Chapter 4 : The kids mind

27.1K 3.6K 401
                                    

"hei Minhyung, bukankah tadi pagi orang tuamu mengantar kalian bertiga? Pemandangan yang sangat langka! Hahaha!"

Minhyung, si cerdas yang ahli di bidang bahasa Inggris itu tersenyum lalu memantul-mantulkan bola basket ke lantai lapangan indoor sekolah. Dalam sekali gerakan ia berhasil memasukkan bola tersebut ke dalam ring lantas berjalan ke pinggir lapangan untuk minum.

"Apa kalian lihat ibunya? Sangat cantik seperti aktris."

"Benar, Minhyung beruntung memiliki ibu secantik dia."

Anak-anak laki-laki itu tidak henti-hentinya membicarakan orang tua Minhyung terutama sosok Jo Yeseul yang dikenal sebagai ibu dari anak-anak Jung. Mendengar penuturan dari teman-temannya, Minhyung hanya bisa tersenyum karena memang itulah kenyataannya. Ibunya memang cantik, bukankah begitu?

"Tapi sepertinya dari kalian bertiga tidak ada yang mirip dengannya, apa hanya perasaanku saja?"

Hening.
Tidak ada yang menyahut selama beberapa saat terkecuali saling melempar tatapan satu sama lain. Minhyung pun menoleh, menatap mereka satu persatu. Pertanyaan tersebut cukup membuat pikirannya terganggu. Alhasil Minhyung pun menggendong tasnya di satu bahu, berdehem singkat sebelum berucap.

"Aku pulang duluan."

Lalu Minhyun pun pergi meninggalkan semuanya. Salah seorang anak laki-laki menyenggol bahu temannya kasar, "bodoh, bagaimana bisa kau mengatakan hal itu? Lihat! Dia marah!"

"Aku hanya bertanya, apakah itu salah?"

"Salah besar!"

"Ish."

Jika Jeno lebih dominan kepada ayahnya, maka bagaimana dengan Minhyung dan Sungchan? Jeno memiliki tubuh yang cukup kekar seperti ayahnya, begitu juga garis-garis di wajahnya. Namun berbeda dengan Minhyung maupun Sungchan. Fisik mereka berbeda dari Jaehyun dan Yeseul.

Minhyung baru menyadarinya sekarang.

Sepanjang perjalanan pulang Minhyung terus memandangi keluar jendela, berpikir keras atas ucapan dari temannya tadi. Hanya saja Minhyung juga berpikir apakah orang tua dan anak harus memiliki kemiripan?


.
.
.
.
.
.




Setelah makan malam selesai, Jeno memutuskan untuk membantu Yeseul membereskan dapur dan meja makan. Mencuci seluruh alat makan yang sudah digunakan, sedangkan Minhyung dan Sungchan sudah masuk ke dalam kamar mereka setelah melakukan tugas mereka. Lampu dapur dan ruang tengah sudah dimatikan, saatnya kembali ke kamar dan mengerjakan pekerjaan rumah.

"Selamat malam." Ujar Jeno sambil berjalan ke lantai atas dimana kamarnya berada.

"Jangan tidur terlalu larut, Jeno-ya."

"Iya ma."

Anak laki-laki kelas 2 SMP itu mengunci pintu kamar lalu mulai berjalan menuju meja belajar. Membuka buku tugasnya kemudian dikerjakannya lah tugas-tugas tersebut. Mulai dari pelajaran bahasa Inggris yang mengharuskan Jeno membuka kamus, serta pelajaran biologi mengenai materi yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Oh, sebentar.

Remaja itu melirik ke arah laptopnya yang tergeletak di atas kasur, tanpa berbasa-basi ia pun segera meraihnya lantas menyalakannya. Tangannya itu mengarahkan kursor ke arah situs pencarian terlengkap, memasukkan kata kunci lalu menghela nafas panjang. Bahkan ia tidak mengerti kenapa dirinya bisa sekepo ini tentang laki-laki hamil.

° Kasus Male Pregnant naik hingga 10%, hanya terjadi pada laki-laki berstatus omega di muka bumi.

° "laki-laki pengidap Male Pregnant akan mengalami fase feminim selama beberapa minggu di masa yang tidak bisa ditentukan."

° Male Pregnant bukanlah penyakit.

° Setelah melahirkan melalui operasi, kemungkinan hidup hanya 25%.

Jeno menggali seluruh hal mengenai Male Pregnant. Mulai dari gejala, kasus, perundungan, dan efeknya. Tidak sedikit anak-anak hasil dari rahim seorang laki-laki memutuskan untuk bunuh diri karena sering mendapat perundungan dan tidak bisa menerima kenyataan. Maka dari itu seiring berjalannya waktu, pengidap Male Pregnant memilih untuk bungkam dan tidak menunjukkan dirinya kepada khalayak umum.

Sekitar 5% kasus tersebut terjadi di Korea Selatan. Tidak ada media yang meliput satupun dari mereka karena mereka tidak berani berbicara.

Di kirim oleh Anonymous Ryu
22 Agustus 2015, 10 : 43 pm

Aku malu.
Bagaimana bisa aku yang seorang perempuan ini lahir dari rahim laki-laki?
Menjijikkan.

Selamat tinggal, semuanya.

Salah satu pesan terakhir seorang anak perempuan yang tertampar kenyataan setelah mengetahui ibunya sendiri adalah seorang laki-laki. Ia dikabarkan bunuh diri dengan cara gantung diri di sisi jembatan sungai Han sekitar 18 tahun yang lalu, bahkan Jeno dan saudaranya belum lahir saat itu.

"Mereka spesial." Ujar Jeno pelan sambil menggulir ke laman berikutnya. Malam itu ia menghabiskan waktu untuk menguak kasus di internet, tidak mempedulikan tugas biologinya mungkin ia akan kerjakan di sekolah saja besok.


.
.
.
.
.
.




Di sisi lain, Jaehyun sedang sibuk di ruang kerjanya. Ruangan itu hanya diterangi oleh lampu remang di meja kerja, pemiliknya sibuk menggambar sesuatu di atas kertas sesekali menoleh ke arah komputernya. Aroma lilin kayu manis mengisi kekosongan ruangan tersebut, membuat Jaehyun merasa tenang meski kepalanya semrawut.

Tidak jauh darinya ada juga Yeseul yang senantiasa menyelesaikan pekerjaannya sesekali ia akan menyelipkan surai pendeknya ke belakang telinga.

Perempuan itu mendongak, tidak sengaja melihat Jaehyun yang sedang menyender pada kursinya sambil memejamkan mata. Jaehyun adalah tulang punggung keluarga, ia memiliki tiga anak yang harus dinafkahi selagi mereka hidup. Terkadang Yeseul akan membanggakan dirinya sendiri, jika saja ia tidak turut andil dalam mengasuh anak-anak mungkin Jaehyun akan lebih lelah dibanding sekarang.

Yeseul.... mencintai Jaehyun, seperti istri yang mencintai suaminya. Apakah Yeseul boleh berharap lebih terhadap perasaan yang Jaehyun miliki untuknya?

Sedangkan Jaehyun, ia masih belum bisa membuka hatinya untuk siapapun. Ia dan Taeyong belum resmi bercerai, Taeyong tidak mengatakan apapun kecuali mengembailkan cincin pernikahan mereka. Jaehyun memang tidak lagi mencari keberadaan Taeyong, hanya saja ia terus berharap jika ibu dari anak-anaknya itu akan kembali. Jaehyung ingin sekali berbicara empat mata dengan cintanya itu.

Jaehyun merindukan Taeyong.
Setiap pagi Taeyong akan bangun lebih awal dan mengurus Jaehyun meski Jaehyun tahu bahwa Taeyong tidak mencintainya. Taeyong pun berhasil melahirkan anak-anak yang tampan, hal itulah yang membuat Jaehyun terus bertekuk lutut di hadapan Taeyong.

Jika Taeyong benar benar tidak lagi kembali ke pelukannya, mungkin Jaehyun akan mencoba menerima Yeseul sebagai calon ibu dari anak-anaknya.

Karena bagaimanapun juga yang anak-anak mengerti, Yeseul adalah ibu kandung mereka. Yang mengurus mereka, yang merawat mereka, dan yang selalu berada di sisi mereka seperti seorang ibu pada umumnya.



.
.
.
.
.
.

To be continue

.
.
.
.
.
.




- navypearl -

Home | JungFamily✔️Where stories live. Discover now