7. Perkara Sambel

33 34 36
                                    

"Abian sama Vera cocok ya,"

"Mereka tuh sebenernya pacaran gak sih,"

"Katanya sih mereka cuma temenan,"

"Gue kira mereka pacaran,"

"Padahal mereka cocok loh,"

Pekikan beberapa siswi terdengar saat Abian dan Vera turun dari mobil.

Seseorang sejak tadi memperhatikan Vera dari lantai dua "Jadi ini alesan lo gak mau gue jemput," gumamnya terus memperhatikan Vera.

Merasa ada yang sedang memperhatikan Vera mendongkak, matanya bertubrukan dengan mata Devan yang ternyata sedang menatapnya dengan senyum seperti dipaksa.

Vera yang melihat senyuman itu entah kenapa dia merasa bersalah.

Abian yang melihat Vera, dia mengikuti arah pandang Vera yang tertuju pada Devan.

"Ayo ke kelas," ucap Abian menggenggam tangan Vera.

"Hah, eh iya ayo," jawab Vera mengalihkan tatapannya.

Keduanya pun berjalan dengan Abian yang menggandeng tangan Vera, Devan yang melihat itu pun terus memperhatikan keduanya dengan tangan mengepal.

"Lo duluan aja, gue mau ke toilet dulu," Vera melepas genggaman tangan Abian.

"Ya udah gue duluan," Vera mengangguk kemudian melangkah pergi menuju toilet.

*****

"Kenapa gue ngerasa bersalah," monolog Vera menatap pantulan dirinya di cermin.

"Ah bodo amatlah," ucap Vera merapikan rambutnya. Kemudian melangkah keluar toilet, namun tiba-tiba ada yang menarik tangannya.

"Lo apaan sih Van," Vera menghempaskan tangan yang menariknya, saat tahu orang itu Devan.

"Jadi itu alesan lo gak mau berangkat bareng gue?" bukannya menjawab Devan malah bertanya.

"Bukan urusan lo," ucapan Vera membuat Devan melangkah maju mendekati Vera.

"Gue gak suka liat lo sama cowo lain," Vera melangkah mundur.

"Lo gak ada hak buat ngatur-ngatur gue," kini Vera tak bisa mundur lagi karena punggungnya sudah menyentuh tembok.

"Gue suka sama lo Ra," Devan mengukung Vera dengan tangan ada dikedua sisi kepala Vera.

Deg

Jantung Vera berdetak kencang, apalagi posisinya saat ini sangat dekat dengan Devan.

Buru-buru Vera mendorong dada Devan untuk menjauh "gue gak suka sama lo, lo bukan siapa-siapa gue, lo tuh cuma orang asing buat gue jadi jangan pernah ngatur-ngatur gue," setelah mengucapkan itu Vera pergi.

"Saat ini memang gue bukan siapa-siapa lo, tapi gak untuk nanti," Devan tersenyum memperhatikan Vera pergi.

*****

Kringg, kringg

Saat ini Vera tengah berjalan menuju kantin. Langkahnya terhenti dengan mata menatap sekeliling mencari tempat duduk yang kosong, tapi nihil karena kantin saat ini penuh.

Perfect But Not PerfectWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu