Halaman 6

18 4 1
                                    

9 Februari 2021

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

9 Februari 2021

Malam sebelumnya, Keisha yang mengkhawatirkan kesehatan Jona mengiriminya pesan. Dua jam pesan itu tak berbalas. Ia mengirim pesan lagi untuk meminta izin menelepon. Saat itulah, Tante Mura—ibu Jona—membalasnya.

Tante Mura: Maaf sayang, nathan skrg lagi di igd, jd g bs bales. Hpnya ada di tante

Kontan Keisha mengejar, sakit apakah kekasihnya sampai masuk ke unit gawat darurat. Benar dugaannya, Tante Mura bilang Jona sesak napas berat dan harus diuap di rumah sakit. Dokter mencurigai bronkitis akut sebagai penyebabnya walaupun masih ragu; ini terlalu mendadak. Tante Mura meminta Keisha tidak khawatir karena Jona sudah baikan dan siap dipulangkan, tetapi masih harus diobservasi sebentar karena sudah kambuh dua kali.

Tetap saja, Keisha masih kepikiran Jona sampai pesan-pesan Tante Mura terbawa mimpi. Isi mimpi kali ini mirip dengan sebelumnya: keluarganya tidak mampu melihatnya, suara Keisha tak mencapai mereka, ditambah dengan notifikasi-notifikasi dari Tante Mura. Stres berlipat ganda membuat Keisha menitikkan air mata ketika terbangun pukul setengah lima pagi itu. Badannya tidak bisa bergerak, bukan karena ketindihan, tetapi karena kemungkinan tidak akan bertemu Jona di sekolah nanti.

Jo, aku tau kamu memang butuh istirahat, Keisha memandangi sendu jendela chat-nya yang sepi dengan sang kekasih, tapi belum-belum, aku wis kangen .... 

Nggak! Aku nggak papa, di Malang yang lama kan sudah biasa nggak ketemu!

Setelah menguasai diri, Keisha mencuci muka dan turun ke dapur, menghibur diri dengan kemungkinan terbaik. Jona bisa jadi memang kena bronkitis akut—yang menurut hasil penelusurannya di internet semalam jarang menjadi berbahaya. Salah satu orang yang rawan terserang adalah perokok; Jona memang sudah berhenti, tetapi risikonya tetap lebih tinggi dibanding nonperokok. Jika tidak parah, Jona mungkin akan masuk sekolah, jadi Keisha akan menyiapkan sesuatu yang ia harap bisa membantu.

Ibu terkejut ketika bangun jam setengah enam untuk menyiapkan sarapan dan menemukan putri sulungnya sudah di dapur.

"Banyaknya." Ibu rupanya melihat potongan-potongan apel yang telah Keisha kemas rapi di kotak bekal. "Buat Jona juga, ta?"

Keisha yang baru mencuci tangan mengangguk, lalu mengucek matanya yang setengah memejam. Ibu bertanya apakah ia mimpi buruk lagi.

"Iya," jawabnya lemah. "Bu, kalo aku ilang, Ibu pasti bisa nyari aku, kan? Ibu kan sakti, dengkulnya aja lebih pinter dari aku kalo nyari barang ilang."

"O, ya pastilah." Ibu mengusap-usap rambut Keisha. Nada bicaranya terkesan main-main, tetapi Keisha tetap lega karenanya. 'Betulan' atau bukan, wanita ini beraura sama menyenangkan dengan Ibu yang asli. "Lagian, kalo kamu ilang, kan nggak mungkin Ibu minta tolong Yeyen nata dessert box."

Otomatis, Keisha tergelak. "Jahat, jadi aku ini cuma pegawai?" Ia lalu pura-pura menangis. "Hue, aku anak yang tak dianggap!"

"Hush, mana ada anak Ibu yang nggak dianggep. Onok-onok ae, wis ndang mandi!"

Happy Hypoxia ✅Where stories live. Discover now