Chapter 16 : Broken

29.9K 3.7K 1.6K
                                    

Sesampainya di rumah, Minhyung langsung menarik tasnya dan berjalan keluar mobil tidak lupa membanting pintu. Dengan rahang sekeras batu dan tangan kurus mengepal akhirnya ia berjalan masuk ke dalam kamarnya di lantai atas. Yeseul menghela nafas, ia menyampirkan tas di bahu lantas berkata pada Jaehyun jika ia akan berbicara dengan Minhyung sekarang.

Perempuan cantik itu mengetuk pintu kamar si sulung selama beberapa kali. Namun Minhyung tetap berkata bahwa ia baik-baik saja dan ia ingin segera tidur.

"Eomma hanya ingin mengobatimu, nak. Eomma boleh masuk ya?" Tanyanya sekali lagi, nada bicaranya yang lembut membuat Minhyung membuka pintu. Tidak dapat dipungkiri bahwa luka di wajahnya cukup menyakitkan karena sebelumnya Minhyung menolak untuk dibawa ke klinik.

Remaja kelas 3 SMP itu pun mendudukkan diri di atas kasur. Masih dengan seragam lengkap yang kusut dan kaos kaki putihnya. Yeseul meletakkan sebuah mangkok logam berisi air serta kotak kesehatan. Pertama ia mendudukkan diri di hadapan Minhyung lantas menempelkan sapu tangan lembut yang sudah dibasahi air dingin ke beberapa memar di wajah itu.

"Selama sekian tahun kau bersekolah, baru kali ini kami dipanggil oleh kepala sekolah karena alasan perkelahian. Putra kami yang pendiam, cerdas, dan manis ini ternyata bisa berbuat ulah." Yeseul tersenyum kecil, tangannya masih bergerak menyelesaikan kegiatannya, "tapi tidak apa-apa. Jadikan sebagai pengalaman yang tidak akan pernah kau ulangi lagi ke depannya."

"Dia membuat lelucon sampah untukku, eomma. Aku tidak suka."

"Jikalau tidak suka tahan emosimu, jangan berani melayangkan pukulan kepada siapapun terutama orang asing."

Kemudian Yeseul menyelesaikan kegiatannya mengobati luka memar di wajah sang anak, lantas menatap sepasang mata bulat berbinar itu. Memandanginya dengan seksama, Yeseul sadar bahwa fisik Minhyung memiliki sisi kesamaan dengan Taeyong sendiri. Jika boleh berharap, Yeseul ingin anak-anak yang ia besarkan selama ini adalah anak kandungnya.

Mereka sudah memiliki ikatan batin yang cukup kuat.

"Kau mirip dengan ibu kandungmu." Ujar Yeseul sambil merapikan surai Minhyung.

"Eomma, eomma adalah ibu kandungku tentu saja aku mirip denganmu."

"Tidak Minhyung, aku bukanlah ibu kandungmu. Aku adalah perempuan biasa yang mendapat kesempatan untuk membesarkan kalian seperti anak-anakku sendiri. Sekarang kau sudah beranjak dewasa, kau memiliki dua adik yang tentunya akan menjadikan dirimu sebagai pedoman." Tangannya mengusap bahu ringkih Minhyung, "maafkan aku, mungkin suatu saat nanti aku akan pergi."

"Eomma, jangan katakan apapun lagi. Aku tidak akan pernah membiarkan eomma pergi. Pria itu bukanlah ibu kandungku, dia hanyalah orang asing yang mencoba merusak keluarga kecil kita. Aku tahu pasti tentang hal itu."

"Minhyung..."

"Sampai kapanpun kau adalah ibu kandung kami."

Yeseul tersenyum kecil, ia memeluk tubuh Minhyung sambil mengusap punggungnya lembut. Hatinya terasa hangat karena Minhyung menganggapnya sebagai ibu kandung. Di sisi lain ia pun merasa terganggu akan hal itu padahal ibu kandung mereka telah kembali bahkan mereka sudah bertemu meski sekali atau dua kali.

"Beristirahatlah sejenak, eomma akan membuat makanan untukmu." Yeseul berdiri lalu menutup setengah tirai, menyalakan pendingin ruangan sebelum melambai kecil dan keluar dari kamar.

Yeseul memutuskan untuk membuat makanan di dapur bersama Jaehyun yang sibuk dengan tabletnya di ruang tengah. Pria itu hanya duduk sejenak sebelum kembali ke kantor nanti. Sesekali Yeseul akan melirik ke arah Jaehyun, pria itu sesekali juga membuka ponselnya untuk bertukar pesan dengan seseorang. Yeseul yakin itu adalah Taeyong.

Senyuman kecil yang Jaehyun pancarkan ketika membalas pesan berhasil membuat hati Yeseul hancur. Senyuman penuh cinta itu tidak pernah Jaehyun berikan kepada Yeseul selama 12 tahun belakangan. Yeseul merasa dirinya diasingkan oleh Jaehyun.

"Kau masih berhubungan dengan Taeyong?" Tanya Yeseul.

Jaehyun menoleh, "dia istriku, tentu saja aku masih berhubungan dengannya."

"Setelah dia meninggalkanmu tanpa alasan selama 12 tahun? Kau masih menerima keberadaannya?"

Sontak Jaehyun mengerutkan keningnya, "apa maksudmu, Yeseul?"

"12 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk meninggalkan anak-anak demi mementingkan keegoisannya sendiri. 3 anak laki-laki yang bahkan belum mencapai usia 5 tahun, dia meninggalkan anak-anak dan juga meninggalkanmu. Dan sekarang dia kembali, membawa satu anakku pergi begitu saja. Apakah pantas?"

"Yeseul, aku tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini."

Yeseul membanting pisaunya begitu saja lalu berbalik, sepasang matanya berkaca-kaca ketika bertatapan langsung dengan pria yang ia cintai selama ini, "Jung Jeno adalah anakku, Jung Jaehyun. Aku tidak akan pernah memaafkan pria asing itu karena dia telah membawa anakku pergi!"

"Jeno adalah anak kandungnya, semua ini adalah keinginan Jeno sendiri. Dia ingin tinggal bersama ibu kandungnya." Jaehyun memijat dahinya lalu berdiri, "sekarang apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin Jeno kembali dan pria asing itu pergi, aku tidak ingin dia mengganggu kehidupanku dan anak-anak."

"Yeseul, kau... egois."

Tangisan Yeseul pecah. Ia sendiri pun tidak tahu mengapa dirinya bisa seegois ini tentang anak-anak. Jauh di dalam lubuk hatinya ia ingin hidupnya damai seperti dulu, hidup bersama pria yang ia cintai dan juga tiga anak laki-laki. Yeseul masih belum bisa menerima Taeyong hadir di tengah-tengah mereka apalagi membawa Jeno pergi.

Juga...
Yeseul tidak terima Jaehyun hanya memberikan hatinya kepada Taeyong dibanding Yeseul yang selama ini hidup bersamanya.

Jaehyun berjalan mendekati Yeseul yang menangis sambil menutup mulutnya menggunakan tangan. Kedua tangan pria itu meraih bahu perempuan tersebut lantas memintanya untuk menatap matanya.

"Maafkan aku, Yeseul." Ujar Jaehyun.

"Aku mencintaimu Jaehyun... aku selalu mencintaimu dan menjaga hatiku hanya untukmu tapi... kenapa? Kenapa dia yang kau..." Bahkan Yeseul tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena hatinya sudah hancur.

"Dia istriku, kami belum berpisah secara hukum. Aku sudah mengatakan hal ini berulang kali." Jaehyun melepaskan tangannya dari bahu Yeseul, "aku hanya mencintainya selama ini."

"Pergi."

Yeseul mengusap air matanya gusar, "pergi sekarang, Jaehyun."

"Ye-"

"Kubilang pergi!" Yeseul mendorong bahu Jaehyun dengan kencang lalu berjalan cepat menuju kamar. Kenapa Jaehyun begitu menyakiti hatinya? Senyuman penuh cinta itu, tatapan yang berbinar, dan cincin pernikahan yang Jaehyun pakai lagi di jari manis. Semua itu benar-benar membuat hati Yeseul hancur hingga tidak tersisa.

Jaehyun hanya bisa diam di tempat. Meremas kedua tangannya. Ia tidak bermaksud menyakiti Yeseul namun ia hanya ingin Yeseul tahu bahwa Jaehyun hanya mencintai Taeyong selama ini. Ia tidak ingin Yeseul berharap terlalu jauh.





.
.
.
.
.
.

To be continue

.
.
.
.
.
.








- navypearl -

Home | JungFamily✔️Where stories live. Discover now