Bab 14. Ayah Tidak Membenciku?

Start from the beginning
                                    

Arka semakin mendekat, sontak Delisa menutup matanya saat wajah Arka semakin dekat. Arka tersenyum lagi saat melihat Delisa menutup matanya. Lalu Arka mendekatkan bibirnya dengan bibir milik Delisa. Saat bibir keduanya sudah bertemu, tidak ada ciuman atau apapun. Hanya kecupan singkat yang Arka berikan.

Saat kecupan itu dirasa cukup bagi Arka. Arka lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Delisa. Dan membiarkan Delisa bernafas dahulu.

Saat Arka menjauhkan wajahnya dari wajah Delisa. Delisa yang tadi menutup matanya, akhirnya membuka kembali matanya. Ia hanya merasakan bibir yang dingin milik Arka menempel pada bibirnya. Jadi? Arka hanya mengecup ku saja? Bukan menciumku? Aish, apa yang aku fikirkan. Apakah aku mengharapkan untuk dicium oleh Arka? Gumam Delisa dalam hati, sambil merutuki dirinya berharap akan dicium oleh Arka.

Arka melihat Delisa melamun sambil memukul kepalanya sendiri. Lalu ia menahan tangan Delisa yang hendak memukul kepalanya. "Kenapa? Kenapa mukul kepala sendiri?" tanya Arka sambil menahan tangan Delisa

"Engga, engga apa apa kok," balas Delisa dengan tersenyum palsu. Lalu Delisa kembali mengingat kejadian tadi, saat Arka mengecup bibirnya. Semburat merah muncul dikedua pipinya yang cantik.

Arka terkekeh, ia juga tahu kalau gadis didepannya pasti mengingat kembali kejadian tadi. Ia juga melihat wajah gadis didepannya memerah bak tomat matang. Gadisnya ini sangat menggemaskan bagi dirinya. Eh... Tunggu, gadisnya? Sejak kapan Arka mengklaim Delisa sebagai gadisnya? Padahal Arka belum menjedor Delisa dan Delisa pun belum menjawabnya.

Arka mendekatkan wajahnya lagi di telinga Delisa. Dan lalu membisikkan sesuatu. "Kenapa hm? Mau gue cium lagi?" tanya Arka sambil membisik.

Pipi Delisa bertambah merah, saat Arka membisikkan kata itu. Di satu sisi, Delisa memang ingin dicium lagi oleh Arka. Tetapi, sisi yang lainnya menolak ajakan Arka tadi.

"E-engga kok. Dihh, kegeeran lo,"

"Gue kegeeran?"

"Iyalah. Kan gak mungkin gue,"

"Masa si? Terus tadi siapa ya, yang pipinya merah?" tanya Arka yang membuat Delisa mengarahkan pandangannya kearah lain. Ia malu harus menjawab apa.

"Y-ya mana gue tau,"

"Ohh... Lo gak tau ya? Bukannya tadi lo ya yang blushing?" tanya Arka lagi dengan sedikit godaan kepada Delisa.

"Arka," rengek Delisa saat Arka menggodanya.

"Apa sayang?" tanya Arka dengan  watadosnya.

"Ihh, lo ngeselin," jawab Delisa kesal.

"Ciee, blushing. Ciee, salting nih ye?" goda Arka lagi.

"Arka! Ngeselin lo!" omel Delisa bertambah kesal, karena Arka menggodanya lagi.

"Hahahahaha...." Tawa Arka pecah, saat melihat wajah marah milik Delisa. Wajahnya merah menahan marah. Tapi menurutnya, Delisa saat marah itu sangat menggemaskan, ia jadi ingin menggodanya lagi dan lagi.

"Udah ah. Lo balik aja sana," ujar Delisa sebal, saat Arka mentertawakan dirinya.

"Sorry... Sorry. Habisnya lo gemesin si. Jangan terlalu gemesin, nanti gue karungin mau?" ucap Arka sambil bercanda sedikit.

Dělísa On - Going (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now