04 • Tukar tambah cireng

Mulai dari awal
                                    

"Kakak mau bawa Ruza ke mana?"

Theo tidak menanggapi dan melajukan motornya menuju salah satu toko. Cowok itu berhenti di depan sebuah toko kecil.

"Mau beli apa?" tanya Ruza sambil melihat toko di depannya.

"Beli karung buat buang lo," jawab Theo, asal.

Jantung Ruza berdegup kencang mendengar jawaban Theo. Otaknya langsung memikirkan cara untuk kabur jika ia benar-benar akan dibuang.

Namun ternyata Theo kembali dengan memakai topeng dan tidak membawa karung. Ruza menatap Theo dengan bingung.

"Karungnya?" tanya Ruza dengan wajah polos yang menatap tangan Theo.

Theo menahan tawanya.

"Njir, gitu doang percaya. Dasar bocil," ejek Theo. Lalu cowok itu menaiki motornya.

Ruza memelototkan mata, gadis itu sudah benar-benar kesal dengan kakak di depannya. Karena terlampau kesal Ruza memukul punggung Theo.

"Aduh! Gak sakit," ejek Theo.

"Hihhhhhhh!!" Karena semakin merasa kesal, Ruza kembali memukul-mukul punggung Theo.

"Dasar bocil," ejek Theo dengan pelan. Lalu cowok itu sengaja menggas cepat motornya. Membuat Ruza langsung berpegangan erat dan berhenti memukul Theo.

"KAKAK MAU MATI?" tanya Ruza dengan berteriak keras, merasa ketakutan.

"YOI," balas Theo, tersenyum. Theo merasa seru mengerjai bocil yang sedang diboncengnya.

"HUAA..., KAKKKK!"

Theo hanya bisa tertawa bahagia saat mendengar suara rengekan bocil yang diboncengnya. Cowok itu dengan berani menambah kecepatan motornya hingga Ruza makin ketakutan.

"KAK..."

Ruza terus berteriak di sepanjang jalan, sedangkan Theo tetap pada kecepatannya, tidak memedulikan teriakan Ruza.

Theo mengerem motornya mendadak saat ia telah sampai di sebuah taman. Taman samping alun-alun, tempat di mana teman-temannya menunggu.

"Woi Yo," sapa Nil sambil mengajak Theo tos.

Theo membalas tos dari Nil lalu melirik Ruza yang diboncengnya.

Ruza kini tengah termenung dan sedikit melamun, gadis itu menenangkan jantungnya yang hampir lepas karena kecepatan Theo.

"Siapa Yo?" tanya Janu.

Theo mengedikkan bahunya, berlagak tidak tau. Walaupun sebenarnya ia memang tidak tau pasti siapa bocil itu.

Mata Ruza menatap empat kakak laki-laki di sampingnya. Gadis itu sedikit berdiri di motor dan mendekatkan mulutnya pada telinga Theo. "Beneran mau dijual?" tanya Ruza dengan berbisik pelan.

Theo menyinggungkan senyum mendengar pertanyaan khawatir dari Ruza.

"Gue jual lo seharga 100 ribu, buat beli cireng."

Ruza langsung memelototkan matanya, terkejut. Gadis itu otomatis menatap empat kakak di sampingnya lalu mencubit lengan Theo.

"Aduh...," rintih Theo walaupun yang dicubit Ruza hanyalah jaketnya.

Nil, Janu, Bagas dan Gavin saling melempar tatapan saat melihat tingkah Theo. Tidak biasanya Theo banyak berekspresi. Apalagi melihat Theo yang kini tengah mengenakan topeng. Membuat mereka curiga akan sesuatu. Balapan? Menggunakan topeng?

Theo gila. Ini balapan, bukan pesta topeng. Mereka tidak paham lagi dengan arah pikiran Theo yang makin hari makin aneh.

Theo membuka topengnya karena melihat raut wajah curiga dari keempat temannya. "Nanti gue ceritain. Cabut sekarang!"

Theo memakai kembali topeng dan helmnya lalu melirik ke belakang. "Gajadi gue jual lo, malem-malem gini penjual cireng lagi ga ada," ucap Theo yang membuat Ruza sedikit lega.

Melihat Ruza yang mulai lega, hati Theo merasa tidak terima. "Gue jual organ dalem lo aja, lumayan buat beli gerobak cireng."

Deg!

Jantung Ruza terasa berhenti berdetak. Sementara Theo tersenyum lalu melajukan motornya dengan cepat. Membuat Ruza sedikit terhuyung ke depan. Theo dapat mendengar detak jantung Ruza yang begitu cepat. Sepertinya bocil di belakangnya benar-benar sedang ketakutan. Sangking takutnya bocil itu tidak berteriak saat ia melajukan motornya dengan cepat.

"Duluan aja," ucap Theo pada teman-temannya. Cowok itu belok di persimpangan dekat taman kota dan mulai melajukan motor dengan pelan. Theo menghentikan motornya tepat di depan penjual cireng.

Ruza menatap Theo curiga karena Theo menghentikan motor di depan penjual cireng. "Kak...," panggil Ruza, memegang erat Theo yang hendak turun dari motor.

Theo sedikit tersenyum lalu menurunkan Ruza dari motor. "Gak dijual sayang, cuman tuker tambah aja sama cireng," ucap Theo sambil mengelus rambut Ruza.

Mendengar itu Ruza terkejut, Ruza dengan cepat melompat dari motor lalu berlari sekencang-kencangnya menjauh dari Theo. Ruza terlalu takut jika Theo benar-benar menukar tambah dirinya dengan cireng.

Theo tertawa terbahak-bahak. "HAHAHA, ANJING TU BOCIL." Ia benar-benar tidak kuat melihat bocah seperti tuyul itu terus berlari terbirit-birit.

Dengan motornya Theo mengejar Ruza. Cowok itu terus menahan tawa melihat Ruza yang lari terbirit-birit sambil membawa sandal. Theo sengaja tidak melajukan motornya dengan cepat, cowok itu memilih berada di belakang Ruza dan melihat bocah itu berlari.

Ruza sesekali menengok ke belakang. Dan Ruza melempar sandalnya ke arah Theo.

"Ga kena cil," ejek Theo, menatap sandal yang berjarak ratusan cm darinya.

Ruza akhirnya berhenti berlari karena sudah merasa lelah. Dengan doa dan sisa tenaganya, Ruza bertekad kuat melawan orang yang akan menjual dan menukarkan dirinya dengan cireng.

________

Instagram: @lilylayu.story

© THEORUZ by Lily Layu

THEORUZ: Guarding My Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang