317 - Monster yang Memiliki Sarang di Banyak Tempat

30 11 1
                                    


Ketika ia berdiam diri untuk memulihkan kondisinya, SuA kembali teringat dengan mimpi yang sebelumnya dirinya alami. Memang, terkadang mimpi itu terjadi sekilas dan akan terlupakan begitu saja, tapi terkadang beberapa mimpi akan terus diingat meski sudah beberapa lama waktu berlalu.

“Moonbyul, siapa dia sebenarnya?” tanyanya pelan tatkala bayangan dari mimpi itu kembali muncul.

Selama beberapa menit lamanya SuA berdiam diri merenungkan mimpinya, ia sempat lupa mengenai hal-hal yang menjadi pertanyaannya di mana hal itulah yang saat ini diutamakan. Pikirannya buyar ketika beberapa detik kemudian JiU dan Gahyeon kembali masuk ke dalam sana sambil berlari kecil.

“Kelinci, ayo kejar aku.” Gahyeon berlarian dengan makhluk-makhluk yang ukurannya cukup kecil, tingginya tidak lebih dari tinggi paha Gahyeon. Ia sendiri sedang memeluk tiga bayi bintang itu sambil berusaha menghindar dari kejaran yang besar.

JiU yang sebelumnya membawa bayi monster itu segera menurunkan mereka lalu berlari menuju monster terbesar yang ada di sana, tanpa rasa takut dan sama sekali tidak ragu, ia langsung melompat menjatuhkan tubuhnya dalam posisi tengkurap di atas panggung monster yang sedang tertidur itu.

“Lihat, yang ini sangat besar. Bulu-bulunya juga halus.” JiU tampak sangat nyaman berada di atas punggung makhluk itu.

“Aku suka mereka.”

“JiU, Gahyeon! Kemarilah sebentar! Kita harus berbicara lebih dulu!” seru SuA yang memanggil mereka. Hal sama terulang dikarenakan keduanya lagi-lagi memgabaikan panggilannya.

“Apa-apaan ini? Makhluk apa mereka?” tanya Handong yang ternyata baru sadarkan diri juga. Ia beranjak duduk, saat SuA menoleh ke arahnya, Handong memasang ekspresi terkejut mendapati banyak monster berbulu di sekitar sana.

“Kupikir mereka monster yang sedikit lebih normal dan berakal.” SuA membalas pertanyaan Handong. Saat ini SuA belum tahu bahwa keadaan Handong sangat parah.

“Mereka berpikir?”

“Kurang lebih seperti itu.”

“Apa yang sedang mereka lakukan di sana? Selain itu ... ah, sial.” Handong langsung memegang dadanya karena ia kembali merasakan sakit.

“Kamu baik-baik saja? Sepertinya kamu punya cedera parah.” SuA mendekat hendak membantu, tapi Handong menepis tangannya lalu menggeleng. Ia memasang wajah menahan sakit.

“Kalian sudah bangun?” tanya JiU yang menghampiri keduanya, ia berjalan sambil masih tersenyum gembira, Gahyeon di belakang menyusulnya.

“Aku sudah bangun dari tadi, kamu dan Gahyeon mengabaikan aku.” SuA memprotes pelan.

“Ahahaha, maaf. Habisnya bermain dengan mereka sangat menyenangkan.”

“Iya, kita bosan menunggu kalian, jadi kita mengisi waktu untuk bermain dengan mereka.” Gahyeon menimpali sambil menunjuk ke arah monster-monster itu.

“Hei.” Handong memanggil JiU.

“Memanggil aku? Apa ada yang bisa kubantu?”

“Jangan pura-pura sok polos seperti itu!” bentak Handong membuat JiU tersentak kaget. “Aku ingat apa yang telah kau perbuat padaku sebelumnya. Aku.... “ Handong tak melanjutkan perkataannya tatkala ia merasakan sakit lagi.

“Kamu jangan banyak bergerak dulu, pemulihannya masih berlangsung.” JiU menegurnya halus. Handong berusaha membuat keadaan tubuhnya stabil. Meski tidak ada lagi tulang yang mencuat keluar, rasa sakit dari cedera itu masih terasa begitu jelas.

“Dia selalu keras kepala. Bahkan sikapnya masih sama meski sudah dibantu,” komentar Gahyeon tak senang.

“Apa kau bilang?!”

Gahyeon menggeleng sambil mundur ke belakang JiU. SuA hanya menarik napas pelan menanggapi interaksi mereka.

“Sebenarnya mereka itu makhluk apa?” tanya SuA yang masih tampak tak percaya, apalagi tatkala melihat mereka berdiri dengan kaki belakang.

“Mereka adalah alien, mereka yang menyelamatkan kita setelah pelarian itu. Kami tidak sengaja bertemu di dalam hutan.” JiU langsung menjawab.

“Menyelamatkan?” ulang SuA. Ia sama sekali tidak ingat dengan apa yang telah menimpa dirinya bersama Dami dan JiU terakhir kali.

“Ya. Para makhluk inilah yang menjadi alasan kita sesekali menemukan barang yang masih dapat digunakan di dalam bangunan.” JiU menjawab. Di sini terjawab sudah bahwa sarang yang sebelumnya mereka gunakan setelah pertarungan melawan para hunter adalah buatan monster-monster ini.

“Sebagai info, para monster ini memyebut mereka sebagai veliger,” sela Gahyeon.

“Veliger?” tanya SuA.

“Nama yang jelek.” Handong mengomentari sinis.

“Aku lupa soal nama mereka.”

“Kakak kebiasaan.”

“Ahahaha, maaf. Oh iya, aku juga diberitahu hal-hal yang bisa veliger itu lakukan. Mereka bisa membuat kolam sehingga mampu menampung air yang banyak untuk dijadikan sumber minum. Dan mereka bilang kalau kolam yang mereka buat biasanya berisi bebatuan dari langit yang bercahaya, batu itu membantu menjaga agar suhu air terus dingin.”

“Bulu mereka tebal, itu bisa membuat mereka dehidrasi apabila suhu tiba-tiba panas.” Gahyeon lagi-lagi menambahkan.

Mendengar akan hal itu, SuA bukan hanya teringat ketika mereka berada di dalam suatu ruangan berisi bulu-bulu putih membentuk sarang. Ingatannya mundur jauh menuju adegan di mana ia pertama kali bertemu dengan Siyeon. Kala itu ia dan Siyeon menemukan sebuah kolam yang tidak terlalu luas, kolam itu memiliki suhu air yang begitu dingin di mana di dasar kolam itu memang terdapat bebatuan yang bercahaya.

Apabila tidak salah, saat itu suhu di planet ini mendadak menjadi sangat panas tak tertahankan. Andaikan saja mereka tidak menemukan kolam misterius itu, maka kemungkinan mereka akan terbunuh dalam keadaan tubuh yang kering.

“Sepertinya kolam yang aku temukan saat itu juga adalah buatan mereka.” SuA berbicara dalam benaknya.

“Mereka monster.”

“Oh, tenanglah, makhluk-makhluk ini ramah dan pemakan tanaman, mereka tidak akan memyakiti kita.” Gahyeon mengelus salah satu monster berukuran kecil yang berada di sana.

“Itu kabar baik. Aku belum bisa bertarung untuk saat ini.”

“Hm, kita benar-benar beruntung karena bertemu mereka.” JiU mengangguk menyetujui ucapan SuA.

“JiU, apa yang terjadi di sini?” tanya SuA yang tampak kini berbicara serius membuat JiU dan Gahyeon menghentikan senyum mereka. “Aku juga ingin tahu apa yang terjadi sebelum ini. Mengapa bisa kita berakhir di dalam sarang penuh monster putih ini?” SuA menagih jawaban darinya, ekspresi wajah itu tampak begitu serius.

“Iya, aku juga penasaran. Aku sudah bertanya sejak kemarin, tapi kakak tak mau bilang.” Gahyeon menimpali sambil memandang ke arah JiU. Kini SuA, Handong dan Gahyeon bersamaan berfokus memandangnya.

“Aku juga, soalnya aku masih ingin membunuhmu akibat apa yang sebelumnya kau perbuat.” Handong tampak geram seolah memiliki dendam pada JiU.

“Tapi aku menolong kamu loh. Aku tidak layak dibunuh.” JiU membela dirinya. Ia tidak mau menerima balasan menyakitkan.

“Kau meyiksaku.” Handong membantah.

“Handong, aku tak tahu apa yang terjadi padamu, tapi kuharap kamu memberi kesempatan untuk JiU mengatakan semuanya.” SuA menegur halus pada mereka. Setelah Handong patuh dengan berdecak lalu membungkam mulut, SuA kembali mengalihkan perhatiannya pada JiU.

“Nah, tolong beritahu kami.”

“Karena kita sudah berkumpul, maka akan kuceritakan semuanya.”

“Jangan memasang wajah imut segala!” bentak Handong membuat JiU tersanjung lalu memandang ke arahnya.

“Aku imut ya, terima kasih.”

“Sudahlah! Cerita saja!”

“Oke, oke. Aku akan menceritakan semua yang telah terjadi pada kita.” Akhirnya JiU memulai kisah yang mereka lewatkan.


***

Nightmare - Escape the ERA 3rd Stories (DreamCatcher)Where stories live. Discover now