21 ✓ Deep Talk

25 10 11
                                    

"Kamu suka anak kecil?"

Celetukan mas Fatih membuat Putri tersadarkan dari lamunannya. Gadis itu sedang mengamati sepasang anak kembar laki-laki yang cukup menarik perhatiannya. Dia datang bersama ibunya untuk keperluan pembetulan kartu ATM. Tanpa Putri sadari, mas Fatih juga mengamati gerak-gerik Putri.

"Iya, suka."

"Karena lucu, ya?"

Putri mengangguk dengan polosnya. "Gemas banget sama anak kembar tadi. Yang satu duduk di kursi yang satu ikutan. Satunya mau jatuh yang satu nolongin. Saling melengkapi banget."

Sembari melanjutkan pekerjaannya, lelaki itu tak segan untuk menimpali perkataan Putri, "dan tentunya mereka gak akan merasa kesepian kayak aku."

"Loh, emangnya mas Fatih kenapa? Kok, kesepian?"

"Anak tunggal," jawabnya singkat.

"Wih, anak semata wayang. Kalo saya punya adik satu. Cowok lagi. Tau sendiri anak cowok itu gimana kelakuannya. Ngajak berantem mulu tiap hari," ujar Putri.

"Oh, ya? Terus kamu ladenin?"

"Ya iya lah, masa enggak. Rugi banget!"

"Ada ya kakak kayak kamu. Adiknya bukannya disayang malah diajak berantem," kata mas Fatih diiringi dengan gelak tawa.

"Justru itu mas, bagi sebagian besar memang mereka menunjukkan kasih sayang sama halnya kayak anak kembar tadi. Namun, ada sebagian lagi yang love language-nya itu nyari ribut sama adiknya. Bukan berarti gak sayang, itu cara saya untuk menjalin komunikasi intens sama adik saya. Karena saya gak suka didiemin apalagi ditinggalin. Tau sendiri, kalo cowok udah main game, susah banget diajak ngobrol. Makanya saya berusaha membuka topik pembicaraan meski kesannya jahat banget malah berakhir adu mulut."

Putri menjeda kalimatnya barang sebentar. Ia tiba-tiba teringat rengekan sang adik ketika dirinya sedang usil. Amat menggemaskan, pikirnya. "Di sisi lain, saya juga kepikiran, kenapa ya, saya gak bisa akur kayak mereka. Saling sayang kayak gitu sebagai saudara. Apa selama ini saya udah jadi kakak yang baik? Atau bahkan belum sama sekali?" Sambungnya pelan.

"Udah, jangan overthinking. Cukup jadikan diri kamu lebih baik dari kemarin, tunjukkin rasa sayang kamu lebih banyak ke adik kamu. It's enough."

Putri menatap mas Fatih lekat. Meski sedang sibuk dengan beberapa berkas disampingnya, sembari melayani nasabah, dia selalu bisa menanggapi celotehan Putri. Lalu sekarang Putri tak berhenti menaruh kagum pada lelaki itu, pemikirannya begitu dewasa, dia selalu punya cara untuk membuat lawan bicaranya nyaman, dia juga selalu bisa mengambil sisi positif dari setiap kejadian.

"Mas Fatih pernah bilang kan, rasa sayang itu gak melulu ditunjukkan seperti yang barusan kamu lihat. Saling mengingatkan, dan menegur ketika mereka salah itu juga salah satu tanda sayang. Kalo gak sayang, mungkin dia dibiarkan aja mereka terlena dengan kesalahannya, lalu jadi bumerang untuk dirinya sendiri di kemudian hari."

Pada saat mas Fatih mengakhiri kalimatnya, Putri terlanjur menanamkan tekad untuk mengagumi lelaki itu secara ugal-ugalan.


***



"Bisa gak sih, pak Naja kerja yang bener?! Kami di sini udah susah-susah nyari nasabah masa mau diperlakukan seenaknya!"

Dari ruang utama tempat para mantri bekerja, terdengar sebuah kegaduhan. Putri yang sedang mondar-mandir untuk mengambilkan berkas, seketika terdiam kaku. Fandi yang berdiri di sebelahnya pun sama terdiamnya. Mereka tidak tahu-menahu kenapa perdebatan ini bisa terjadi.

LOVE BANKWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu