17. ODETTA

6.2K 1.5K 155
                                    

Sepertinya tidak ada hal yang bisa membawa Odet untuk menghindari pertemuannya dengan Bimaskara Yowendra. Pria yang tidak mau diakui sebagai sahabat lagi oleh Odet itu malah duduk manis di ruang pertemuan khusus di kantor ini yang serupa hotel mewah. Anggada tidak tahu saja tujuan utama pemimpin perusahaan gadget yang bercabang di Indonesia itu memiliki maksud lain yang tidak akan pernah Anggada sangka. Coba saja Anggada tahu, besar kemungkinan Bima tidak akan disambut sebegininya.

"Selamat siang, Bapak Bimaskara Yowendra." Anggada yang lebih dulu menyapa dan Bima merespon dengan baik. Tidak ada tanda-tanda bahwa Bima akan melirik Odet yang enggan sekali banyak bicara sekarang.

"Saya senang sekali bisa mendengar tawaran yang Anda berikan untuk produksi kami. Saya berharap sekali ke depannya kedua belah pihak bisa melakukan kerjasama yang sempurna satu sama lain."

Odet kesal bukan main, belum apa-apa Anggada sudah berharap membangun kerjasama dengan pihak Bima dilain waktu. Kenapa tidak membicarakan apa yang sekarang menjadi poin utamanya? Kenapa harus ada kerjasama lainnya?

"Itu bisa diatur, Pak Anggada. Jika berkenan, mari kita membahas mengenai sistematika berlangsungnya acara. Saya ingin tahu dimana slot acara yang saya sponsori ditempatkan? Ini juga berpengaruh bagi branding produk yang saya miliki. Semakin baik minat masyarakat dengan acara ini, semakin sering produk saya dilirik dan dibicarakan."

Bima terlihat begitu sempurna menjadi seorang atasan. Dia memang bukan sosok menggebu seperti Anggada. Andai Odet tidak mengetahui keburukan Bima, maka tidak akan sulit untuk jatuh cinta lagi kepada pria itu. Sayangnya kamu plin plan banget, Bim. Aku jadi mikir berkali-kali buat semakin jatuh cinta sama kamu.

Semakin dipikirkan semakin Odet tidak bisa bekerja dengan benar. Maka dari itu dia memilih fokus mencatat poin penting pertemuan ini supaya nantinya Anggada tidak marah dan badmood lagi. Jika Bima saja bisa bersikap profesional hingga membuat Anggada teryakinkan, maka sekarang Odet juga akan melakukan hal yang sama. Berpura-pura tidak mengenal dan tidak mengetahui apa motivasi Bima sebenarnya.

*

Saat pertemuan itu sudah diakhiri dengan kesepakatan, Odet tidak bisa mangkir ketika asisten Bima memintanya untuk berada di ruangan tersebut untuk sejenak.

"Mbak, boleh saya minta waktunya sebentar?" Garfis membuat Anggada dan Bima menoleh. Dengan cerdas Garfis menatap Anggada dan menjelaskan. "Saya butuh komunikasi dengan asisten Anda, Pak Anggada. Boleh meminjam waktu Mbak Odetta sebentar?"

Odet menatap atasannya yang tak lain dan tak bukan adalah Anggada Prabu. Menunggu respon yang akan Anggada berikan, di dalam hatinya jelas menginginkan Anggada mengatakan tidak.

"Oh, tentu. Boleh. Silakan komunikasikan apa yang bisa membantu." Anggada tidak membaca tubuh Odet yang kaku dan malah menepuk bahu perempuan itu seraya mengatakan pergi lebih dulu. "Saya permisi."

Anggada menatap Odet untuk memperingatkan. "Kamu langsung ke ruangan begitu selesai."

"Baik, Pak." Odet hanya bisa mengatakan demikian. Apa lagi? Bima memang sedang berusaha menjebaknya di dalam satu ruangan dan parahnya, asisten pria itu juga cerdik memanfaatkan kesempatan untuk membantu Bima.

"Jadi, apa yang bisa kita komunikasikan?" tanya Odet menatap Garfis yang dengan mudahnya membalas pertanyaan itu.

"Saya hanya butuh melihat poin penting Mbak yang ada di tab. Mbak silakan komunikasikan hal penting dengan pak Bimaskara."

Odet menarik napasnya dalam. Kini dia menatap Bina sepenuhnya. "Kamu sengaja, kan?"

Bima menarik sudut bibirnya seraya memejamkan mata satu kali. "Kamu tahu persis aku butuh waktu bicara sama kamu, Det."

"Dan nggak mau," ucap Odet cepat. "Kamu paham nggak, sih, kalo aku nggak mau bicara sama kamu, Bim? Kamu sadar nggak kalo aku mau kita nggak usah banyak bicara lagi? Apa kamu nggak bisa baca kalo orang lain nggak mau ketemu kamu?"

"Aku mau kamu dengerin aku untuk kali ini, Det."

Garfis yang sudah menyingkir dari meja mereka dan berada di seberang ruangan yang dipartisi dinding kaca memilih tidak mau tahu. Bima mendekati Odet dan berusaha menyentuh tangan perempuan itu.

"Odet, aku tahu aku bodoh banget selama ini. Maaf. Aku sadar kalo persahabatan ini menyiksa kamu dan perasaanmu. Aku mau memperbaikinya dan satu lagi, aku tahu mengenai atasan kamu yang punya motif nggak baik sama kamu."

Odet menatap Bima dengan mata menyipit. Tidak percaya dengan apa yang Bima katakan saat ini.

"Kamu bilang gini buat modus supaya aku keluar dari sini, kan, Bim?"

Bima tidak mengiyakan pun tidak menggelengkan kepala. "Aku serius pengen membangun hubungan yang baru sama kamu, Det. Bukan persahabatan yang aku tawarkan ke kamu."

"Terus pacar kamu gimana?" tanya Odet langsung.

"Pacar? Pacar apa? Aku nggak punya pacar—"

"Tapi kamu bilang ke tante Rosa kalo kamu pacaran diem-diem dari aku, dan kamu bahkan mengakui itu sama aku, Bim! Kamu mau ajak aku ke jenjang yang baru? Aku nggak percaya, Bim. Kamu udah menyangkalnya bahkan sebelum aku bilang soal perasaanku! Kamu nggak akan mungkin mau sama aku. Kamu punya standar sendiri yang bisa kamu terima. Ingat kata-kata itu?"

Bima terkejut dengan kalimat balasan dari Odet. "Kamu ... denger ucapanku waktu itu?"

"Iya! Dan itu sebabnya aku nggak akan mau menyakiti diriku sendiri dengan lebih lama bersahabat sama kamu!" Odet menghela napas keras. "Udah, kan? Nggak ada yang perlu saya dan Bapak komunikasikan lagi. Saya juga anggap ucapan Anda mengenai atasan saya itu hanya faktor ketidaksengajaan. Terima kasih waktunya."

"Odet, Det ... dengerin aku dulu."

Odet segera mengambil tablet miliknya dari Garfis dan meninggalkan Bima yang sudah pasti akan menjaga citranya di depan pegawai di sana.

[Aloha! Ku undi 3 orang yang bisa dapet kode voucher buat paket ODETTA secara gratis, ya. Aturannya gampang, kalian harus tebak kira-kira siapa yang bakalan jadi sama Odet di cerita ini? Bima atau Anggada? Jangan cuma sebut namanya, tapi juga sebutin alasan kenapa kalian milih salah satu dari mereka, ya.

Misal: 'Aku pilih Anggada soalnya dari cara kak author ngasih momen antara Anggada dan Odet itu bikin baper banget!'

Gitu, ya! Aku akan mention nama pengguna yang jawabannya menurutku menarik di pengumuman tersendiri setelah bab ini. Bukan berdasarkan benar atau salah, tapi yang menarik, yes.]

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang