Halaman 9

12 3 2
                                    

11 Februari 2021 - lanjutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11 Februari 2021 - lanjutan

"Kamu kan pernah bilang mimpi buruk sampai dokter bilang sesekmu gegara gangguan cemas. Itu kamu mimpi gimana?"

Kerjapan Jona dan caranya berhenti makan membuat Keisha menutup mulutnya dengan ujung jemari. Mengapa pemuda itu kelihatan terusik?

"Ka-Kalau kamu nggak mau cerita—"

"Bukan itu. Aku cuman kaget, ternyata aku pernah bilang gitu ke kamu?"

Ragu-ragu, Keisha mengangguk. "Di chat kemarin."

Jona mengesah sebelum menyuap sesendok nasi sayur. Ia mengunyah lambat-lambat, lalu mulai bercerita setelah suapannya tertelan.

"Aku sebenere nggak yakin itu mimpi buruk. Mungkin itu cuma efek sesekku yang kumat pas lagi tidur," kenangnya. "Aku bahkan nggak terlalu inget detilnya. Pokoke aku di dalem ruangan, tangan-kakiku nggak bisa gerak, terus mulutku rasanya kesumpel. Aku teriak bukannya keluar suara, malah keluar bunyi aneh kayak alarm hape, bip-bip ngono." Jona lantas mengerang. "Kamu ngerti kan aku nggak sueneng denger alarm pagiku? Makane aku bangun. Nah, pas bangun itu langsung sesek."

Membayangkan Jona kambuh saat sedang sendirian dalam kamar gelap membuat Keisha menghela napas dalam, ikut sesak. "Obatnya deketno sama kasur, Jo. Terus pake lampu tidur biar gampang nyarinya."

"Uwis. Obatnya taktaruh di laci kasur." Kepala tempat tidur Jona memang model kuno, ada lacinya. "Sekarang se beres, kalo sesek tinggal mak celeput."

Keisha manggut-manggut, lega mengetahui Jona dapat mengatasi masalahnya, juga jadi meragukan keputusan dokter Jona. Kalau memang sesak itu bisa ditangani dengan obat paru-paru, artinya itu benar-benar penyakit fisik, bukan? Mengapa dokter mendiagnosis Jona dengan gangguan jiwa?

Oh, ya. Mimpi buruknya.

"Jo, kamu nggak," Keisha menggeser duduknya mendekati Jona, "nyembunyiin apa-apa dari aku, kan?"

Entah Keisha salah lihat atau bagaimana, sepertinya Jona sempat membelalak sekilas sebelum menoleh padanya. "Nyembunyiin apa maksudmu?"

"Ya, misalnya ... mungkin kamu sering mimpi buruk dari dulu, tapi baru ngaku sekarang. Atau kamu ada masalah sama Om Har dan Tante Mura, tapi disimpen sendiri. Atau yang lainnya." Keisha berlama-lama mengumpulkan sisa sayur dan nasi dalam kotaknya. "Kamu banyakan senyum daripada sedihnya, Jo. Pas tau kamu dibilang gangguan panik sama dokter, aku jadi kepikiran: mungkin nggak kalo sebenernya, aku selama ini nggak bener-bener kenal kamu?"

Setelah Keisha menjelaskan maksudnya, Jona yang semula tegang langsung mengembuskan napas panjang dan membuat bingung sang pacar.

Kenapa Jona keliatan lega gitu?

"Itu, ta, maksudmu? Kamu kan tau aku gimana kalo lagi nggak enak ati. Aku bakal diem ... tok seharian. Kalo udah gitu, orang segomik Vian pun akhire nyadar dan ngajak ngomong. Masalah rebes, ya wis mbalik kayak biasa lagi." Jona melambai-lambai tak acuh. "Aku nggak nyembunyikan masalah apa-apa. Satu-satunya masalahku ya cuma dunia real normal ini."

Happy Hypoxia ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang