Lalu Pria tersebut menolehkan pandangannya kembali kepada Hazel.

"Putrinya mau mencari kebenaran." Kata Pria itu lalu mengembangkan senyumnya dan mengusap rambut Hazel lembut.

Usapan tersebut terhenti ketika Hazel memegang tangan Pria itu dengan erat lalu menjauhkan tangan tersebut dengan perlahan jauh dari rambutnya.

Hazel menatap Pria tersebut dengan kesal, bagaimanapun perlakuannya yang barusan membuat risih gadis tersebut.

"Apa urusan anda?" Tanya Hazel menatap pria tersebut tajam.

Liam menatap pria tersebut takut, sedangkan Reza mengepalkan tangannya.

Pria tersebut sedikit terkejut melihat ekspresi mereka bertiga. Lalu memutuskan untuk berdiri dan menghela nafas kasar.

"Sepertinya saya yang jadi penjahat disini, tentu saja saya datang untuk menghadiri pemakaman ibu Hazel, lalu..."

"Rupanya hari ini bukanlah waktu yang tepat untuk memberikan informasi itu kepada gadis tersebut." Pikir Pria itu.

"Kalau begitu saya akan pamit undur diri,saya pikir kita akan berjumpa lagi, Hazel." Ucap Pria tersebut berjalan meninggalkan pemakaman sambil melambaikan tangan kepada mereka dan tersenyum manis.

Hazel menatap punggung pria tersebut yang pergi sampai jejaknya tidak terlihat lagi ditelan kabut. Gadis tersebut penasaran dengan sosok tersebut. Siapa? Bagaimana bisa kenal ibu? Dan tunggu....beliau bahkan tau namaku??

"Seharusnya aku tanya saja tadi..namun, perlakuannya begitu santai aku tidak tahan untuk segera menegurnya." Pikir Hazel.

Sebuah tepukan mendarat di pundak Hazel. Membuatnya terkejut dan menutup matanya sebentar sambil mengatur detak jantungnya yang tidak karuan.

"Ah...maaf!" Ujar Reza.

"Gapapa.." Ucap Hazel lalu menoleh kearah Reza.

"Kamu kenal pria itu?"

Hazel lantas menggelengkan kepala.

"Aku kira kamu kenal, sampai Pria tersebut bisa sesantai itu kepadamu." Jelas Reza sedikit kesal.

"Yasudahlah, orangnya sudah pergi, lebih baik kita kembali. Hanya tinggal kita bertiga yang ada disini." Ucap Hazel dan menepuk pundak laki-laki tersebut pelan beberapa kali.

Matahari hampir terbenam, namun kabutnya belum juga hilang.

Untungnya Hazel, Reza dan Liam dengan tepat waktu berhasil kembali di teras rumah sebelum kabut tersebut semakin menebal dan memperburuk jarak pandang mereka.

Beberapa petugas masih banyak yang keluar masuk rumah Hazel.

"Belum selesai yah..." Pikir Hazel lalu duduk di kursi kayu depan rumah sambil memangku Liam.

"Sepertinya, mereka tidak akan pulang sampai larut malam. Banyak sekali yang harus mereka periksa." Jelas Reza sambil ikut duduk di kursi kayu satunya.

"Hmm...sepertinya begitu." Ucap Hazel lalu mengusap rambut Liam dan membiarkannya tidur di pelukan Hazel.

Ayah Hazel terlihat sedang berbicara kepada salah satu polisi yang ada di luar rumah.

Terlihat polisi tersebut menyerahkan ponselnya. Ayah Hazel mencoba menggeser-geser layar di ponsel tersebut. Lalu terdiam sementara sebelum akhirnya beliau membulatkan mata.

Hazel mengernyitkan dahi dari kejauhan sambil tetap mengelus pucuk rambut Liam untuk membuatnya tetap tertidur.

Ketika mata panik Ayah Hazel menoleh ke arah sekeliling dan menemui manik mata Hazel yang kebingungan. Ayah Hazel terlihat menghela nafas lega dan mengembalikan ponsel tersebut kepada petugas disebelahnya.

"Sepertinya tidak ada yang perlu aku khawatirkan saat ini." Pikir Hazel lalu menoleh ke adik kecilnya yang telah tertidur pulas.

Ah, lihatlah bayi besar ini dia sepertinya begitu menikmati pelukan hangat dari kakaknya. Bulu matanya yang lentik untuk seorang anak laki-laki begitu memesona Hazel. Namun hidungnya yang masih memerah karena sudah banyak menangis kehilangan ibu sungguh membuat Hazel sedikit merasa bersalah.

Hazel memejamkan mata lalu mencium pucuk kepala Liam.

Reza menoleh ke arah Hazel lalu beranjak masuk ke dalam rumah.

"Semoga kamu mimpi indah, Liam" Ucap Hazel lirih.

Setelah itu, Hazel menoleh ke arah sekitar dan menemukan bahwa Reza sudah tidak ada disampingnya.

"Kemana laki-laki ini pergi?" Pikir Hazel bingung.

Hazel kemudian berdiri perlahan dan menidurkan Liam di kursi kayu tersebut lalu menutup Liam dengan Jaket Hazel.

Gadis tersebut berjalan menuju ke depan pintu rumah dan mengintip kedalam rumah untuk menemukan hanya ada beberapa petugas di sana.

Lalu gadis tersebut menoleh ke arah sekitar rumah dan tidak menjumpai lelaki jangkung tersebut.

Hazel pun turun untuk menghampiri ayahnya yang sedang membalik beberapa lembar dokumen yang baru saja polisi berikan kepada ayahnya dan berniat menanyakan keberadaan Reza.

Ditengah perjalanan, Hazel mendengar sautan salah seorang petugas.

"Nona, tolong berhenti sebentar!"

Hazel berhenti dan menoleh ke arah petugas tersebut dengan bingung.

"Iya pak? Apakah ada yang bisa saya bantu?"

Petugas tersebut berlari kecil menghampiri Hazel lalu berhenti dan merogoh saku jaketnya.

"Seseorang baru saja menitipkan ini kepada saya." Ujar petugas tersebut.

Hazel meraih benda tersebut.

Membolak-balik benda tersebut.

Berbentuk persegi panjang, tipis, dan memiliki warna coklat muda.

"Seperti sebuah kartu nama..." Pikir Hazel menebak.

Pandangan Hazel berhenti ketika menemukan sebuah tulisan kecil di tengah kartu tersebut.

" Bahuwirya Cakrasugaha
Memanggil gadis yang ditemuinya di depan makam seorang wanita luar biasa tadi siang.
Blitar, Padepokan Wirya "

Gadis tersebut mengerutkan dahinya, lalu menoleh ke arah petugas tersebut.

"Apakah anda tau seperti apa orang yang memberikan kartu ini?"

"Pria berpostur tinggi ramping, dengan rambutnya yang digulung..."

Sepertinya Hazel tau ini siapa

"Beliau memakai jubah? Entahlah saya juga tidak memerhatikan pakaian orang tersebut dan memiliki seperti luka bekas, di dahinya. Saya hanya tau itu saja." Jelas petugas tersebut.

"Baik terimakasih atas informasinya pak" Balas Hazel tersenyum.

"Baik, kalau begitu saya kembali dahulu Nona" Ujar Petugas tersebut dan membalikkan badannya.

Setelah itu, Hazel menoleh ke arah kartu tersebut dengan muka masam, lalu menoleh ke arah sekitar dan menemukan sosok tersebut di balik salah satu pohon.

Sosok berjubah tersebut tersenyum lalu menundukkan kepalanya.

Kemudian sosok tersebut mengibaskan jubahnya dan berbalik badan lalu menghilang seperti tidak pernah ada disana.
----------------------------------------------------

When You Lost ItWhere stories live. Discover now