Second page; Rumit

Start from the beginning
                                    

"Wah, apa itu?" Jaedan bertanya semangat, dan Karina hanya terkekeh kecil menanggapinya.

Namun seketika senyum yang mengembang dari bibir Jaedan meluntur perlahan ketika tupperware itu dibuka. Isinya adalah roti dengan isi selai kacang ditengah tengahnya. Karina meraih salah satunya kemudian ia dekatkan dengan mulut Jaedan.

"A... kamu suka roti kan?" Tanya gadis itu dengan percaya diri sembari menyuapkan rotinya pada Jaedan

Jaedan tersenyum tipis sambil mengangguk terpatah kemudian ia buka mulutnya pelan dan roti selai kacang itu pun masuk ke dalam mulutnya, Jaedan menggigit dan mengunyah roti itu dengan penuh keraguan.

"Enak kan? Kalau iya, ini buat kamu semua aja, aku udah kenyang banget soalnya."

Jaedan hanya mengangguk, ia merasa tidak enak menolak pemberian gadis itu apalagi katanya roti ini dibuat oleh ibunya. Jaedan mengesampingkan fakta bahwa dirinya alergi terhadap selai kacang, entah efeknya akan muncul kapan tapi yang pasti sekarang tenggorokannya sudah terasa sedikit tidak nyaman setelah ia menelan habis potongan roti yang tersebut.

Terbesit sedikit rasa kecewa dihati Jaedan ketika kekasihnya itu entah benar-benar tidak mengetahui atau sekedar lupa jika dia tidak bisa memakan sesuatu yang mengandung kacang-kacangan apalagi selai kacang. Jaedan sudah mengatakannya berulang kali pada Karina.

**

"Nggak ngertiin kamu gimana sih? Coba sebutin kapan aku nggak ada buat kamu kalau kamu butuh aku?"

"Kamu tuh sadar nggak sih kalau aku cemburu sama sahabat cewek kamu?? Kamu terlalu deket sama dia, Na! Bahkan waktu dia sakit aja kamu bela-belain buat ngerjain tugas laporan praktikum kimia dia!"

"Aku juga ngelakuin hal yang sama buat kamu, Winter.." Nana merendahkan suaranya dengan sedikit penekanan, menjelaskan berulang kali bahwa tidak ada yang terjadi diantara dirinya dan Giselle selain hubungan persahabatan, tidak ada yang perlu dicurigai, namun berulang kali juga Winter mempermasalahkan hal ini, membuat hubungan nya dengan Nana sedikit demi sedikit merenggang.

Dan disaat suasana sudah panas begini, selalu Nana yang menyudahinya dengan meminta maaf bahkan meski ia tidak melakukan kesalahan apapun, selalu cowok itu yang mengalah, selalu dirinya yang harus instrospeksi diri meski sebenarnya letak kesalahan yang sesungguhnya itu ada pada Winter.

"Yes. That's the problem! Kamu memperlakukan kita sama, padahal aku pacar kamu, yang seharusnya lebih kamu prioritaskan kan aku, bukan Giselle!" Suaranya malah semakin meninggi, ditambah sekarang Winter merubah posisi duduknya menjadi berdiri.

Nana mendongakkan kepalanya dan menatap perempuan itu dengan pandangan sendu, sambil menghela napas samar. "Oke, kalau gitu kamu maunya apa? Aku harus gimana biar kita enggak kaya gini terus?" Nana sudah benar-benar pasrah, dia hampir lelah dengan pertengkaran yang sama dan terjadi terus menerus.

"Harusnya kamu tahu, Na. Kamu batesin tuh interaksi kamu sama dia" Finalnya. Sebelum Nana menjawab apapun, Winter sudah duluan berbalik dan pergi meninggalkan halte.

Sementara Nana kembali menghembuskan napas panjang. Harus bagaimana lagi dia agar hubungannya tidak kandas dengan tragis seperti dulu.

Saat berdebat dengan Winter tadi, berkali-kali hp cewek itu bergetar, sebelum Winter menelungkup kan hp tersebut digenggaman tangannya—Nana sempat melihat nama seseorang di layarnya, dua kali melakukan panggilan telepon dan sisa nya dengan pesan teks.

Namanya adalah Jason. Nama yang sangat mustahil disandang oleh seorang perempuan.

Setelah itu Nana juga segera beranjak dari halte, ia berjalan pelan menuju minimarket yang ada di seberang gedung sekolahnya bagian paling ujung, menikmati angin sepoi sepoi sore ini yang lumayan jarang terjadi di Jakarta sambil sesekali bersenandung kecil. Nana selalu mampir ke minimarket tersebut dan untuk membeli kopi favoritnya saat Jaedan belum tiba untuk menjemput. Kalian tahu sendiri bagaimana kondisi jalanan kota saat sore hari.

Dia berpapasan dengan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat begitu cantik, tengah membawa dua kantung plastik besar berisi belanjaannya. Nana tersenyum tipis dan menunduk sekilas, memberi hormat. Cowok itu terus menatapnya karena ia mempunyai firasat yang tidak enak.

BRUK!

Well—firasat buruknya baru saja terjadi. Nana buru-buru berbalik dan kembali membuka pintu minimarket, lalu berjalan cepat menghampiri wanita tadi karena sekarang isi kantung belanjanya berserakan dimana-mana. Bagian bawah plastiknya robek, tak sanggup menahan beban didalamnya.

"Pakai paper bag punya saya aja, Bu. Muat kok" Nana mengeluarkan paper bag burger king yang entah sudah sejak kapan terlipat di dalam tas nya, paper bag nya lumayan besar karena waktu itu Jeff mengirimkan makanan ini kepada Nana dan isinya lumayan banyak, sampai Nana bisa membagikannya pada setengah isi kelas.

Nana berjongkok kemudian memungut serta memasukan semua yang berserakan tadi ke dalam paper bag miliknya.

"Ini, Bu." Nana menyodorkannya.

"Terimakasih banyak ya, nak. Eum.. dilihat dari seragam yang kamu pakai.. kamu sekolah di situ ya?" Wanita itu menunjuk ke arah gedung sekolah Nana, cowok itu menganggukkan kepalanya, tidak pernah lupa dengan senyum menawannya.

"Oh, kebetulan banget, anak sulung saya juga sekolah disana. Oh ya, anyway—Christie Julia Pamela" Wanita itu mengangkat tangan kanannya sambil mengucapkan namanya.

Hal yang sama dilakukan oleh Nana, ia membalas jabatan tangan dari wanita yang memiliki nama Christie Julia Pamela itu. "Narendra Robertson Hale, biasanya sih orang-orang manggil saya Nana aja"

"Narendra.." Gumam Christie sembari menatap manik sendu milik Nana begitu dalam, "Nama yang bagus!" Sambungnya sedikit berseru.

"Nana aja. Saya tahu, semua orang bilang begitu."

**

To be continued

[ix] Christie Julia Pamela

[ix] Christie Julia Pamela

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[x] Jason Dirgantara P

[x] Jason Dirgantara P

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


FINDING MOMMYWhere stories live. Discover now