Chapter 1 : Babies

45.6K 4.5K 309
                                    

"huft."

Pria bernama lengkap Jung Jaehyun itu meletakkan tiga botol susu berukuran S, M, dan L di atas meja makan. Ia berjalan mendekati counter dapur untuk mengambil tiga kotak berisi susu bubuk milik anak-anaknya. Ia mulai memasukkan semua bubuk susu ke botol susu sesuai takaran, botol susunya pun sudah disterilkan sebelumnya.

Sambil menguap lebar, Jaehyun mengocok satu persatu botol susu tersebut kemudian menyimpannya ke dalam microwave supaya tetap hangat sebelum anak-anaknya bangun. Ia mulai mengeluarkan dua lembar roti untuk dipanggang serta satu kaleng selai.

Jarum jam menunjukkan pukul enam pagi, Jaehyun terbangun setelah tidur selama tiga jam. Pria tiga anak itu mulai menyesap kopinya sambil menatap kosong ke arah ruang tengah, sangat berantakan karena Jaehyun tidak membersihkan apartemennya belakangan ini.

Mungkin ia akan membereskannya nanti saja.

"Appa...."

Suara itu. Jaehyun melihat ke arah pintu kamar, si sulung terbangun lebih dulu sambil menggosok matanya. Piyama bergambar harimau yang ia kenakan sedikit kusut. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu berjalan mendekati ayahnya kemudian sang ayah langsung menggendongnya. Membawanya ke ruang tengah, juga menggeser pintu balkoni.

"Minhyung-ie mau susu?" Tanya Jaehyun meletakkan Minhyung di atas sofa membiarkannya berbaring.

"Eung."

"Tunggu sebentar." Kemudian Jaehyun pun berjalan kembali menuju dapur, mengambil satu botol susu untuk si sulung. Namun ketika ia kembali ke ruang tengah, anak keduanya sudah terduduk di atas lantai sambil melamun.

"Oh, Jeno. Sudah bangun?" Terpaksa Jaehyun berbalik lagi untuk mengambil botol susu milik Jeno. Dua anak laki-laki itu pun berbaring di atas sofa, menyesap susu pagi ini sambil memandangi sekitar.

Berhubung dua anak laki-laki sedang tenang, Jaehyun memutuskan untuk membereskan dapur terlebih dahulu. Mencuci alat makan yang dua hari tertumpuk, membuang sampah-sampah tidak berguna, juga membenahi beberapa barang yang berantakan.

"Appa! Jeno nakal!"

"Minhyung-ie hyung nakal!"

"Ish, minggil!"

"Kamu yang minggil! Hush!"

Jaehyun mendongak, melihat kedua anaknya saling menendang satu sama lain karena kaki yang beradu saat berbaring di atas sofa, "hei hei, jangan berkelahi." Jaehyun pun berjalan mendekati mereka, menarik Jeno menjauh dari kakaknya agar tidak berkelahi lagi.

"Jeno jelek!"

"Minhyung-ie hyung juga jelek!"

"Huweeee!!!"

Tangisan bayi terdengar dari kamar. Jaehyun mendengus lalu melirik ke arah jarum jam, ayolah ini masih pagi. Si sulung dan si tengah masih berkelahi, dan si bungsu menangis karena terganggu.

Baiklah, harimu baru dimulai Jung Jaehyun. Semangat.



.
.
.
.
.
.





Jaehyun bukanlah tipe orang yang bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja meski ia sedang disibukkan oleh pekerjaan rumah. Mengurus tiga anak balita sekaligus bukanlah hal yang mudah, maka dari itu Jaehyun memutuskan untuk menitipkan mereka ke rumah orang tuanya. Pria itu kembali ke kantor, menduduki kursi di kantor pribadinya lantas menghela nafas panjang.

Arsitek, pekerjaannya.
Upah besar, resiko pun juga besar.
Ia harus bekerja keras setiap harinya jika ada proyek besar, bekerja sama dengan rekan kerja di kantor dan mengambil bagian yang perlu ia kerjakan. Jaehyun bukan bos di sini melainkan asisten dari atasannya. .

Home | JungFamily✔️Where stories live. Discover now