Chapter 25 : Love?

30.8K 3.7K 133
                                    

- 2 minggu kemudian, 20.11 am

"Eomma, bisakah eomma berhenti pergi ke rumah appa setiap hari? Tidak bisakah eomma datang hanya 3 hari dalam seminggu?"

Jeno bertanya saat melihat Taeyong sedang memakai mantelnya sambil bercermin di lorong pintu utama. Ibunya itu hanya tersenyum sebelum berjalan mendekati Jeno yang masih memakai baju santainya. Jeno baru saja bangun tidur bahkan belum sempat membasuh wajah dan menggosok giginya.

"Eomma sudah membuat sarapan untukmu di meja makan. Habiskan lalu pergilah ke toko bunga."

Taeyong pun menepuk bahu Jeno beberapa kali sebelum berbalik untuk keluar dari apartemennya. Ia berjalan seorang diri menuju halte bus yang biasa ia hampiri saat ingin pergi ke rumah suaminya. Jeno benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa Taeyong selalu pergi ke rumah Jaehyun sedangkan di sana ada Minhyung dan juga Sungchan.

Jeno tahu betul Minhyung dan  Sungchan belum menerima keberadaan Taeyong sejauh ini. Bagaimana jika mereka berbuat  semena mena atau mengucapkan kalimat yang dapat membuat hati Taeyong hancur?

Jika itu terjadi maka Jeno tidak akan pernah memaafkan dua saudaranya itu.

Bus umum yang Taeyong tumpangi berhenti di sebuah halte bus yang terletak tidak jauh dari komplek perumahan elit. Pria manis bermantel hitam itu keluar dari bus setelah mengucapkan terima kasih dan berjalan masuk ke dalam komplek tersebut. Sesekali ia memandang ke atas langit, cuaca terasa sangat dingin dan mendung. Mungkin salju pertama akan turun tidak lama lagi.

Taeyong harus melewati beberapa blok untuk sampai di rumah suaminya. Ia mengerutkan kening melihat mobil Jaehyun masih terparkir sempurna, pria itu belum pergi bekerja?

Taeyong mencoba membuka pintu utama yang ternyata tidak terkunci. Sepasang kakinya melangkah perlahan sebelum membuka sepasang sepatu. Ia pun berjalan menuju ruang tengah, tidak ada siapapun di sini. Tirai ruang tengah pun belum dibuka.

Keningnya berkerut. Ia meletakkan tasnya di atas sofa terlebih dahulu kemudian membuka mantelnya juga. Dibukalah tirai berbahan halus tersebut supaya seisi ruang tengah berubah terang meski di luar kelihatannya sedang mendung.

"Hyung."

Seseorang memanggil Taeyong disusul dengan pelukan erat di perut rampingnya. Sontak Taeyong memekik kecil dan menoleh ke belakang. Ah, Jaehyun. Pria itu membuat jantung Taeyong berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Jaehyun! Kau membuatku terkejut!"

"Hahaha."

Suara tawa yang terdengar berat itu membuat Taeyong ikut terkekeh. Ia membiarkan suaminya memeluknya, menggoyangkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri. Tubuh berbalut setelan jas itu memeluk Taeyong dengan erat.

"Ada apa Jaehyun-ah?"

"Aku hanya merindukanmu, hyung."

"Aku datang setiap hari."

Sepasang telapak tangan Taeyong meraih sisi rahang yang tegas itu. Memandanginya dengan tatapan teduh. Sudut bibirnya ia buat turun karena melihat Jaehyun tampak lelah pagi ini, pasti Jaehyun bekerja terlalu larut.

"Kau yakin akan berangkat kerja sekarang? Kau tidak lelah?" Taeyong menghela nafasnya kemudian memberikan pelukan hangat pada tubuh suaminya, bohong jika ia tidak khawatir dengan kesehatan Jaehyun saat ini, "bagaimana jika cuti selama seminggu untuk istirahat? Kau bisa menghabiskan waktu di rumah atau pergi berbelanja keluar."

"Baiklah aku akan cuti." Jaehyun tersenyum samar, "hyung bisakah kau berikan aku ciuman?"

"Aku istrimu, Jaehyun-ah. Kau tidak perlu meminta."

Home | JungFamily✔️Where stories live. Discover now