Chapter 29 : Christmas

35.4K 3.9K 232
                                    

Malam natal.

Malam natal adalah malam yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga, makan bersama, dan bertukar kado. Anak-anak berkumpul untuk mendengar kisah natal di hadapan nenek mereka, orang-orang dewasa hanya bisa tersenyum sambil menyaksikan wajah-wajah polos yang  berseri-seri. Ada pula pasangan muda yang memutuskan untuk menghabiskan waktu di luar rumah. Bermain salju, menonton film di bioskop, atau sekedar minum kopi di cafe.

"Minhyung-ah, tolong bawakan ini ke meja makan."

Pria bersurai hitam yang mencapai tengkuk itu menyodorkan piring panjang berisi pai apel. Si sulung Jung mengangguk patuh kemudian segera membawanya ke meja makan sebagai makanan penutup nanti.

Sedangkan Jeno dan ayahnya sibuk mengalungkan kabel lampu hias di sekujur pohon natal juga menggantungkan pernak-pernik untuk mempercantik pohon tersebut. Taeyong masih sibuk mempersiapkan makan malam untuk mereka, hingga akhirnya ia tidak sengaja melirik ke arah tangga.

"Sungchan-ah!" Ujarnya terkejut. Ia meninggalkan nampan di atas counter dapur lalu berlari kecil menghampiri si bungsu yang sedang bersusah payah menuruni tangga. Padahal kedua kakinya belum cukup kuat untuk sekedar melangkah pasca kecelakaan.

"Kenapa tidak menunggu eomma yang datang ke kamar? Kalau jatuh bagaimana? Nanti kamu bisa sakit lagi." Taeyong membantu Sungchan untuk berjalan. Memeluk pinggang si bungsu agar keseimbangan mereka tetap terjaga.

"Aku lapar, eomma."

"Tapi kamu bisa memanggil eomma bukan?" Taeyong mendudukkan tubuh Sungchan di kursi makan, menghela nafas panjang lantas mengusap surai halus tersebut, "lain kali panggil eomma jika butuh sesuatu."

Sungchan mengangguk lalu menatap lapar ke arah makanan-makanan hangat yang tersedia. Ia meneguk ludahnya, bersiap untuk makan saat ini juga karena perutnya sudah mengerung minta diisi.

"Selamat natal, manja." Minhyung mengacak surai adiknya setelah meletakkan sajian terakhir. Sungchan berdecak sebal lalu menggulirkan matanya malas.

Baru saja mereka hendak berkumpul di meja makan, suara bel dari pintu utama membuat perhatian mereka teralihkan. Namun Jeno langsung beranjak, berkata bahwa ia saja yang akan membuka pintu.

Pintu berwarna coklat tua itu Jeno buka. Semilir angin bersuhu rendah langsung menghampirinya disertai dengan seorang laki-laki bermantel abu-abu. Lelaki itu melukiskan senyuman manisnya, berhasil membuat hati Jeno mendadak berbunga-bunga.

"Hai? Apakah aku terlambat?" Tanya Renjun.

"Kau datang tempat waktu. Ayo masuk."

Jeno membantu Renjun membuka mantelnya lalu menggantung benda tersebut di gantungan yang tersedia. Renjun mengucapkan terima kasih sambil melepas sepatu yang terdapat butiran salju. Keduanya pun masuk ke ruang tengah disambut tatapan intens oleh para anggota keluarga. Namun tidak dengan Taeyong yang melambai pada Renjun.

"Renjun-ah, ayo duduk. Pasti di luar sangat dingin ya?" Taeyong mempersilahkan Renjun untuk duduk di kursi sebelah Jeno.

"Lebih baik dari hari sebelumnya." Renjun tersenyum lalu duduk di sebelah Jeno. Minhyung dan Sungchan langsung bertukar tatap satu sama lain, melipat bibir mereka ke dalam saat pikiran mereka mendadak menyatu.

Oh ternyata ini adalah 'teman dekat' Jeno.

Mereka pun mulai makan bersama. Berbincang kecil sesekali tertawa karena ada sesuatu yang menurut mereka lucu. Kegiatan mereka tidak terlepas dari Sungchan yang minta disuapi oleh ibunya terus menerus. Bahkan Taeyong belum sempat memakan daging ayam panggang yang ia buat. Tidak apa-apa. Taeyong senang jika anaknya makan dengan lahap.

Home | JungFamily✔️Where stories live. Discover now