12) Bertemu Lagi (II)

15.2K 1.5K 103
                                    

|•|

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

|•|

"Emang paling bener tuh nikah sama yatim piatu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Emang paling bener tuh nikah sama yatim piatu. Biar gak ada tuh drama mertua yang maksa anaknya tinggal di rumahnya sendiri," cerocos Rasti saat Relin menyempatkan diri untuk berkunjung ke toko kuenya.

Hari ini Kavi sudah kembali syuting lagi. Dia mengatakan untuk beberapa hari ke depan mungkin ia akan pulang larut malam. Suaminya itu juga bilang tidak perlu menunggunnya untuk makan malam. Relin boleh tidur duluan kalau sudah mengantuk.

"Tapi masalahnya bukan mertua yang mau gue sama Mas Kavi tinggal di rumahnya. Tapi Oma, neneknya Mas Kavi yang mau." Relin menjelaskan sambil menyesap smoothies-nya.

"Dari dulu sampai sekarang tuh orang gak berubah-rubah ya, Rel? Gue yang ngikutin kisah cinta lo dari yang awal dicuekin sama laki lo sampai sekarang jadi bucin aja bosen denger tuh orang berulah terus."

Relin mengangkat bahu. "Ya gitu deh, gue takutnya Mas Kavi terpengaruh sama omongan Oma.  Sedangkan gue sendiri gak mau tinggal bareng sama keluarga Mas Kavi. Bukannya apa-apa sih, cuma dari dulu gue kepengen hidup mandiri. Lo ngerti kan, Ras?"

"Gue paham kok maksud lo. Sebaik apapun keluarga suami, bakal lebih bagus kalau kita tinggal di rumah sendiri."

Relin mengangguk. Pikirannya kembali melayang ke kejadian kemarin saat ia tanpa sengaja mendengar percakapan sang suami dengan Oma di teras depan. Opini wanita itu yang mengatakan kalau rumahnya terlalu kecil dan pengap jelas bukanlah hal yang membuatnya sakit hati. Dia masih bisa memaklumi itu semua. Tapi tidak dengan perkataan wanita itu yang mengatakan kalau Relin tidak becus menjadi seorang istri hanya karena ia melihat dapur mereka yang berantakan. Jujur itu melukai perasannya.

"Kok nangis?" Dengan cepat Rasti mengambil tissu dan memberikannya pada Relin. "Gue yakin nih masalahnya bukan hanya disuruh pindah. Pasti ada yang lain, kan? Nenek lampir itu bilang apalagi sama lo, huh?"

Relin menggeleng sambil menyeka air matanya. "Ras," panggil wanita itu.

"Ya? Kenapa?"

"Apa mungkin Oma bersikap seenaknya kayak begini karena gue belum juga hamil?" tanyanya membuat Rasti lantas tersentak.

When I Become A Wife [COMPLETED]Where stories live. Discover now