Chapter 17 : Time skip, the kids growing up

29.7K 3.7K 750
                                    

Time skip.
6 tahun kemudian, tahun 2038.
Seoul, Korea Selatan.

"Jeno-ya, tolong bersihkan kaca dari luar."

"Okay."

Laki-laki dewasa berusia 19 tahun itu membersihkan tangannya menggunakan tisu setelah memakan cemilannya siang ini yaitu satu box pizza. Ia meraih beberapa alat pembersih kaca dan berjalan keluar toko bunga. Ia menyemprotkan cairan pembersih itu lantas mulai membersihkan.

6 tahun sudah berlalu.

Jeno tumbuh menjadi laki-laki yang tampan dan baik. Usianya sudah menginjak tahun ke 19, sekarang ia sedang menempuh pendidikan di sebuah universitas bergengsi dan baru saja memasuki semester 3. Mengambil jurusan teknik mesin karena sesuai dengan passion-nya.

Namun kesibukan kuliahnya tidak menghambat kegiatan sampingan Jeno yaitu bekerja sekaligus membantu sang ibu tercinta di toko bunga. Awal tahun 2038, mereka baru saja pindah ke toko yang lebih besar dan berada di tengah keramaian kota. Pelanggan pun semakin meningkat setiap bulannya. Kebanyakan pelanggan adalah kalangan muda, selain karena rangkaian bunga yang cantik dan berbeda dari yang lain, pesona Jeno dan Taeyong juga menjadi poin nomor satu.

Taeyong yang cantik setengah mampus, dan Jeno yang tampan setengah mati. Siapa yang bisa melewatkan sepasang ibu anak tersebut?

Aku sih tidak.

"Ya ampun, lain kali buang sampahnya ke tempat sampah jangan diletakkan begitu saja di meja kasir. Bagaimana jika ada pelanggan datang?" Taeyong melangkah keluar membawa beberapa sampah bekas makanan Jeno dan memasukkannya ke dalam bak sampah yang tersedia tidak jauh dari toko mereka.

"Aku lupa, eomma."

Taeyong menampar pelan pantat Jeno lalu berkacak pinggang, "setiap hari lupa?"

"Hehe." Senyumannya secerah matahari hingga sepasang matanya tenggelam seperti bulan sabit.

"Cepat selesaikan dan bantu eomma mengemasi pesanan pelanggan."

Laki-laki berapron coklat muda itu bersiul sambil menyelesaikan kegiatannya. Sesekali menyapa orang yang lewat terutama anak-anak kecil. Ia juga sempat menyapa pemilik kedai ramen di sebelah toko bunga. Yah meski kepalanya dipenuhi oleh tugas-tugas serta proyek kerja dari kampus.

Jeno yakin malam ini ia akan lembur lagi di kamarnya.

Setelah itu Jeno menghela nafas panjang. Ia menyampirkan sebuah kain lap di bahu kemudian tidak sengaja menoleh karena seseorang menarik perhatiannya. Di sana, di toko sebelah yang baru dibeli oleh orang lain terdapat seorang laki-laki bertubuh mungil. Ia sedang membersihkan kaca dengan tatapan mata serius.

"Wow..."

Jeno terus memandanginya.
Laki-laki itu memiliki wajah tirus seperti rubah, surainya panjang begitu juga poninya, tubuh mungilnya dibalut apron berwarna biru muda dengan sablonan berbentuk beberapa tapak kucing.

Merasa diperhatikan, laki-laki itu menoleh hingga keduanya bertatapan. Jantung Jeno mendadak berhenti sejenak, perutnya dikerubungi oleh ribuan kupu-kupu.

Lantas laki-laki berwajah manis itu tersenyum kecil disertai anggukan pelan, ia berjalan masuk ke dalam tokonya meninggalkan Jeno sendirian.

Home | JungFamily✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang