"Saya titipkan putri kami, Bulan Atlanna Raja, untuk menjadi istrimu. Tolong disayangi dan dicintai seperti kami menyayangi, mencintai dan menjaganya selama ini. Di mata kami, dia masih gadis kecil yang mencoba tumbuh jadi sosok terbaik versi dirinya sendiri. Kamu, lelaki pilihannya yang dia yakin bisa sama-sama tumbuh lebih baik bahkan sempurna. Tolong jaga Atlanna. Kami doakan pernikahan kalian bahagia dan selalu diberkati." Langit berujar formal.

Usai Langit berkata demikian, Pendeta kembali mengambil alih prosesi pemberkatan yang berjalan mulus. Beliau memimpin doa dan lagu-lagu pujian sebelum akhirnya meminta kedua mempelai sama-sama menuturkan janji suci pernikahan.

Untuk informasi cukup penting, di sini Atlanna meminta pernikahannya dipimpin oleh seorang Pendeta. Sejak kecil, Atlanna dan Aishakar memang mengikuti kepercayaan Langit.

Sedangkan Alaia ... ia murni seorang Dewi yang hanya sesekali ikut berdoa ketika melihat Langit berdoa.

Bintang menarik napas panjang dan menepis rasa gugup yang melintang. Dia menatap lurus kedua iris kelabu Atlanna. Senyumnya terukir tipis dan dengan tegas melontarkan janji yang bernilai sakral.

"Aku, Bintang, berjanji di hadapan Tuhan bahwa sesuai dengan kehendak-Nya aku menerima engkau, Atlanna, untuk menjadi istriku. Aku berjanji untuk selalu menjaga dan menghormatimu, pada waktu susah maupun senang, pada waktu berkelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai kematian memisahkan kita."

Bulir air mata Atlanna tergenang di pelupuk. Kini giliran dia mengungkapkan janji tersebut. Berbeda dengan Bintang yang mampu menyembunyikan rasa emosional, suara Atlanna justru bergetar dan terjeda-jeda menahan tangis.

"Aku, Atlanna, berjanji di hadapan Tuhan bahwa sesuai dengan kehendak-Nya aku menerima engkau, Bintang, untuk menjadi suamiku. Aku berjanji untuk selalu menjaga dan menghormatimu, pada waktu susah maupun senang, pada waktu berkelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai kematian memisahkan kita."

Selanjutnya, mereka menyematkan cincin di jemari masing-masing sebagai simbol cinta kasih abadi. Seketika lega dan kebahagiaan bertambah berkali-kali lipat. Sesudah memasang cincin, Bintang mencium Atlanna bersamaan setitik air matanya jatuh.

Bintang lalu menatap istrinya dengan senyum merekah. Atlanna memiliki bentuk senyuman yang mirip Bintang, dan hal itu membuat keduanya nampak makin serasi.

"Πραγματικά σε αγαπώ," ujar Bintang. (Aku sangat mencintaimu.)

❄️ 🤍 ❄️

Berpindah dari tempat pemberkatan, Bintang serta Atlanna masuk ke satu ruang yang lebih luas dan meriah. Mereka disambut oleh semburan confetti dan jalan setapak yang dihiasi petal mawar putih. Atlanna terpukau melihat sekelilingnya bertema serba putih dengan banyak hiasan snowflakes seakan mereka berada di dunia es.

Gaun Atlanna menjadi pusat perhatian selain parasnya yang amat sangat cantik. Di samping dia, Bintang setia mendekap pinggangnya. Bagaimanapun juga Bintang cemas memikirkan Atlanna yang sedang hamil besar, tetapi masih harus menghadiri sederetan rangkaian acara mereka.

Segeralah Bintang membawa Atlanna ke panggung pengantin. Di sana mereka akan menjadi titik fokus pada resepsi ini. Selain itu, mereka bisa duduk, hitung-hitung melepas penat sejenak.

Tadi, sebelum acara dimulai, Bintang berpesan pada pemandu acara untuk tidak mengadakan salam-salaman antara pengantin dengan para tamu. Cukup keluarga dan kerabat terdekat. Atlanna akan kelewat lelah bila harus berdiri terlalu lama melayani banyaknya tamu.

ALAÏA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang