Prolog

695 134 150
                                    

Pagi ini hari yang sangat cerah. Suara riuh terasa sangat menggelegar seantero gedung indoor lapangan basket. Berbagai sorak Sorai di teriakan guna mendukung tim masing-masing sekolah mereka.

Ajiandra, Adalah salah satu idola muda dari salah satu SMA tersebut. Tak sedikit siswi yang meneriaki namanya walau tak sekalipun dipedulikan oleh Aji.

Jangan kalian fikir ia ikut serta dalam pertandingan basket yang sedang bertanding saat ini, Karena ia hanya menonton di tepi lapangan yang jauh dari kerumunan orang-orang. Bersama teman yang lain menjadi tim sukses sahabat dan saudaranya yang sedang bertanding.

Seragam olahraga dibalik jaket yang digunakannya-pun sudah penuh keringat walaupun ia hanya menonton.

Ia memutuskan untuk keluar dari gedung tak peduli dengan teriakan dari beberapa temannya yang meneriakinya.

Kini ia memilih untuk pulang dengan mengendarai taksi yang singgah tak lama saat ia menunggu.

Ia juga tak berniat untuk menelpon supir pribadinya agar datang menjemputnya.

Rumahnya memang lumayan dekat dari gedung olahraga yang tadi ia kunjungi karena terpaksa harus mengisi daftar hadir sekolahnya.

Dan kini ia sedang menyusuri jembatan besar yang berada tepat di atas sungai yang bisa dibilang luas ini.

Tak cukup banyak kendaraan yang berlalu lalang disini.

Tatapan Aji terhenti kala melihat dari kejauhan seorang perempuan yang sedang menangis terduduk di tepi jembatan tepat di atas pertengahan sungai.

Ia memicingkan matanya memastikan sesuatu. Seragam oalahraga yang dikenakan gadis itu sama dengannya.

Wajar saja Aji tak mengenalinya meskipun itu teman satu sekolahnya. Karena teman satu kelasnya pun hanya sedikit yang ia kenal.

Entah apa yang ia fikirkan, Aji memberhentikan taksinya diatas jembetan tersebut. Taksi tersebut pergi setelah Aji membayar biaya antarnya.

Aji hanya menatap dari kejauhan, ingin mendekat namun ragu. Tapi entah mengapa ia merasa hal yang tak beres akan terjadi.

Aji melangkah tersendat kala seorang gadis tersebut berdiri dan mencengram kuat tepi pembatas jembatan tersebut.

Seperti tahu apa yang akan dilakukan gadis tersebut, Aji mengeratkan tangannya sambil bergumam "Nggak, nggak akan terjadi apa-apa.".

Perlahan-lahan gadis tersebut seperti berusaha naik namun kaki nya tak sampai.

Saat ia sudah hampir bisa menaiki pembatas tersebut.

Tanpa sadar Aji langsung berlari dan memeluk gadis tersebut hingga mereka berdua terjatuh keaspal jembatan.

Gadis tersebut menangis sejadi-jadinya sembari memeluk Aji.

Aji terdiam dan tangannya menepuk-nepuk bahu gadis tersebut dengan kaku.

Siapa sangka semenjak kejadian tersebut Aji malah dibuat sedikit menyesal menyelamatkan gadis tersebut. Gadis yang dengan tak tau malunya mengikuti Aji kemanapun tanpa terlihat lelah dan selalu menyebut Aji dengan panggilan Kak Pacar.

.
.
.

Gimana guys seru nggak?
See u di part 1 guys~

Jangan lupa vote komen yaKalau Ada masukan kritik dan saran bisa dikomen disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote komen ya
Kalau Ada masukan kritik dan saran bisa dikomen disini..
Thankyou readers!

..

ᴀᴊɪɴɪᴋᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang