1 ✓ Dari Sini Semuanya Bermula

326 116 157
                                    

Sejuknya udara pagi menyapa lembut daun telinga. Terasa dingin, namun tak sedingin sikapmu. Itu kata mamak, bukan kata seorang gadis yang saat ini berada dihadapan cermin, seakan mengajaknya berbicara, bahkan menantang bayangannya sendiri saling menatap. Siapa yang paling lama bertahan dialah pemenangnya.

Gila, ya? Memang! Dunia ini terlalu gila, jika tidak diimbangi dengan kegilaan yang sama, bisa-bisa jadi gila beneran.

Itu belum seberapa, jika harus menceritakan kegilaan gadis itu yang tak ada habisnya, bisa tujuh hari tujuh malam pun tidak akan cukup untuk menjabarkan semua.

Segila-gilanya gadis itu, dia tetap tak menyalahi kodratnya sebagai seorang perempuan. Dengan hijab, seragam putih abu-abu, dasi senada serta jas almamater biru tua ber-badge SMKN 1 melekat rapi pada tubuh mungilnya.

"Bangun jam berapa kamu, Put?"

Wanita paruh baya berjalan dari arah pintu, membawa nampan berisi teh hangat dan sepiring nasi goreng. Lalu sekonyong-konyong bertanya pada gadis yang dipanggil 'Put'--yang sebelumnya tidak sadar akan kehadiran wanita itu.

"Ih, mamak. Ngagetin Putri aja," tukas Putri kembali merapikan pakaiannya. "Udah rapi belum, mak?"

"Kamu ini ditanyain, bukannya jawab malah nanyain hal lain lagi!" Wanita yang lebih tua menggeleng heran akan kelakuan gadis didepannya.

"Jadi, tadi tuh, Putri bangun jam enam kayaknya. Hampir aja telat. Udah kebiasaan sih, gara-gara study from home mulu."

"Itu mah salah kamu sendiri. Abis sholat bukannya mandi malah tidur lagi!"

"Iya, maaf, Mak. Putri kan gak ngeh kalo hari ini hari pertama PKL. Jadinya nyantai aja kayak di pantai gitu," kilah Putri.

"Dibilangin jawab terus!"

"Iya mak, maaf ya. Putri diem, kok, abis ini. Hehe." Putri sudah lelah jika pagi-pagi harus menghadapi omelan Mamak. Tak lama dia menggaet tas kecil berisikan starter pack menjalani masa-masa yang disebut Prakerin, magang, Praktik Kerja Lapangan atau Putri sendiri menyebutnya 'PKL'.

Terhitung hampir 3 bulan lamanya ia menunggu masa PKL gelombang pertama usai. Hari-hari yang tak tenang sebab pertanyaan kapan PKL yang menghantui selalu mengusiknya.   Dan akhirnya penantian Putri telah sampai pada ujungnya. Kini gadis yang mengenakan seragam osis lengkap beserta jas almamater berlenggak-lenggok riang mengingat masa pkl-nya kini sudah di depan mata.

Tanpa diminta Putri menegak habis segelas teh hangat yang tadi dibawa oleh mamak, sampai tandas tak bersisa. "Nasi gorengnya gak kamu makan, Put?"

"Boleh dibekalin aja gak, mak? Takutnya gak keburu. Putri hampir telat."

"Sebentar mamak ambil kotak makan dulu, nanti kamu makan, ya?" Putri mengangguk tanpa banyak bicara lagi. Kemudian mamak kembali, meletakkan kotak makan berisi nasi goreng itu kedalam ransel Putri.

"Putri berangkat mak, doain Putri ya." Gadis itu tersenyum mengecup punggung tangan sang mamak, kemudian beralih pada pipinya.

Meskipun mamaknya ini sering mengomel, Putri begitu bersyukur mempunyai kedua orang tua yang begitu perhatian padanya. Tak jarang Putri menampilkan sifat manja walaupun ia telah menjadi seorang kakak. Sebagai informasi, Putri mempunyai adik laki-laki. Regan namanya. Tak terhitung dalam sehari ada berapa kali pertengkaran kecil diantara keduanya. Hanya karena hal sesepele tak memberi makan ikan cupang pun diperdebatkan. Meskipun begitu, Putri sangat sayang kepada keluarganya tanpa terkecuali adik nakalnya ini.

"Kamu langsung ke tempat PKL setelah ini?"

"Enggak kok, mak. Nanti ada pembekalan dulu di kantor cabang. Baru abis itu diserahkan ke kantor unit masing-masing daerah," jelas Putri sembari memakai sepatunya.

LOVE BANKWhere stories live. Discover now