prof. Adi membuatkan masker khusus untuk Tian.

“Untuk apa ini?” tanya Tian.

“Coba kamu pakai.”

Tian memakai masker itu. Setelah itu Prof. Adi melepaskan seragamnya.

“Gimana?” tanya Prof. Adi.

“Berfungsi dengan baik kan?”

“Wah, ini hebat! Aku tidak bisa mencium bau mu.”

Prof. Adi tersenyum bangga.
Ia mengajak Tian keluar dari ruangannya untuk bertemu dengan yang lain.

“Om?” kaget Winnie yang melihat Prof. Adi tidak memakai seragamnya.

“Aku boleh buka seragam ini om?” tanya Evan.

“Boleh-boleh, kalian boleh buka seragam kalian.”

Mereka semua membuka seragamnya. Tian memperhatikan wajah-wajah mereka, ia mencoba mengingat kenangan bersama mereka tapi tak bisa.

“Badan mu sakit?”

“Kau mencoba mengingat siapa?” lanjut Prof. Adi dan Tian hanya menggeleng.

“Kalian aman selagi Tian tetap memakai maskernya.” ucap Prof. Adi.

“Jangan coba-coba melepas masker mu Tian!”

“Kalian semua juga jangan sekali sekali mencoba membuka maskernya!” Peringat Prof. Adi.

“Saya mau melanjutkan penelitian yang tertunda, jangan ganggu saya sebelum saya memutuskannya untuk keluar dari Kamar.”

Yang lainnya menggangguk kecuali Kakek. “Kau harus makan dulu supaya lebih fokus.”

“Aku akan makan setelah urusan ku selesai, Yah.”

Prof. Adi kembali kedalam kamarnya. Sedangkan Tian, ia merasa asing bersama mereka.

“Akhirnya Aku bisa melihat kalian semua dengan jelas.”

“Sini duduk! Kau pasti lelah cucuku.” ucap Kakek sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya.

“Aku tidak pernah lelah, ngomong-ngomong kau Kakek ku?”
Kakek terkekeh.

“Iya aku kakek mu.” Kakek berdiri dan memeluk Tian tanpa rasa takut. 

Yang lain merasa sedikit  panik dan kaget melihat Kakek berpelukan dengan Tian.

ZiYA (END)Where stories live. Discover now