Part 6 - Perbedaan

225 70 180
                                    

Tak apa Jika ada abu-abu dalam harimu. Bukankah abu-abu juga warna?
- Arunika

"Woi kembaliin!" Teriak seseorang yang baru saja masuk kedalam rumah mengejar lawannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Woi kembaliin!" Teriak seseorang yang baru saja masuk kedalam rumah mengejar lawannya.

Bisa dilihat dari pakaian yang dikenakan, dipagi minggu ini Aji dan Ale baru saja selesai berolahraga diluar.


"Coba sini ambil sendiri." Ejek Ale kepada Aji sembari memperlihatkan sebuah kertas yang ia pegang.

"Ajiandra! Aleandra! Ini masih pagi." Ucap seorang paruh baya yang sangat cantik bahkan tidak cocok jika disebut paruh baya.

"Bunda, Bunda, Bunda... Lihat!" Teriak Ale menghampiri Bunda-nya yang masih mengenakan celemek.

"Dari pacar Aji, Bun." Ale terlihat sangat bersemangat.

"Nggak." Aji merampas kertas tersebut sebelum dibaca sang Bunda.

Airin, Bunda mereka, hanya tertawa melihat tingkah dua anaknya.

"Beneran Bun. Tadi Ale dapat di jaket Aji yang biasa dia bawak kesekolah." Ucap Ale tetap bersikeras.

"Nggak Bunda. Bukan pacar Aji. Aji kan ganteng, makanya banyak yang suka."

Ale yang mendengar itupun berekspresi seperti orang yang ingin muntah.

"Kalau bukan, kenapa nggak dibuang suratnya?."

Aji memikirkan alasan apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Ale. Ia saja tidak tau kenapa surat lama dari Arunika ini masih utuh didalam jaketnya.

"Gemes banget anak Ayah, Kok udah pada besar aja sih." Jawab Ayah yang baru saja keluar dari kamar.

"Yang tumbuh mah cuman Aji, si Ale masih pendek." Aji menggerakan tangannya seperti mengukur tingginya dengan Ale.

Akhirnya Aji mempunyai bahan untuk mengejek.

Ale menepis tangan Aji yang berada diatas kepalanya.

"Udah-udah, Bunda mau lanjut masak. Kalian jangan berantem pagi-pagi." Ucap Airin memperingati.

"Tapi kalau siang-siang boleh kan, bun?" Tanya Ale yang mendapat delikan mata dari sang Bunda.

"Nggak boleh lah. Bolehnya malam-malam." Kini Aji juga ikut menimpal lalu ber tos bangga dengan Ale.

Sang Bunda membuang nafas panjang.

"Nggak, Bun. Bercanda." Aji cengar-cengir langsung saja kabur kedapur untuk minum dan Ale yang langsung menaiki tangga munuju kamarnya.

"Anak Ayah." Ucap Airin kepada sang suami, Suhar namanya.

Suhar hanya tertawa melihat kegiatan dipagi hari yang sudah menjadi rutinitas ini.

ᴀᴊɪɴɪᴋᴀWhere stories live. Discover now